[Cuma Cerita Pendek] Honeymoon... Honey in the Moon...
“Tia… Tia… bangun dong, Sayang, kita udah sampai nih,” Edo menepuk lembut pipi Tia, kemudian mencium ubun-ubun Tia. Tia menggeliat malas.
Tia dan Edo adalah pasangan pengantin baru, mereka sedang dalam perjalanan ke Singapura dan Malaysia dalam rangka honeymoon. Mereka berdua baru saja tiba di Heritage Hotel di Kuala Lumpur, tempat pemberhentian bis setelah 5 jam perjalanan dari Singapura.
‘Mmm…. Duh… badanku pegel, Do…’
“Uh.. kamu sih tidur terus, Sayang,” Edo menjawil hidung Tia.
‘Abis aku bosen… di jalan cuma liat kebun kelapa sawit,’ Tia masih menyender manja di bahu Edo.
“Yuk, turun, Sayang ... nanti koper kita kebawa sama orang lain.”
Setelah mengambil koper, mereka pun berangkat menuju Crown Princess Hotel.
‘Edo…. Liat tuh… Petronas Twin Towers!!!’ Tia berseru kegirangan, ketika mereka di taksi yang membawa mereka ke hotel.
“Ihhh… Tia.. norak, ah…” Edo tertawa melihat kelakuan istrinya.
‘Biarin aja… Nanti kita ke sana kan, Sayang?? Harus, lho…’
“Iya, Sayang… tenang aja,” Edo menjawab sambil tersenyum. “Bidadariku ini… koq suka masih kaya’ anak kecil, sih.” Tiba-tiba Edo meremas tangan Tia… gemas… dan sayang.
--- Genting Highlands ---
‘Edo… bilangin supir taksinya, jangan gila-gilaan gini dong bawa mobilnya!’ Tia setengah berteriak ketakutan. ‘Aku masih mau pulang ke Jakarta hidup-hidup, nih!’
Hari ini mereka akan mengunjungi Genting Highlands, kawasan perjudian di Malaysia. Taksi yang membawa mereka melaju dengan kencang, supirnya rada gila-gilaan. Edo dan Tia yang duduk di kursi belakang terpontang-panting ke kanan – kiri setiap di tikungan. Untung jalan satu arah.
“Tenang dong, Sayang... Ini kan jalan satu arah, gak bakal tabrakan,” Edo menepuk tangan Tia, berusaha menenangkannya.
‘Emang gak tabrakan, tapi kalo nyemplung ke jurang atau nabrak tebing gimana?’
Melihat istrinya panik, Edo menepuk bahu si supir, “Sir, could you please slow down a little bit?” Huh.. boro-boro mobilnya dipelanin, yang ada Edo malah sebel karena dicuekin. Untung gak lama, mereka sampai di Genting Highland Hotel.
‘Ihhh… romantis banget nih…. Sejuk banget… Kita main-main ke Snow World aja yuk, daripada ke casino… gak ngerti… dan ngabisin uang,’ Tia merangkul erat lengan Edo… kedinginan.
“Yuk, cari jalan ke sana. Mau naik cable car gak? Kamu gak takut kan, Sayang?”
‘Gak dong… kalo sama kamu, aku sih berani.’
Edo tertawa, “Hahahaha… tadi aja di mobil, kamu udah pucet.. nanti di cable car, jangan-jangan malah kamu teriak-teriak ketakutan dan minta turun.”
‘Ahhhh… Edo… tadi emang bener-bener nakutin. Supirnya gak mikirin penumpang tuh,’ Tia cemberut dan mencubit lengan Edo.
“Aduh… sakit dong, Sayang…”
‘Abis kamu jail banget.’
--- Cable Car ---
Tia berpegangan erat di tiang yang ada di dalam Cable Car, satu tangan lagi menggenggam tangan Edo. Dan Tia gak berani bergerak sedikit pun. Cable Car melintas di hutan hujan tropis. Dari pengeras suara terdengar, kalau lintasan Cable Car ini adalah yang terpanjang di Asia Tenggara, kira-kira 3,4 km melintasi hutan hujan tropis. Pemandangan yang indah kalau dinikmati dengan santai. Sayangnya, Tia gak bisa menikmatinya, tegang karena berada di tempat yang tinggi. Berbeda dengan Edo, yang asyik menoleh ke kiri dan ke kanan, menikmati keindahan yang ditawarkan.
‘Edo.. jangan bergerak-gerak terus dong. Tia takut.’
