ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Friday, January 27, 2006

[Cuma Cerita Pendek] Salahkah Aku?

Dania sedang termenung di meja kerjanya. Pekerjaan hari ini tidak terlalu menumpuk. Sebagian besar dipakai Dania untuk membereskan mejanya yang sudah berantakan. Tiba-tiba, di gelombang radio favoritnya, diputar lagu Salahkah Aku – Titi Dj. Tiba-tiba lagi, pikiran Dania langsung terbang ke sebuah ruangan di seberang ruang kerjanya… Ruangan Iqbal, si anak baru.

“Hhhh…” desah Dania.

Iqbal, cowok cool yang baru masuk ke kantornya sekitar satu bulan. Dan dialah, satu-satunya anak baru yang belum pernah ‘berinteraksi’ langsung dengan Dania. Hanya sepotong kalimat di pagi hari yang mengawali semua rasa itu.

Ketika itu, Dania sedang di pantry kantornya, hendak menutup pintu. Tiba-tiba Iqbal berbelok hendak menuju ke pintu itu. Spontan Dania berucap, “Pagi…” Dan tentu saja dibalas Iqbal dengan ucapan yang sama, ditambah senyuman yang ternyata mampu merontokkan hati Dania. Dalam hati Dania berkata, “Oh… no… kenapa tiba-tiba dia jadi cakep?”

Hanya Iqbal, anak baru yang dianggap sombong sama Dania. Hanya Iqbal, anak baru yang sok cool. Tapi, entah kenapa, karena ucapan ‘Selamat Pagi’ itu, jantung Dania langsung dag dig dug setiap kali berpapasan dengan Iqbal. Tapi, setiap berpapasan itu, Dania tidak berani menatap Iqbal, ia hanya menatap lurus ke depan, atau sok sibuk dengan apa pun yang sedang dipegangnya. Pernah sekali, Dania memberanikan diri melirik ketika berpapasan dengan Iqbal, dan ups… Iqbal ternyata juga melirik Dania!!! Dania langsung tersenyum kecil…

Suatu hari…

Dag… dig… dug… duarrr…

Itu bukan bom… tapi jantung Dania yang rasanya memang mau meledak saking gemetarnya. Pulang kantor, seperti biasa, jam 5.30, Dania menunggu pintu lift terbuka. Agak lama memang. Maklum, jamnya orang bubar kantor, yang di lantai bawah Dania pun, suka nakal ikut naik ke atas dulu demi mendapat lift kosong.

“A ha…” batin Dania, akhirnya lift terbuka dan… kosong… Luar biasa untuk ukuran jam-jam sibuk begini. Tepat ketika Dania memencet tombol ‘Close’, sebuah kaki mengganjal pintu yang hampir tertutup itu. Dan…

“Ma kasih ya.”
“Iqbal….!” Jerit Dania dalam hati.

Dania tersenyum dan menyapa, “Tumben pulang jam segini?”

“Iya, lagi agak longgar.”

Diam…

Dalam hati Dania berkata, “Moga-moga, gak ada yang masuk lagi. Moga-moga, lift-nya jalan lebih lambat.”

Tiba-tiba… Deg… Lift terhenti. Dania hampir terjatuh karena goncangan yang cukup kuat. Lampu di dalam lift berkedap-kedip. Dania panik, “A… a… ada apa nih? Kenapa lift-nya begini?”

Iqbal yang juga masih kaget, berusaha lebih tenang, biar Dania tidak semakin panik. “Aku juga gak tau, Dan. Tunggu…, di lift kan, pasti ada tombol darurat.” Iqbal menghampiri dinding dengan jajaran tombol-tombol angka. Dipencet-pencetnya tombol bergambar lonceng dan tombol bergambar telepon.

“Gimana ini, Bal?” Dania makin resah.
“Tenang, Dan… Moga-moga aja gak ada apa-apa. Petugas pasti tahu kalo ada salah satu lift mereka yang gak beres.”

Dan secara otomatis, mereka mengeluarkan handphone mereka, dan hanya bisa mendesah kecewa karena tidak ada sinyal.

Pasrah… Dania mondar-mandir di dalam lift yang kecil itu. Sementara Iqbal memilih duduk di lantai lift. Dania mondar-mandir bukan hanya karena panik lift ‘ngadat’, tapi juga karena hatinya yang juga jadi ‘jumpalitan’ berduaan dengan cowok yang diam-diam ditaksirnya itu.

Melihat Dania yang resah, Iqbal berkata, “Dan… duduk sini aja. Daripada kamu cape’. Kaya’nya kita perlu jaga kondisi nih.” Sesaat Iqbal mengaduk-aduk isi ranselnya. “Fiuh… untung, aku masih punya satu botol air mineral plus biskuit. Lumayan, buat jaga-jaga.”

Dania hanya berdiri mematung menatap Iqbal. “Dan… Halo… Dania…” Iqbal ikut berdiri dan melambai-lambaikan tangannya di depan muka Dania. Dania kaget, “Eh… iya… “ Iqbal duduk lagi, Dania pun ikut duduk, rada grogi.

Mereka sama-sama terdiam…

“Bal… gimana kalo mereka gak tau, kalo ada yang terjebak di lift.”
“Gak mungkin lah, Dan… mereka pasti tau, meskipun ya… rada lambat kali ya.”

Diam lagi…

“Dan… kenapa sih kamu kaya’nya sombong banget?”
“Hah?”
“Sorry, tapi gitu yang aku liat. Sombong, kaya’ males negor orang duluan.”
“Hah?” mata Dania menyipit, rada heran. “Gitu ya?”
“Iya.”
“Sombong?” Dania berkomat-kamit tanpa suara.
“Aku kan anak baru, jadinya rada sensitive kalo ada yang gak negor aku. Sebagai tuan rumah yang lama, paling nggak kan kamu juga harus bikin anak baru betah dong.”

Dania diam, serba salah, “Masa’ gue mau ngomong semua karena gue suka sama loe?”
“Gak tau, Bal. Bawaan aja kali. Aku emang gak bisa cepet berakrab-akrab sama orang. Emang sih… aku cenderung lebih suka kalo orang negor aku duluan.”
“Koq gitu sih?”
“Sifat pemaluku kali. Banyak orang yang bilang, kalo pertama liat aku, emang katanya aku sombong.”
“Nah… bener kan?” Iqbal tersenyum lebar, seolah berhasil memenangkan sebuah ‘pembenaran’.
“Tapi, aku bakal bisa jadi deket banget sama orang, kalo aku udah akrab sama dia.”
“Ya… iya lah…”

Dania jadi malu dengan jawaban Iqbal, dan buru-buru meralat, “Maksudku, kalo aku udah nyaman berteman sama orang, aku gak akan segan-segan cerita, curhat atau nyela dia sekalian.” Dania tertawa, Iqbal juga ketularan tawa Dania.

Diam lagi…

“Hmmm… gimana kabar pacar kamu, Dan?”
“Hah?” Dania kaget, rada gak ‘ngeh’ dengan pertanyaan Iqbal. “Cowokku?”
“Ya… masa’ cewek kamu sih?” Iqbal menggoda Dania, sembari mengangsurkan botol air mineral yang baru dibukanya, “Mau? Kita sharing aja ya?”
Dania tersenyum, lalu menjawab, “No problem. Pacarku… ya.. baik-baik aja… Kalo kamu? Gosip-gosipnya kamu mau married.”
“Gosip?? Waduh… koq bisa sih aku jadi bahan gosip.”
“Hahaha…” Dania tertawa (dan di telinga Iqbal, tawa itu renyah banget…!)
Dania melanjutkan, “Iqbal, kantor kita tuh, termasuk ‘kering’ pria. Giliran ada pria-pria baru masuk… eh, udah married, atau mau married… bikin kesel tuh, dan yang jelas, jadi bahan omongan di antara cewek-cewek di kantor…”
“O… gitu ya…?”
“Jadi bener gak tuh, gosipnya?”
“Married??” Iqbal rada ragu-ragu menjawabnya, “Iya… sih… rencananya bulan Juli.”
“Ihhh.. koq ragu-ragu gitu, sih?” Dania menonjok lembut lengan Iqbal.
“Hmmm… gak tau nih…”
“Mmmm…”

Dania bingung harus komentar apa… akhirnya… mereka berdua kembali terdiam…
Dania mulai resah lagi, dia berdiri menuju dinding bertombol, dan dengan kesal memenjet tombol darurat berkali-kali. “Duh… mana nih… apa gak ada yang sadar kalo ada satu lift yang rusak?” Dania menggerutu.

“Sabar, Dan…” Iqbal mengeluarkan handphone-nya, berharap ada sinyal kali ini… Tapi, ia kembali memasukkannya ke tas dengan kecewa. Dia berdiri di sebelah Dania. Dan tiba-tiba.. deg… lift bergerak turun secara mendadak, lalu berhenti lagi… Dania limbung, untuk cepat-cepat ditahan oleh Iqbal.

Salah tingkah, Dania cepat-cepat duduk lagi meski panik. Iqbal pun duduk lagi. Lampu di dalam lift berkedap-kedip, membuat Dania semakin panik. (Dania gak tau aja, kalo Iqbal juga panik…)

Kali ini mereka terdiam cukup lama…

“Dania…” Iqbal mengagetkan Dania yang sedang melamun, sekaligus mengantuk…
“Ehhh… “ Dania menoleh ke arah Iqbal, yang sedang menatapnya… Dania jadi jengah… “Kenapa, Bal?”
“Mmm… mmmm… Kamu pernah gak suka sama teman sekantor?”
Dania bingung, kaget plus deg-degan dengan pertanyaan Iqbal, agak ge-er juga, sih… “Jangan-jangan dia juga suka sama gue…”. Dania terdiam, sebelum menjawab, “Pernah…” lalu ditambahkan dalam hati, “Aku lagi suka sama teman sekantorku…”
“O”
“O?” Dania makin bingung dengan jawaban Iqbal yang singkat. Tapi, ternyata Iqbal melanjutkan, “Gimana rasanya, Dan?”
Dania tertawa kecil, “Rasanya? Mmm.. yang pasti jadi semangat ke kantor. Bawaannya pengen cepet sampai kantor. Mmm… apa lagi ya? Ya, sering-sering keluar ruangan, curi-curi pandang ke arah ruangan cowok yang gue suka. Kalo papasan jadi grogi.”

“Ups!” Dania baru sadar kalo dia ‘berkicau’ gimana tingkahnya kalau di depan Iqbal, “Mati gue! Ketauan deh…!”

Iqbal bicara lagi, “Mmm… gitu ya…?”
Dania jadi heran, lalu dia bertanya, “Kenapa emangnya? Mmmm… Aku tau… kamu lagi suka sama orang kantor ya?” Dania menggoda Iqbal.
“Iya,” jawab Iqbal singkat.
Dania tergelitik ingin bertanya siapa yang dia suka, tapi ditahannya… takut kecewa… Tapi, tanpa ditanya, Iqbal melanjutkan, “Aku lagi suka sama seseorang. Aku juga grogi kalo papasan sama dia. Pernah sekali lirik-lirikan singkat. Hehehe.. kaya’ ABG ya.” Iqbal terkekeh.

Dania diam, gak tau harus komentar apa.
Lanjut Iqbal lagi, “Mmm… kamu gak pengen tau siapa orangnya?”
Dania kaget, lalu cepat-cepat menjawab, “Pengen sih… tapi, kalo kamu mau cerita sama aku, ntar juga kamu sebutin sendiri tanpa aku tanya.” Itu yang keluar dari bibir Dania, tapi dalam hatinya, “Siapa sih dia, Bal? I’m so jealous.”

“Mmmm… aku juga sering keluar masuk ruanganku, biar bisa liat dia. Kali-kali dia lagi mondar-mandir di luar ruangannya. Tapi, sayang, dia lebih sering di dalam ruangannya.”

Dania menoleh, dan langsung membuang muka ketika sadar, Iqbal tengah menatapnya. Dia jadi jengah… sedikit takut juga… “Duh… gue hanya berdua di sini… “

“Makanya aku bilang kamu sombong.”
“Hah?” Dania menoleh cepat ke arah Iqbal… tak mengerti maksudnya…
“Aku pengen kenal kamu… tapi kamu cuek banget… dingin…”
“Kamu mau ngomong apa sih, Bal?”

Iqbal berdiri, lalu berjongkok di depan Dania… Menatap tepat ke bola mata Dania, menggenggam jemarinya lembut… Dania makin dag dig dug… “Apa ini?” katanya dalam hati.

“Aku mau bilang… orang kantor itu… kamu… Dania…”
“Hah?” Dania cuma bisa diam… bingung… dan belum sempat bereaksi apa-apa ketika Iqbal meraih kepalanya dan hampir saja mengecup ubun-ubun Dania… ketika…

Gubrak…

Dania terjatuh dari kursinya…

“Hah???”

Dania kaget… menyadari dia masih berada dalam ruangannya… bukan di dalam lift bersama Iqbal…!!!

Tatapan heran Pak Indra dan Pak Danu mengikuti gerakan Dania yang bangkit karena terjatuh dari kursi.

“Kamu tidur ya?” kata Pak Indra keras.

“Ma’af. Pak.”

“Damn!!!”

06.01.24
(bukan mau nyontek adegan ‘Andai Dia Tahu’)

Cellular


Hmm… salah satu film yang gue tonton weekend ini, dan gue suka. Karena gue lagi bosen dengan film romantis-romantisan and drama (soalnya blom ada yang ngalahin ‘Wedding Date’ sih…), akhirnya gue pilih film yang menurut sinopsisnya lumayan menegangkan.

Jessica Martin (Kim Basinger), gak tau apa waktu tiba-tiba dia diculik di hari yang cerah. Dia dibawa ke sebuah rumah yang dia gak tahu di mana. Dikurung di dalam loteng. Telepon di dalem ruangan itu dihancurin, biar dia gak bisa berhubungan dengan dunia luar. Untungnya dia pinter, karena dia guru biologi. Telepon itu diotak-atik sendiri, sampe akhirnya bisa nyambung ke sebuah nomer asal, nomernya Ryan (Chris Evans), cowok yang lagi dalam usaha ‘pembuktian diri’ sama mantan pacarnya. Ryan tadinya gak percaya sama Jessica. Tapi, baru deh, dia percaya pas dengan Jessica teriak-teriak. Abis itu, dia berusaha ke kantor polisi, tapi ya, polisi yang cuek dan mengalihkan ke sana-sini, sampai Ryan panik. Ditambah lagi, batere hp-nya Ryan drop, sampe dia harus nodong di pameran handphone demi ngedapetin charger. Udah gitu, pake acara ‘minjem paksa’ mobil mewah pengacara sombong. Terus, pake acara saluran teleponnya ‘diambil’ orang lain. Akhirnya, ya ketauan sih, apa yang bikin penculik yang ternyata polisi itu ngincer keluarga Jessica.

Happy ending… penjahat kalah, semua selamat… lumayan… di sela-sela ketegangan, ada selipan adegan atau kata-kata yang bikin senyum kecil. Misalnya, ada salah satu polisi yang udah 27 tahun berkarir di kepolisian, dan dia mau bukan day spa, setiap dibilang ‘salon’, dia akan bilang, “It’s a day spa.” Terus, lumayan lucu ngeliat pengacara sombong ngeliat pasrah mobilnya dibawa kabur.

06.01.22

Jersey Girl


Ben Affleck di sini jadi ayah seorang cewek kecil yang cerewet, lincah dan ceria. Lumayan menyentuh, ngeliat gimana cueknya Ben Affleck sama anaknya. Film dibuka di sekolah, tiap anak harus cerita tentang ayahnya. Ms. Gertrude Trinke bilang, “My dad said that life is between New York and New Jersey.”

Jadi ceritanya, Ollie Trinke (Ben Affleck), dengan kerjaan yang lumayan sukses di industri musik di New York, punya istri yang cantik, Gertrude (Jennifer Lopez). Kebahagiaan makin lengkap pas Gertrude hamil. Tapi, sayang, pas melahirkan, Gertrude mengalami pendarahan hebat dan akhirnya meninggal. Trinke yang masih kalut, ogah ngurusin anaknya. Dia cuek banget, malah nyuruh bapaknya yang ngurusin. Sampe one day, bapak, si Pop, ini udah males dan sebel ngeliat kelakuan anaknya. Jadilah dia bawa bayi perempuan yang belum dikasih nama itu ke tempat kerjanya, dan hari ini dia ada conference pers sama Will Smith yang dicela-celanya di Hard Rock Café. Karena udah emosi, sebel sama bayinya itu, ditambah lagi wartawan yang kesel karena si Will Smith gak dateng-dateng, bikin Trinke ngomong yang nggak-nggak di depan wartawan. Akhirnya dia dipecat. Dan dia tinggal sama Pop di New Jersey. Bayi yang akhirnya dikasih nama Gertrude (Raquel Castro) juga, tumbuh jadi anak perempuan yang lincah, cerewet dan to the point. Sementara itu, Trinke masih tetap punya ambisi untuk cari kerja di New York. Dan tepat di hari pertunjukkan Gertrude, dia juga punya jadwal wawancara di satu perusahaan rekaman di New York. Tapi, akhirnya dia sadar, kalo kids are everything, setelah duduk sebelah sama Will Smith! Akhirnya, di detik-detik terakhir pas Gertrude udah naik panggung dengan kecewa karena ayahnya gak dateng-dateng, Trinke muncul. Ahhh… selalu begini ya… selalu semuanya on time… tepat waktu banget…

Tapi, ceritanya bagus… kaya’nya hubungan anak sama orang tua terbuka banget. Bahkan untuk urusan sex sekali pun.