“Tuh… tadi katanya berani.”
‘Aku gak nyangka kalo setinggi dan sejauh ini, Do.’
“Gak pa-pa koq, Sayang,” Edo malah semakin bergerak-gerak… lebih aktif dari sebelumnya.
‘Edo… Tia beneran takut. Jangan gerak banyak-banyak, Tia takut cable car-nya jatuh,’ Tia mulai gemetar.
“Duh… ini tuh aman. Gak bakalan dibuat kalo gak aman. Nih, liat, aku bakal bergerak lebih heboh,” Edo bergerak-gerak, kakinya sengaja dihentak-hentakkan ke lantai cable car.
‘Do.. please.. jangan gitu, dong…,’ Tia semakin pucat.
Tapi, Edo tidak peduli, malah semakin keras menyentakkan kakinya.
Sementara Tia semakin berteriak.. semakin panik…
‘Edooo…. Kenapa sih? Koq malah bikin aku takut….?’
‘Edooo….. berhenti dong…. Edo….. Edo…..!!’ Tia berteriak histeris.
Edo malah menyeringai….
‘Edooo…..Edoooo…..!!!’
…………………………………….
“Mbak…. Mbak…. Ma’af…. Bangun, Mbak…,” Lelaki dengan logat Jawa menepuk bahu perempuan di sebelahnya…. Keningnya sedikit berkerut… heran…
‘Hah….!’ Perempuan itu terbangun… kaget… dan menoleh ke lelaki itu, dan berseru, ‘Edo… kita udah gak di cable car lagi?’ sambil mencengkeram lengan lelaki itu.
“Cable car? Cable car itu opo toh, Mbak?” lelaki itu makin heran, “Ma’af… Mbak kaya’nya mimpi deh… lagian nama saya bukan Edo. Ini udah sampai terminal Kampung Rambutan,” Lelaki itu beranjak dari kursinya, meninggalkan perempuan yang masih kebingungan itu.
‘Oooo…. My …. God…..!’
10.18.05
(sedikit dari Genting Highlands)
Tia dan Edo adalah pasangan pengantin baru, mereka sedang dalam perjalanan ke Singapura dan Malaysia dalam rangka honeymoon. Mereka berdua baru saja tiba di Heritage Hotel di Kuala Lumpur, tempat pemberhentian bis setelah 5 jam perjalanan dari Singapura.
‘Mmm…. Duh… badanku pegel, Do…’
“Uh.. kamu sih tidur terus, Sayang,” Edo menjawil hidung Tia.
‘Abis aku bosen… di jalan cuma liat kebun kelapa sawit,’ Tia masih menyender manja di bahu Edo.
“Yuk, turun, Sayang ... nanti koper kita kebawa sama orang lain.”
Setelah mengambil koper, mereka pun berangkat menuju Crown Princess Hotel.
‘Edo…. Liat tuh… Petronas Twin Towers!!!’ Tia berseru kegirangan, ketika mereka di taksi yang membawa mereka ke hotel.
“Ihhh… Tia.. norak, ah…” Edo tertawa melihat kelakuan istrinya.
‘Biarin aja… Nanti kita ke sana kan, Sayang?? Harus, lho…’
“Iya, Sayang… tenang aja,” Edo menjawab sambil tersenyum. “Bidadariku ini… koq suka masih kaya’ anak kecil, sih.” Tiba-tiba Edo meremas tangan Tia… gemas… dan sayang.
--- Genting Highlands ---
‘Edo… bilangin supir taksinya, jangan gila-gilaan gini dong bawa mobilnya!’ Tia setengah berteriak ketakutan. ‘Aku masih mau pulang ke Jakarta hidup-hidup, nih!’
Hari ini mereka akan mengunjungi Genting Highlands, kawasan perjudian di Malaysia. Taksi yang membawa mereka melaju dengan kencang, supirnya rada gila-gilaan. Edo dan Tia yang duduk di kursi belakang terpontang-panting ke kanan – kiri setiap di tikungan. Untung jalan satu arah.
“Tenang dong, Sayang... Ini kan jalan satu arah, gak bakal tabrakan,” Edo menepuk tangan Tia, berusaha menenangkannya.
‘Emang gak tabrakan, tapi kalo nyemplung ke jurang atau nabrak tebing gimana?’
Melihat istrinya panik, Edo menepuk bahu si supir, “Sir, could you please slow down a little bit?” Huh.. boro-boro mobilnya dipelanin, yang ada Edo malah sebel karena dicuekin. Untung gak lama, mereka sampai di Genting Highland Hotel.