Not bad…

06.01.21

Wimbledon


Rada kecewa nonton film ini, abisnya rada ngebosenin, dan datar banget. Turnamen Wimbledon jadi latar kisah cinta antara Peter Colt (Paul Bethany) dan Lizzie Dansburry (Kirsten Dunts). Peter, petenis veteran dari Inggris, peringkat 119 dunia, yang dapet wild card di Wimbledon. Sementara, Lizzie, petenis muda dari Amerika, yang karirnya lagi nanjak. Mereka ketemu di lapangan tennis, waktu Peter lagi latihan serve. Saling taruhan, berbuntut malam romantis. Padahal ayah Lizzie cukup ambisius dan ketat, melarang Peter deket-deket sama anaknya.

Peter, yang gak dijagokan sama sekali di turnamen itu, seolah dapet ‘semangat’ baru karena adanya Lizzie, bahkan bisa sampai ke final. Hal yang gak disangka-sangka sama semua orang. Dan Lizzie, hanya mentok di babak perempat final dan ayahnya & dia nyalahin Peter.

Peter, yang tadinya petenis yang dianggap sebelah mata sama orang-orang, bahkan ditinggalin wartawan pas pers conference, mulai jadi inceran, meskipun masih banyak yang pesimis sama kemampuannya. Maklum, Peter dikenal petenis yang kalah setiap udah match point.

Pas di hari pertandingan final Peter melawan petenis muda peringkat atas dunia yang sombong, Lizzie rencananya bakal pulang ke Amerika. Dia udah di airport, pas ngeliat tv di mana-mana nyiarin wawancara sama Peter. Dan Peter bilang, kalo dia bisa begitu karena Lizzie. Yaa… biasa deh, langsung terbengong-bengong gitu si Lizzie, dan buntutnya dia gak jadi pulang. Diem-diem dia nonton pertandingan itu.

Pertandingan final kaya’nya berat banget buat Peter. Dia harus jatuh-bangun, grogi-an, dihadapi sama tekanan dari dalam dirinya, udah gitu pake acara hujan segala lagi. Pas break gara-gara hujan, Lizzie masuk ke ruang ganti.

Dan pas balik ke pertandingan, Peter seolah dapet semangat baru. Tiba-tiba aja, keadaan berbalik, Peter memimpin pertandingan sampai tiba saat yang ‘ditakutkan’, yaitu champion point. Dan tentu saja… akhirnya bisa ketebak, bukan??

Peter mengakhiri karirnya di dunia tennis dengan manis.. abis itu, dia jadi guru tennis, and married sama Lizzie…

Yang ngeboseninnya apa ya… pertama, si Peter gak terlalu cakep… dan semuanya koq terlalu cepat dan gampang… kaya’ gak ada prosesnya.

06.01.21

Request Lagu

Cihuuuuyyyy… request lagu gue diputerin di U Fm.

Tadi iseng-iseng kirim sms, minta lagu Life in Mono (Mono), soundtrack-nya The Great Expectation. Kebetulan si penyiarnya bilang, kalo hari ini, request-nya harus something different, jangan lagu yang itu-itu terus… eh… pas jam 11.25, lagu gue diputerin, penyiarnya bilang, “Pokoknya harus something different, seperti yang diminta Fe, Life in Mono. Here it is…”

Hehehe.. gue senyum-senyum sendiri aja. Gue suka lagu ini… meskipun datar, tapi bikin tenang…

06.01.24

[Iseng-Iseng] Pilih Kopi sesuai Zodiak !!

AQUARIUS

Aquarius dikenal memiliki sifat sosial yang tinggi. Tampaknya, minuman yang mengandung kafein tidak terlalu penting baginya. Bisa jadi, Rasberry tea lebih menarik minatnya.

Friday, January 20, 2006

[Cuma Cerita Pendek] 'Mama' Rio

Suasana di kampus tampak lengang. Memang masih jamnya mahasiswa kuliah. Hanya beberapa orang yang tampak berlalu-lalang di lobby. Parkiran mobil juga masih penuh. Cuaca hari ini lumayan cerah, pas sekali buat kencan menjemput ‘gebetan’ baru.

‘A-ha’ Rio tersenyum, ada satu tempat kosong, menyempil di antara mobil Jeep dan trotoar, tempatnya cukup teduh karena ada pohon besar yang menaungi tempat parkir kosong itu. ‘Untung dapat tempat teduh. Kaya’nya Sheila belum keluar. Sms dulu, ah.’ Lagi-lagi Rio tersenyum, seolah mensyukuri sedikit keberuntungan yang diperolehnya siang itu. Dengan sigap, jemarinya mengetik pesan di telepon genggamnya.

TO: Honey
‘Honey, aku udah nunggu di parkiran.
Kalo udah selesai, sms aku aja,
biar jemput di lobby. ILUSM’

Jam 12 lewat sedikit, sebuah sms masuk,

From: Honey
‘Sayang, aku udah di lobby, nih.’

Segera Rio menyalakan mobilnya. Tadi ia sempat tertidur gara-gara angin sepoi-sepoi yang membuat mengantuk.

Di lobby, Sheila sudah menunggu. Begitu melihat mobil merah Rio, ia langsung tersenyum. Di dalam mobil, Rio tidak kalah manisnya menyambut Sheila, ‘Hai Honey. Gimana kuliahnya?’

Sheila menyahut manja, “Ahhh… kamu basa-basi, deh, sayang. Koq gak tanya tentang aku, sih? Ngomong-ngomong, hari ini kita mau ke mana, Yang?”

‘Yang deket-deket aja, ya. Aku takut nanti mama telpon aku, minta aku pulang cepet. Kita makan Peach aja, yuk. Abis itu aku anter kamu pulang. OK?’

Sheila tampak kesal, “Aku bosen deh, makan di sekitar kampus. Kenapa sih, kamu gak ajak aku ke rumah kamu, biar sekalian ketemu sama mama kamu?”

‘Ke..ke… rumahku, Yang?’ Rio tampak gugup, ‘Eh..eh… lain kali aja deh. Aku harus kasih tau mama dulu, biar mama bisa siap-siap nyambut kamu, Sayang.’ Rio memaksakan diri tersenyum, biar Sheila tidak ngambek lagi.

“Terserah kamu aja, deh.” Sheila membuang pandangannya keluar. Dan diam-diam, Rio menghembuskan napas lega.

Dan benar saja, ketika sedang asyik menikmati nasi goreng, telepon Rio berbunyi, sebuah sms masuk,

From: Ibu-HP
Rio, kamu di mana?
Cepat pulang
Mau arisan di rumah Bu Daryo.


Rio mendesah, jantungnya tiba-tiba berdegup lebih kencang. Buru-buru dibalasnya sms itu.

To: Ibu-HP
Iya, Bu
Saya masih dalam perjalanan pulang


Sheila melirik Rio, dan bertanya, “Sms dari siapa?”

‘Eee..ee… sms dari mama. Mama minta aku pulang, minta diantar ke rumah temannya. Biasa mau arisan.’ Rio langsung melambaikan tangan ke pelayan café, minta bon.

“Lho, aku kan belum selesai makan?” Sheila protes, nasi goreng di piringnya masih ada setengah piring.

‘Duh, gimana ya? Aku buru-buru. Minta bungkus aja, deh.’ Rio mulai tidak sabar, dan memanggil pelayan lagi, ‘Mas, ini nasinya dibungkus aja, deh.’ Lalu beralih lagi ke Sheila, ‘Honey, aku gak bisa antar kamu pulang ya. Kamu pulang sendiri aja, deh, naik taksi.’

“Huh” Sheila langsung berdiri, kemudian berjalan keluar meninggalkan Rio yang masih sibuk dengan urusan bayar-membayar.

‘Sheila… Sheila… tunggu, dong, Honey.’ Rio berusaha mengejar Sheila. Tapi, terlambat, Sheila sudah masuk ke dalam taksi dengan wajah cemberut.

Akhirnya, Rio pun pulang dengan hati yang juga dongkol. Beberapa Sms masuk, kembali menanyakan keberadaannya. Rio membawa mobilnya dengan sedikit kencang.

Sesampainya di rumah, Rio disambut dengan wajah galak seorang perempuan yang sudah siap dengan dandanan a la ibu-ibu pejabat. Rio turun dari mobil dengan wajah sedikit tertunduk.

“Rio, dari mana saja sih kamu? Kenapa saya sms, tidak kamu balas?” perempuan itu membentak Rio.

‘Ma’af, Bu, tadi jalanan macet. Dan saya tadi agak antri di pom bensin. Kita pergi sekarang, Bu?’ Rio menjawab pasrah, wajahnya semakin memelas.

Dan perempuan itu menjawab dengan gusar, “Ya, sekarang, masa’ mau tahun depan!”

Rio tergopoh-gopoh membuka pintu belakang mobil, dan mempersilahkan perempuan itu masuk, ‘Silahkan, Bu’

‘Koq bau parfum perempuan sih?’

Rio diam saja, tak menjawab pertanyaan majikannya. Dan Rio kembali menjalankan tugasnya, sebagai seorang supir, mengantar sang majikan pergi arisan.

26.10.05

[Cuma Cerita Pendek] Yang Terlupakan

Perempuan itu hanya bisa duduk terpekur… kepala tertunduk.. sesekali terdengar lirih… sedu sedan… tangis tertahan…

Sementara itu… terdengar suara lawan bicaranya… pria… berbeda sekali…

“Kamu ngaku aja, deh… siapa laki-laki yang berhubungan sama kamu selain aku? Mendingan kamu ngaku sekarang, kalo gak aku tampar lagi!”

‘Kenapa kamu harus kasar? Aku tetap berkata aku tidak berhubungan dengan laki-laki lain. Aku tidak bisa mengaku apa-apa karena memang aku tidak berbuat salah.’ Suara perempuan itu terdengar… susah payah.. di sela-sela tangisnya.

“Aku gak percaya… aku gak percaya sama kata-kata kamu… Kamu pasti bohong…” pria itu semakin menggila… suaranya semakin menggelegar…

‘Aku gak salah…. Aku gak salah…. Aku gak bohong sama kamu…’ suara perempuan itu semakin lirih…

Tiba-tiba… sebuah tangan menyentak bahu perempuan itu… Perempuan itu terkejut….

Perempuan itu menjadi histeris… ia berteriak…

‘Ahhhh…. Aku tidak salah… aku tidak salah…!!! ‘

Perempuan itu kalap… seperti hendak menggila… kehilangan akal… ia balik memukul lengan pria di sampingnya itu… masih berteriak, ‘Cuma begini penilaian kamu sama aku. Aku dari tadi diam… tiba-tiba kamu ngoceh gak karuan.. nuduh aku! Kamu pikir aku apa? Aku gak punya perasaan? Cuma kamu yang harus diperhatikan?’

Teriakannya semakin keras… ‘Ahhh…. Aku tidak tahan lagi…!!!’

Kali ini perempuan itu menyakiti dirinya sendiri. Ia memukul kepalanya, menarik-narik rambutnya, memukul-mukul tangannya ke kaca mobil. Dalam hati, berharap pria di sampingnya akan luluh…

Tapi, ternyata…

Pria itu justru semakin menggila… semakin beringas… semakin kasar…
Pria itu kembali memukulnya… dan berteriak…

“Diam gak…!!” Pria itu berteriak sambil mendorong-dorongnya.
“Atau kamu turun di sini….” Pria itu menghentikan mobilnya, membuka pintu di sebelah si perempuan, berusaha mendorongnya keluar.

Perempuan itu terdiam… ketakutan… menahan sakit di hati… sakit di badan… menahan tangis…

Mobil itu kembali melaju…


Aku tinggalkan mereka… aku tak sanggup melihat perempuan itu menangis…
Aku ingin marah… membelanya… tapi tak bisa…
Aku hanya bisa terdiam… memandang mereka menjauh… memandang dua manusia yang lupa bahwa mereka pernah berkata saling mencintai…

[Cuma Cerita Pendek] S.e.c.a.r.a

“Secara aku sama sepatu, tadi aku bela-belain dateng ke WTC. Aku rela desek-desekan sama ibu-ibu dan mbak-mbak lain yang gak kalah gahar sama aku. Aku rela adu pantat sama ibu-ibu and mbak-mbak itu,” Esha cerita dengan berapi-api ‘kisah perjuangan’ dia di bazaar Charles & Keith. Siapa sih yang gak kenal merk satu itu?

Tapi ada yang aneh…


“Secara aku udah niat banget, aku minta ijin keluar istirahat lebih cepet,” cerita Esha dengan heboh.

‘Secara??? Apa sih, Esha ngoceh pake ‘secara-secara’ terus?’

‘Sha… Sha…,’ Niken mencolek pundak Esha.

“Kenapa, Ken?” rada males Esha noleh ke Niken.. abis kata orang-orang, Niken suka gak nyambung.

‘Dari tadi cerita kamu rada aneh, deh, Sha… ada kalimat yang gak nyambung sama aku… aku rada gak ngerti,Sha,’ Niken nanya dengan tampangnya yang polos-polos ngeselin itu.

“Hah? Gak ngerti… Secara aku udah ngomong panjang lebar gitu, kamu masih gak ngerti?”

‘Nah.. itu, Sha… Secara-secara itu aku nggak ngerti.’

“Ya ampun, Niken… gak ngerti di mananya sih?? Secara kamu semua pada gak ikutan tadi, makanya aku cerita.” Esha mulai gak sabar sama ke’telmi’-an Niken. “Udah, ah… secara jam istirahat udah abis, dan aku udah kelamaan kabur, aku mau balik kerja lagi nih. Ntar ajalah aku tunjukin barang belanjaan aku yang cute-cute itu. Daaaggghhh,” Esha berlalu, dengan kenes melambaikan tangannya ke teman-temannya.

Perempuan-perempuan itu kembali ke mejanya masing-masing, termasuk Niken yang berjalan pelan-pelan, masih dalam kebingungannya, “Secara??? Ada tata bahasa baru ya?”

Ketika Niken balik ke meja kerjanya, sambil merapikan kertas-kertas di mejanya, Niken bertanya pada teman satu cubicle-nya, ‘Anti, kamu ngerti gak tadi Esha cerita apa?’

Yang ditanya menoleh dengan mengerenyit bingung, “Ngerti. Emang kenapa, Ken?”

‘Gak… aku gak ngerti tiap Esha ngomong dikit-dikit ‘secara’… dikit-dikit ‘secara’. Koq tata bahasa Esha belepotan begitu ya?’

Mulut Anti sedikit terbuka… bengong… dalam hatinya, “Temen aku kenapa sih? Gitu aja dibahas, deh…”

‘Anti…koq malah bengong? Kamu juga jadi ikutan gak ngerti kan?’ Niken seolah minta dukungan.

“Eh… gak tau ah. Satu saran aku buat kamu sebagai temen,” Anti menatap Niken dalam-dalam, “Gaul ya, Ken. Jangan jadi kaya’ itu tuh Betty La Fea.” Anti menyebut tokoh di salah satu telenovela, lalu berbalik menghadap ke komputernya dan mulai bekerja.

Gantian mulut Niken yang terbuka, ‘Betty La Fea? Sapa lagi sih itu?’


---- jam 5.30 ---

“Kleneng… kleneng… kleneng…”, si centil Esha mulai berkeliaran, “Ayo… katanya mau pada liat Charles & Keith aku, secara sekarang jam kerja udah officially selesai gitu lohhhh….” Esha terus berceloteh sambil menggelar hasil belanjanya di meja besar di tengah ruangan kantor.

Untung para ‘pembesar’ kantor lagi ada dinner meeting, jadi para pekerja bebas berkeliaran dan berteriak-teriak.

“Ayo, teman-temans… secara kalo gak liat, ntar pada ngiri. Buat contekan juga boleh, tapi jangan barengan ya makenya, secara ntar dibilang anak kembar!” Esha ngoceh sana-sini kaya’ mau dagang.