‘Ihhh… romantis banget nih…. Sejuk banget… Kita main-main ke Snow World aja yuk, daripada ke casino… gak ngerti… dan ngabisin uang,’ Tia merangkul erat lengan Edo… kedinginan.
“Yuk, cari jalan ke sana. Mau naik cable car gak? Kamu gak takut kan, Sayang?”
‘Gak dong… kalo sama kamu, aku sih berani.’
Edo tertawa, “Hahahaha… tadi aja di mobil, kamu udah pucet.. nanti di cable car, jangan-jangan malah kamu teriak-teriak ketakutan dan minta turun.”
‘Ahhhh… Edo… tadi emang bener-bener nakutin. Supirnya gak mikirin penumpang tuh,’ Tia cemberut dan mencubit lengan Edo.
“Aduh… sakit dong, Sayang…”
‘Abis kamu jail banget.’
--- Cable Car ---
Tia berpegangan erat di tiang yang ada di dalam Cable Car, satu tangan lagi menggenggam tangan Edo. Dan Tia gak berani bergerak sedikit pun. Cable Car melintas di hutan hujan tropis. Dari pengeras suara terdengar, kalau lintasan Cable Car ini adalah yang terpanjang di Asia Tenggara, kira-kira 3,4 km melintasi hutan hujan tropis. Pemandangan yang indah kalau dinikmati dengan santai. Sayangnya, Tia gak bisa menikmatinya, tegang karena berada di tempat yang tinggi. Berbeda dengan Edo, yang asyik menoleh ke kiri dan ke kanan, menikmati keindahan yang ditawarkan.
‘Edo.. jangan bergerak-gerak terus dong. Tia takut.’
“Tuh… tadi katanya berani.”
‘Aku gak nyangka kalo setinggi dan sejauh ini, Do.’
“Gak pa-pa koq, Sayang,” Edo malah semakin bergerak-gerak… lebih aktif dari sebelumnya.
‘Edo… Tia beneran takut. Jangan gerak banyak-banyak, Tia takut cable car-nya jatuh,’ Tia mulai gemetar.
“Duh… ini tuh aman. Gak bakalan dibuat kalo gak aman. Nih, liat, aku bakal bergerak lebih heboh,” Edo bergerak-gerak, kakinya sengaja dihentak-hentakkan ke lantai cable car.
‘Do.. please.. jangan gitu, dong…,’ Tia semakin pucat.
Tapi, Edo tidak peduli, malah semakin keras menyentakkan kakinya.
Sementara Tia semakin berteriak.. semakin panik…
‘Edooo…. Kenapa sih? Koq malah bikin aku takut….?’
‘Edooo….. berhenti dong…. Edo….. Edo…..!!’ Tia berteriak histeris.
Edo malah menyeringai….
‘Edooo…..Edoooo…..!!!’
…………………………………….
“Mbak…. Mbak…. Ma’af…. Bangun, Mbak…,” Lelaki dengan logat Jawa menepuk bahu perempuan di sebelahnya…. Keningnya sedikit berkerut… heran…
‘Hah….!’ Perempuan itu terbangun… kaget… dan menoleh ke lelaki itu, dan berseru, ‘Edo… kita udah gak di cable car lagi?’ sambil mencengkeram lengan lelaki itu.
“Cable car? Cable car itu opo toh, Mbak?” lelaki itu makin heran, “Ma’af… Mbak kaya’nya mimpi deh… lagian nama saya bukan Edo. Ini udah sampai terminal Kampung Rambutan,” Lelaki itu beranjak dari kursinya, meninggalkan perempuan yang masih kebingungan itu.
‘Oooo…. My …. God…..!’
10.18.05
(sedikit dari Genting Highlands)
2 Comments:
At 6:43 PM, Anonymous said…
Keep up the good work Best offer tenuate from uk Allegra lawsuit botox migraines accutane depression First in time and divorce and virginia Free porn blooper clips Help+quitting+smoking Air-wall saunas zyrtec negative pregnancy test affordable dental insurance indiana how can i get butalbital Czci peugeot 605 Dvd parental control gonzales dental insurance Celebrex+and+cancer indianapolis dental insurance Cisco egzamin Pro-se divorce chronology Trans sport eternal perspectives financial planning
At 1:52 PM, Anonymous said…
What a great site » » »
Post a Comment
<< Home