‘Secara lagi, secara lagi… aku makin gak ngerti,.’ pikir Niken sambil ikut-ikutan mau liat barang-barang si Esha.

“Aih.. ini lucu bener… ada warna apa aja nih, Sha?”
“Yang ini ada ukuran gede gak?”
“Sampe kapan sih bazaar-nya?”
“Ada yang haknya lebih tinggi gak, Sha?”

Duh.. kantor itu jadi rame kaya’ pasar, suara perempuan-perempuan yang sibuk liat ini-itu, tanya ini-itu.

“Esha.. ini ada gak?”
“Esha, yang ini aku beli boleh gak?”

“Halllooooo, my friends, secara aku bukan jualan, secara aku bukan pedagang, jadi aku gak bisa jawab pertanyaan kamu-kamu semua, mendingan besok kamu pada dateng aja ke bazaar itu. Dan, yang pasti, secara aku suka semuanya, aku gak bakalan jual satu pun barang-barang yang lagi kamu-kamu liat itu.”

Kata-kata Esha disambut dengan teriakan, “Huuuuu…”

Sementara yang lain heboh melihat-lihat sepatu dan selop yang lucu-lucu itu, Niken lebih sibuk memperhatikan Esha bicara, sibuk mencerna setiap kata-kata yang keluar dari bibir sexy Esha.

Tiba-tiba, “M… mm… my… My friends…” ada suara gugup yang dicentil-centilin.

Kumpulan perempuan itu menoleh ke asal suara… rada kaget…

“My friends¸aku pulang duluan ya…. Secara sekarang udah malem, nih… ma kasih ya, Esha… daaaggghhhh….” Niken melambaikan tangannya sambil berjalan keluar.

Bibir-bibir manis yang tadi cerewet berhenti berceloteh, … heran… dan mereka saling berpandangan sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak…

“Hahaha…. Hahaha…. Itu tadi Niken??? Yakin kamu Niken ngomong kaya’ gitu????”

Di luar, Niken tersenyum kecil mendengar sayup-sayup suara tawa teman-temannya.


10.19.05
(yang pernah bingung karena di milis pada ngomong ‘secara’)

[Cuma Cerita Pendek] Honeymoon... Honey in the Moon...

“Tia… Tia… bangun dong, Sayang, kita udah sampai nih,” Edo menepuk lembut pipi Tia, kemudian mencium ubun-ubun Tia. Tia menggeliat malas.

Tia dan Edo adalah pasangan pengantin baru, mereka sedang dalam perjalanan ke Singapura dan Malaysia dalam rangka honeymoon. Mereka berdua baru saja tiba di Heritage Hotel di Kuala Lumpur, tempat pemberhentian bis setelah 5 jam perjalanan dari Singapura.

‘Mmm…. Duh… badanku pegel, Do…’

“Uh.. kamu sih tidur terus, Sayang,” Edo menjawil hidung Tia.

‘Abis aku bosen… di jalan cuma liat kebun kelapa sawit,’ Tia masih menyender manja di bahu Edo.

“Yuk, turun, Sayang ... nanti koper kita kebawa sama orang lain.”

Setelah mengambil koper, mereka pun berangkat menuju Crown Princess Hotel.

‘Edo…. Liat tuh… Petronas Twin Towers!!!’ Tia berseru kegirangan, ketika mereka di taksi yang membawa mereka ke hotel.

“Ihhh… Tia.. norak, ah…” Edo tertawa melihat kelakuan istrinya.

‘Biarin aja… Nanti kita ke sana kan, Sayang?? Harus, lho…’

“Iya, Sayang… tenang aja,” Edo menjawab sambil tersenyum. “Bidadariku ini… koq suka masih kaya’ anak kecil, sih.” Tiba-tiba Edo meremas tangan Tia… gemas… dan sayang.


--- Genting Highlands ---

‘Edo… bilangin supir taksinya, jangan gila-gilaan gini dong bawa mobilnya!’ Tia setengah berteriak ketakutan. ‘Aku masih mau pulang ke Jakarta hidup-hidup, nih!’

Hari ini mereka akan mengunjungi Genting Highlands, kawasan perjudian di Malaysia. Taksi yang membawa mereka melaju dengan kencang, supirnya rada gila-gilaan. Edo dan Tia yang duduk di kursi belakang terpontang-panting ke kanan – kiri setiap di tikungan. Untung jalan satu arah.

“Tenang dong, Sayang... Ini kan jalan satu arah, gak bakal tabrakan,” Edo menepuk tangan Tia, berusaha menenangkannya.

‘Emang gak tabrakan, tapi kalo nyemplung ke jurang atau nabrak tebing gimana?’

Melihat istrinya panik, Edo menepuk bahu si supir, “Sir, could you please slow down a little bit?” Huh.. boro-boro mobilnya dipelanin, yang ada Edo malah sebel karena dicuekin. Untung gak lama, mereka sampai di Genting Highland Hotel.

‘Ihhh… romantis banget nih…. Sejuk banget… Kita main-main ke Snow World aja yuk, daripada ke casino… gak ngerti… dan ngabisin uang,’ Tia merangkul erat lengan Edo… kedinginan.

“Yuk, cari jalan ke sana. Mau naik cable car gak? Kamu gak takut kan, Sayang?”

‘Gak dong… kalo sama kamu, aku sih berani.’

Edo tertawa, “Hahahaha… tadi aja di mobil, kamu udah pucet.. nanti di cable car, jangan-jangan malah kamu teriak-teriak ketakutan dan minta turun.”

‘Ahhhh… Edo… tadi emang bener-bener nakutin. Supirnya gak mikirin penumpang tuh,’ Tia cemberut dan mencubit lengan Edo.

“Aduh… sakit dong, Sayang…”

‘Abis kamu jail banget.’


--- Cable Car ---

Tia berpegangan erat di tiang yang ada di dalam Cable Car, satu tangan lagi menggenggam tangan Edo. Dan Tia gak berani bergerak sedikit pun. Cable Car melintas di hutan hujan tropis. Dari pengeras suara terdengar, kalau lintasan Cable Car ini adalah yang terpanjang di Asia Tenggara, kira-kira 3,4 km melintasi hutan hujan tropis. Pemandangan yang indah kalau dinikmati dengan santai. Sayangnya, Tia gak bisa menikmatinya, tegang karena berada di tempat yang tinggi. Berbeda dengan Edo, yang asyik menoleh ke kiri dan ke kanan, menikmati keindahan yang ditawarkan.

‘Edo.. jangan bergerak-gerak terus dong. Tia takut.’

“Tuh… tadi katanya berani.”

‘Aku gak nyangka kalo setinggi dan sejauh ini, Do.’

“Gak pa-pa koq, Sayang,” Edo malah semakin bergerak-gerak… lebih aktif dari sebelumnya.

‘Edo… Tia beneran takut. Jangan gerak banyak-banyak, Tia takut cable car-nya jatuh,’ Tia mulai gemetar.

“Duh… ini tuh aman. Gak bakalan dibuat kalo gak aman. Nih, liat, aku bakal bergerak lebih heboh,” Edo bergerak-gerak, kakinya sengaja dihentak-hentakkan ke lantai cable car.

‘Do.. please.. jangan gitu, dong…,’ Tia semakin pucat.

Tapi, Edo tidak peduli, malah semakin keras menyentakkan kakinya.
Sementara Tia semakin berteriak.. semakin panik…

‘Edooo…. Kenapa sih? Koq malah bikin aku takut….?’
‘Edooo….. berhenti dong…. Edo….. Edo…..!!’ Tia berteriak histeris.

Edo malah menyeringai….
‘Edooo…..Edoooo…..!!!’

…………………………………….

“Mbak…. Mbak…. Ma’af…. Bangun, Mbak…,” Lelaki dengan logat Jawa menepuk bahu perempuan di sebelahnya…. Keningnya sedikit berkerut… heran…

‘Hah….!’ Perempuan itu terbangun… kaget… dan menoleh ke lelaki itu, dan berseru, ‘Edo… kita udah gak di cable car lagi?’ sambil mencengkeram lengan lelaki itu.

“Cable car? Cable car itu opo toh, Mbak?” lelaki itu makin heran, “Ma’af… Mbak kaya’nya mimpi deh… lagian nama saya bukan Edo. Ini udah sampai terminal Kampung Rambutan,” Lelaki itu beranjak dari kursinya, meninggalkan perempuan yang masih kebingungan itu.

‘Oooo…. My …. God…..!’


10.18.05
(sedikit dari Genting Highlands)

[Iseng-Iseng] Ramalan Bintang

@ Sifat ce berdasarkan Zodiak 2006

Aquarius
cewek :
tahun 2006 sangat menjanjikan bagi cewek aquarius, tapi anda tidak melulu diliputi kesuksesan bila ceroboh tidak mungkin kehilangan peluang. Hubungan dengan sahabat membutuhkan perhatian lebih dan musti lebih sabar, apalagi dengan pacar. sepertinga yang sudah memiliki hubungan yang cukup kuat tahun 2006 merupakan tahun yang tepat untuk merealisasikan ke jenjang yang lebih serius. Waspada dengan kondisi keuangan! pengeluaran besar akan terjadi di awal bulan Maret dan akhir Juli serta akhir Oktober dan pertengahan November. perhatikan kesehatan anda agak mengkhawatirkan, cobalah pergi ke laboratorium untuk periksa kesehatan anda.

@ Bintang Kamu di tahun 2006!

Aquarius ditahun 2006
Overview:
Sejak musim panas kemarin, kamu telah memperhatikan sesuatu yang tidak biasa: ketika bicara mengenai masalah keuangan sampai percintaan, kamu telah menjadi sangat disiplin. Tidak seperti biasanya karena kebiasaan ini tidak seperti mencerminkan sifat kamu, yaitu menghabiskan apa yang kamu hasilkan. Di akhir Februari 2006, kelihatannya kamu akan sedikit menghabiskan uang.
Di awal tahun 2006 kamu akan mendapatkan peluang dengan mudah. Meskipun kamu mampu menangani keuangan dengan baik akhir-akhir ini, kamu cenderung untuk terburu-buru menghabiskannya pada periode itu. Perhatikan biaya-biaya yang tidak terduga juga, jadi lihat hal-hal seperti perbaikan mobil, perbaikan rumah atau teman tersayang dengan masalah uang yang mendesak. Sekarang setelah kamu tahu, mulai merencanakan untuk hal tak terduga ini, yang mungkin terjadi di awal atau akhir Maret, atau sepanjang minggu awal bulan September. Dan jangan terkejut untuk telpon ,email atau kunjungan dari seseorang yang kamu cintai yang meminta bantuan. Pastikan kamu membantu mereka, bukan semakin menjerumuskan mereka melanjutkan arah yang tidak sehat. Kamu tahu perbedaannya!

Kembali ke masalah cinta, di bulan Juli, kebebasan dan kemandirian yang kamu baru dapatkan akan diuji terhadap kedatangan kembali mantan pacar atau pasangan -- seseorang yang mungkin berpikir apakah mereka akan mendapatkan kesempatan kedua dari kamu. Jika kamu (masih) tertarik, pastikan kamu memiliki solusi baru untuk masalah lama, dan calon pasangan itu mau mencoba sekuat kamu untuk memastikan segala hal berjalan dengan baik. Jika tidak, tetap saja perjuangkan kebebasan kamu yang manis yang baru saja kamu nikmati.

Asmara: Di tahun lalu, kamu belajar untuk mendisiplinkan diri dan melihat realitas yang ada. Ini berlaku untuk kehidupan cinta dimana kamu mendadak akan menyadari diri kamu hidup di kenyataan daripada dunia impian belaka. Seperti pelatih, kamu telah mendapatkan kemampuan untuk memanipulasi realitas (dengan persepsi kamu sendiri) dan bergerak maju menuju hasil yang diharapkan. Dan kamu menemukan sisi kehidupan yang baru, tajam ternyata memiliki aspek yang berbeda.

Penemuan jati diri yang baru dan langkah yang kamu ambil menuju kehidupan nyata dengan reaksi nyata ke situasi nyata akan membuat kamu mandiri. Di awal tahun ini, ini akan membawa kamu hidup tanpa tekanan. Karena kamu sangat tersentuh dengan hasrat kamu, kamu bereaksi dengan cepat terhadap situasi yang tidak mengganggu kamu sebelumnya. Sebagai contoh, jika seseorang menggoda kamu dan kamu tidak terlalu tertarik, kamu akan mengatakan mereka untuk menjauh. Atau mungkin jika kamu diganggu oleh pasangan, dengan mudah kamu akan memberi ultimatum. Namun seperti penjelajah lain, kamu tidak peduli dengan reaksi orang lain, selama kamu terus berada dalam perjalanan.

Seseorang dari masa lalu akan kembali datang ke kehidupan kamu di sekitar bulan July. Jika kamu pikir kamu telah cukup berubah untuk menghadapi masalah lama dengan cara baru, maka coba cek lagi tingkat ketertarikan kamu apakah akan berarti untuk diperjuangkan. Ambil kekaguman mereka sebagai penghargaan kamu, bahkan jika kamu pikir situasi yang ada tidak mampu merubah / memperbaiki hubungan. Adabanyak kegembiraan dalam kehidupan sebagai single, dan jangan lupa kemandirian yang baru saja kamu dapatkan. Namun jika kamu masih merasakan hubungan yang kuat terhadap orang ini, dan kamu berdua mau untuk mencoba pendekatan baru, maka lanjutkan saja.

Karir: Apa yang terjadi pada si jenius yang eksentrik, orang yang penuh dengan ide ini yang biasanya tidak pernah bisa diharapkan sebelumnya ? Kamu membangun citra itu di sepanjang tahun dan mengejutkan rekan kerja dengan mengkombinasikan kreatifitas yang tinggi dan cara yang membumi untuk mengerjakan projek dan mengeluarkan hasil. Struktur yang baru dan kedisiplinan yang baru ini akan membawa kamu memasuki dan melewati tahun 2006 dan membuat hidup lebih mudah dari sebelumnya. Pemahaman kamu terhadap masalah keuangan semakin meningkat dan terus sampai sepanjang tahun. Lihat cara untuk melipatgandakan aset sebelum pertengahan tahun.

Gaya lama kamu akan terus digunakan, meskipun, kamu akan terkejut terhadap keputusan besar yang kamu ambil secara terburu-buru. Seharusnya itu tidak masalah selain hal yang berhubungan dengan mengontrol keuangan. Jika kamu memerlukan brankas, ide yang baik -- kamu perlu menjaga agar uang yang kamu miliki tidak keluar sebelum tahun ini berakhir. Bagian awal dari tahun adalah waktu yang tepat untuk merencanakan; kamu mungkin memerlukan sumber tambahan di bulan Maret atau awal September sebagai reaksi terhadap biaya yang tak terduga. Teman akan meminta bantuan di bulan-bulan itu, dan kamu perlu mengambil tindakan dan lakukan yang terbaik untuk mereka.

Pelanggan lama, klien, bos dan rekan kerja akan menjadi salah satu perhatian kamu di sepanjang tahun. Sebagian akan datang sebagai peran lama mereka, sebagian meminta kamu kembali ke peran lama dan yang lain hanya datang dan menyapa. Tidak perlu mengakomodasikan semua orang, bersiaplah untuk berkata tidak lebih sering dari yang kamu sukai. Koneksi lama itu akan mengingatkan kamu bagaimana kamu telah berjuang dan menunjukan komitmen untuk tujuan pribadi kamu.

@ birthday characteristics

February 01 - 05 ~ Cat

If you are a Cat: An extremely lovable, adorable person, sometimes shy,with a passion for quick wit. At times, you prefer quietness. You love exploring various things and going into depth of each thing. Under normal circumstances you're cool, when given a reason to, you are like a volcano waiting to erupt. You're a fashion bird. People look forward to you as an icon associated with fashion. Basically, you mingle along freely but don't like talking much to strangers. People feel very easy in your company. You observe care in choosing your friends.

Source: email-email yang mampir di inbox email kantor

Mimpi dan Kejadian Aneh

Minggu lalu, tiga hari berturut-turut aku mimpi dan mengalami kejadian aneh. Pertama malem jum’at, aku mimpi papa meninggal. Gak ada sakit, gak kenapa-napa, tau-tau, papa meninggal. Pas bangun aku deg-deg banget… ya ada rasa takut juga sih.

Terus, kedua, aku mimpi ketemu hantu, pocong. Ceritanya aku mau keluar kamar, terus aku ngeliat ada hantu, aku teriak kuat-kuat, lalu pintu kamar kututup, sambil teriak-teriak ke mama, bilang di luar ada hantu, dan nyuruh pintu kamar di kunci. Tapi, tiba-tiba, hantu itu udah melongok ke dalam kamar. Aku makin teriak-teriak. Rasa aku tidur belum lama, tapi aku inget blom baca doa… pas bangun, deg-degan lagi…

Terus, malem minggu atau malem senin, aku lupa, ada orang-orang dari mushola deket rumah dateng ke rumah, katanya di mushola ada pengumuman kalo papa meninggal. Jadinya orang-orang itu pada mau ngelayat ke rumah. Padahal, alhamdulillah, papa masih segar bugar.

Apa sih artinya ini??

06.01.17

The Jacket

Image hosting by Photobucket

Duh, aku sebel nonton film ini. Gak ngerti… mana tuh ketegangan yang ‘ditawarkan’, mana tuh, yang katanya “Terror has a new name”?

Dimulai gara-gara Jack Starks (Adrien Brody) yang ketembak di kepalanya pas perang teluk. Ia di-claim udah mati. Tapi ternyata belum… Dia kena amnesia. Terus, tiba-tiba, udah pindah aja ke suatu musim dingin, si Jack lagi jalan sendirian. Ketemu sama anak perempuan kecil, Jackie, yang mobilnya mogok dan ibunya pingsan karena mabok. Dia nolongin anak itu benerin mobilnya. Terus, dia jalan lagi, ketemu mobil tumpangan, yang entah kenapa, tiba-tiba diberhentiin polisi. Tau-tau, dia udah ada di pengadilan, dituduh membunuh polisi patroli itu. Dia gak bisa ngebuktiin kalo dia gak salah, dan akhirnya dicap rada terganggu ingatannya. Akhirnya dia dimasukkin ke rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa itu, Jack dijadiin bahan percobaan sama satu dokter. Setiap malem, dia dipakein jaket untuk orang gila lalu dimasukkin ke dalam laci yang biasa dipake untuk penyimpanan mayat. Laci yang gelap itu sempat membuat Jack ketakutan, dan tiba-tiba aja dia ‘terlempar’ ke masa depan. Tiba-tiba dia muncul di musim dingin di malam natal tahun 2007, dan dia ketemu seorang cewek, yang ternyata adalah Jackie (Keira Knightley), anak kecil yang mobilnya rusak itu. Jackie sempat gak percaya sama Jack. Tapi, setelah beberapa kali kemunculan yang tiba-tiba, akhirnya malah Jackie membantu Jack mencari tau sebab kematiannya di tahun 1993. Malah akhirnya, mereka pacaran!!

Ya udah, berulang kali kayak begitu. Dan aku gak bisa ‘menangkap’ ketakutan Jack waktu di dalam laci itu. Dan ending-nya gak seru.. dan bener-bener… gak ada tuh tegang-tegannya. Jadi ya… gitu aja.. gak ‘meninggalkan’ jejak apa pun.

Apa karena aku nontonnya di dvd dan terpotong-potong ya?

06.01.16

Wedding Date and Monster-in-Law

Dua film romantis ini yang mengisi weekend gue kemarin. Duanya lumayan menyegarkan dan menghibur. Dua drama comedy, dengan latar belakang cerita yang yaahhh.. lumayan beda, lah.

Image hosting by Photobucket

Pertama Wedding Date. Ceritanya Kat Ellis (Debra Messing) diundang ke pesta pernikahan adiknya di London. Dan dia kelimpungan nyari pasangan buat diajak ke sana. Akhirnya dia nyari-nyari di koran, ketemulah satu male escort, Nick (Dermot Mulroney). Mereka ketemuan pertama kali di pesawat. Ternyata si Nick ini boleh juga, ganteng and seksi. Tujuan Kat nyari pasangan ‘sewaan’ ini, sih sebenarnya buat ‘manas-manasin’ mantan tunangannya, Jeffrey. Kat bolak-balik bersikap sok mesra sama Nick di depan Jeffrey. Tapi… seperti yang mungkin udah ketebak, lama-lama mereka berdua jadi suka beneran. Tapi, juga, gak semudah itu tuh, akhirnya mereka ‘bener-bener’ jadian. Ada acara marah-marahan dulu, ada acara si Nick mau pulang duluan ke Amrik. Tapi, ya… karena sadar lagi jatuh cinta dan gak tahan kalo pisah, akhirnya Nick balik lagi ke gereja tempat upacara pernikahan, padahal Kat udah rada hopeless.

Best scene:
Waktu Kat tau kalo Jeffrey pernah ‘macem-macem’ sama adiknya Kat, Amy. Kat kaget dan marah, dan begitu ngeliat Nick, dia langsung meluk Nick. Keliatan di situ, kaya’nya Kat meluk Nick, seolah minta perlindungan and mencari ketenangan. Dan Nick yang bales meluk Kat, seakan mau bilang, “Don’t worry, I’m here.”

Satu lagi, waktu mereka belajar dansa. Di pagi sebelum pergi ke tempat latihan, mereka sempet marahan. Terus, di awal belajar dansa, mereka seolah mau saling ‘menyakiti’. Nick sengaja ‘ngejegal’ kaki Kat, dan Kat sengaja nginjek kaki Nick. Buntutnya malah mereka dansa dengan santai.


Terus, film Monster-in-Law.

Image hosting by Photobucket

Charlotte ‘Charlie’ (J Lo), pekerjaannya macem-macem, mulai dari tukang ngajak anjing jalan-jalan, operator di rumah sakit, pelayan catering, suka ngerancang baju, suka ngelukis. Waktu dia lagi ngajak anjing jalan-jalan di pantai, di depannya ‘melintas’ seorang cowok yang cakep. Setelah ketemu ‘secara gak sengaja’ berkali-kali, akhirnya mereka kenalan. Si cowok ini, Kevin Fields, ternyata seorang dokter. Mereka akhirnya pacaran. Kevin punya ibu, seorang presenter kondang, Viola Fields (Jane Fonda), yang tiba-tiba aja ‘dipecat’ diganti sama orang yang lebih muda. Karuan aja, jiwanya rada terganggu, sampai harus diterapi. Viola, termasuk tipe ibu yang gak rela anak laki-laki satu-satunya pacaran sama cewek yang ‘biasa-biasa’ aja. Tentu aja dia kaget, waktu Kevin nekat melamar Charlie di depan ibunya. Dengan segala cara, Viola melakukan hal-hal yang ‘nyebelin’, berharap Charlie gak tahan dan menjauhi Kevin. Tapi, ternyata, ‘belang’nya Viola ketahuan, dan Charlie bikin siasat biar Viola kapok. Tentu aja, akhirnya Charlie yang menang. Dan mereka pun baikan…

Best scene: Mmm… apa ya..? Oh ya, waktu di hari pernikahan, setelah ribut-ribut sama Viola, bahkan hampir batal nikah, Charlie bilang, dia pengen Viola selalu ada di setiap acara istimewanya dia dan Kevin, dan juga anak-anak mereka nanti. Charlie bilang, “I want you to be there.” Touchy.…

Hmmm… lagi-lagi, gue ‘jatuh cinta’ sama pemain cowoknya. Gue jadi nyari-nyari filmnya Dermot Mulroney yang lain. Sebenarnya sih.. gak cakep-cakep banget… tapi… ada
inner ‘ganteng’­-nya.

06.01.16

Sunday, January 15, 2006

Film Romantis

Nonton dua film drama - comedy - romantis weekend ini, membuat gue berpikir, "Ahhh... wish life could be that easy and simple..."

Thursday, January 12, 2006

‘Kapan, nih?’

Pertanyaan di atas yang bikin gue sekarang males dateng ke acara-acara keluarga, entah arisan, atau kawinan, atau sekedar kumpul-kumpul. Selalu aja, tiap salaman pas baru datang, ditanya (especially sama yang udah tua-tua, alias para nenek), “Mana nih, koq gak diajak?” Jawaban dari gue hanya senyum (yang dipaksain) manis. Pas salaman mau pamit pulang, another question from them, “Jadi kapan, nih?” Lagi-lagi, senyum (yang dipaksain) manis sebagai jawaban, ditambah, “Do’ain aja, nek.”

Ah… kenapa sih… harus ada pertanyaan itu?? Ya males aja… tiap ketemu ditanya begitu, ntar juga kalo udah pasti, akan ada undangan or ‘halo-halo’-nya…

Belum married, ditanya kapan married
Udah married, ditanya koq belum hamil juga
Udah hamil and baby-nya udah lahir, ditanya kapan hamil lagi…

Lho…??

06.01.12

Edison

Kaget juga pas liat di daftar pemain film ini ada nama ‘Justin Timberlake’. Bisa juga main film ya? Dan lawan mainnya juga gak tanggung-tanggung, ada Morgan Freeman, ada Kevin Spacey, ada LL Cool J.

Di sini, Justin jadi wartawan keturunan Yahudi, namanya Josh Pollack. Dia harus meliput sidang pembunuhan yang ternyata melibatkan sebuah kesatuan di kepolisian. Anggota kesatuan ini melakukan cara-cara yang gak bener untuk mendapatkan uang. Dan waktu tau lagi ‘diselidiki’, tentu bagian ini, yang namanya F.R.A.T, gak tinggal diam, dong. Mereka berusaha ‘melenyapkan’ si Josh. Sampai-sampai, pacarnya sendiri juga ikutan jadi korban. Tentunya, di dalam kesatuan itu, gak semuanya jahat, ada salah satu anggotanya yang merasa gak ‘sreg’ dengan operasi F.R.A.T ini, yang akhirnya ngebantuin Josh dan melindungi dia pas lagi tembak-tembakan.

Lumayan juga… Justin Timberlake gak hanya bisa jadi boyband icon, tapi bisa juga megang pistol and tembak-tembakan di film action ini.

O ya, Edison ini bukan nama orang, tapi nama sebuah kota di Amerika.

06.01.11

Pretty Prita

Image hosted by Photobucket.com
Gue nyaris males baca buku ini, karena gue punya pengalaman ‘buruk’ membaca buku

Sunday, January 08, 2006

Imperia

Judul buku ini cukup bikin gue pengen tahu, apa atau siapa sih Imperia itu? Dan setelah tertunda lama, akhirnya gue berhasil menamatkan buku ini. Ternyata Imperia itu adalah nama sebuah patung di Konstanz, Jerman. Patung ‘pelacur’ dan uniknya patung ini, di kedua tangannya, ada masing-masing satu orang laki-laki yang sangat berpengaruh di jamannya. Jadi, ternyata profesi yang ‘dilecehkan’ banyak orang, bisa membuat dua orang pemimpin bertekuk lutut.

Terus apa hubungannya dengan cerita di novel ini? Dari novel ini, ‘dibuka’ seluk-beluk permainan dalam industri musik, dalam dunia jurnalistik, dan dunia seorang diva.

Cerita dibuka dengan pembunuhan seorang laki-laki, yang ternyata bekas pengacara diva yang lagi ngetop banget. Inti novel ini sebenarnya tentang balas dendam dan iri hati. Di tengah-tengah cerita, mungkin bakal sempet nebak siapa pembunuh atau siapa yang ada di belakang pembunuhan itu. tapi, pinternya si penulis, dugaan kita bakal ‘dibuyarkan’ dengan munculnya tokoh lain yang juga bisa jadi tersangka.

Yang kadang bikin males baca novel ini, beberapa tokoh digambarkan ‘sempurna’ banget. Misalnya si Diva, Melanie Capriaci atau disingkat MC (‘maksa’ mirip KD?), perempuan yang cantik banget, diplomatis, punya suami yang pengertian, punya tiga anak, pernikahan yang digambarkan sempurna, dan diam-diam pinter banget. Tapi, ternyata , dibalik yang sempurna itu, MC juga bisa main ‘gila’ sama seorang Jendral. Hmmm, sekilas, mirip Diva di Supernova. MC ini yang ‘nge-fans’ banget sama Imperia. Seolah MC ini ‘jelmaan’ Imperia.

Terus, ada Shalimar, managing director K-Sound, perusahaan yang ngeluarin album MC. Meskipun gak penting-penting amat, tapi lumayan panjang cerita tentang background Shalimar ini. Anak muda, baru umur 23 tahun, tapi udah jadi managing director di perusaahan rekaman top.

Ada juga Stefan, anak muda yang nemenin Wikan jalan-jalan di Konsztan, wartawan yang baru lulus yang awalnya ditugasin hanya untuk wawancara MC sehubungan dengan album terbarunya, malah terlibat lumayan jauh dalam kasus ini. Nah, Stefan ini sebenarnya juga gak penting-penting amat, tapi tetap diceritain dalam porsi yang lumayan (masih wajar sih, dibanding cerita si Shalimar), diceritain kenapa dia bisa jadi gay.

Yang bagus di novel ini, ada adegan percintaan, tapi penggambarannya gak bikin jijik atau vulgar. Adegan percintaan boleh dibilang digambarkan dengan bahasa yang indah. Terus, cara penggambaran waktu Wikan jalan-jalan antara Swiss dan Jerman.. kaya’nya indah banget, sambil sekali-sekali ngebandingin dengan keadaan di tanah air… jadi iri dan pengen liat juga. Yang bagusnya juga, ‘sejarah hidup’ Wikan, gak diceritain berpanjang-panjang dalam satu bagian, tapi ‘tersebar’ di beberapa kejadian yang dia alamin. Misalnya waktu naik kereta, dia inget naik KRL jurusan Jakarta-Depok, atau pas dia cerita kapan dia bisa dapat ‘penglihatan’. Jadi pas gue baca, gue gak merasa ada ‘kesombongan’ dalam cerita itu, seperti bagain Shalimar atau MC.

Dan ending novel ini juga bagus, meskipun ketahuan siapa sih sebenarnya otak pembunuhan itu, dan apa motifnya, gak ada tuh ending dengan cerita penangkapan si pembunuh. Yang ada malah another conspiracy.

Untungnya sih, ada background pembunuhan, kalo gak bakalan cape’ baca riwayat hidup tokoh-tokoh, yang kadang (menurut gue) gak penting. Selain itu, bisa dapet info tentang musik, kaya’ R.E.M, The Doors, atau pemain gitar yang mungkin blom pernah gue denger namanya. Atau juga info tentang buku-buku Gabriel García Márquez, penulis favorit Wikan, si wartawan, atau bahkan sejarah tempat-tempat wisata di Jerman.

06.01.01

New Year . . . It’s Just Another Day

Biasanya kalo tahun baru, penuh dengan harapan, penuh dengan ‘resolusi’. Rame-rame deh di majalah bikin artikel ‘Resolusi Tahun Baru’. Padahal, sih, kalau hanya sekedar angan-angan di otak, di hari kedua, ketiga di bulan Januari, resolusi itu udah gak ada artinya, udah menguap gitu aja.

Jadi ya, hari pertama di bulan januari, sama aja seperti hari kemarin… Cuma ganti hari aja, Cuma ganti tanggal aja, hanya bedanya tahun. Today is yesterday’s tommorow. (Ha… bingung? Emang…)

Koq gue kesannya pesimis banget ya? Gak koq.. gue hanya berusaha realistis. Gue gak mau bikin harapan yang indah-indah atau bikin keinginan yang muluk-muluk, apalagi sampai gue ucapkan ke orang lain. Karena pengalaman aja, kalo gue udah mengucapkan sebuah keinginan dan gue certain ke orang lain, justru malah gak kesampaian.

Ya, tapi, bolehlah gue apa bikin list ‘maunya’ gue:
1. Mau namatin baca buku yang selama ini hanya jadi pajangan, baik yang pernah dibaca sama sekali atau yang baru dibaca setengah
2. Gak beli buku sampai buku di rumah abis dibaca semua (haahaha.. ini janji gue setiap gue ada di depan kasir pas bayar buku…)
3. Gue mau ngelengkapin koleksi novel & komik pengarang favorit gue
4. Bang… bing… bung… yok… nabung… (harus ini…)
5. Hmmm… olahraga?? Ngecilin perut???
6. Diet??? Kontrol makanan??? Jangan kebanyakan ngemil…
7. Try to be more healthy… jangan kebanyakan makan mie… seminggu sekali boleh (ini janji gue setiap abis makan indomie yang kedua di minggu yang sama)
8. Rapiin meja kerja??? (janji menjelang appraisal…hehehe..)
9. Wishing yang rada serius… membenahi hubungan gue sama pacar gue… mulai mikirin buat langkah selanjutnya… tahun ini gue udah 29 (hiks…)


Kalo sesuatu yang gue tunggu-tunggu tahun ini apa ya?? Hmmm…
1. Film ‘Memoirs of a Geisha’ (pengen tahu… sekeren bukunya apa nggak…)
2. Film ‘Superman’ (posternya keren)
3. Of course… kejutan di hari ulang tahun… hahaha..


06.01.01