ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Saturday, September 09, 2006

[Book Review] Kamar Cewek

Kamar Cewek
Ninit Yunita & Okke ‘Sepatu Merah’
Gagas Media, 2006
238 Hal.

Kamar Cewek merupakan novel kolaborasi jarak jauh antara Ninit Yunita (‘Mendadak Dangdut’, ‘Heart’, ‘Test Pack’ & ‘Koq Putusin Gue?’) dan Okke, pemilik blog
www.sepatumerah.net. Kamar Cewek sendiri mempunyai blog dengan nama yang sama: www.kamarcewek.com.

Di Kamar Cewek ini, kita akan membaca keluh kesah empat sahabat. Safina, Ratu, Lona dan Tiara. Empat sahabat ini sama-sama kuliah di fakultas hukum di salah satu universitas di Bandung. Tapi, ketika bekerja, tak satu pun yang bersentuhan dengan dunia hukum.

Sebagian besar (atau bahkan hampir semua) topik dalam buku ini, gak jauh-jauh, berkisar pada masalah cowok. Safina, yang sudah 28 tahun, tapi belum sekali pun pacaran. Ratu, yang tomboy, satu-satunya di antara mereka berempat yang mempunyai hubungan serius tapi tidak disukai sang ibu calon mertua. Lona, si seksi yang senang gonta-ganti cowok. Dan Tiara, cewek yang paling ‘bolot’ yang masih cinta mati sama mantan pacarnya.

Meskipun judulnya ‘Kamar Cewek’, kebanyakan setting cerita malah mengambil tempat di café dan mal-mal di Jakarta. Khas cewek-cewek yang gak mau ketinggalan setiap ada Big Sale, nongkrong di café sambil ketawa-ketiwi ngelirik cowok-cowok cakep. Semua disajikan dengan ringan banget. Mereka gak hanya becanda, tertawa, tapi juga nangis, marah, musuhan bahkan curiga.

Ide cerita memang bukan hal yang baru. Mungkin Kamar Cewek akan dibuat sekuel-nya? Tentang masalah di tempat kerja masing-masing mungkin? Tapi, yang pasti, buku ini boleh juga untuk teman weekend.

Jangan takut, cowok juga boleh ‘ngintip’ koq. Biar tahu ‘jeritan’ hati para cewek-cewek.

[Jalan-Jalan, Nih...] Foto-Foto Hard Rock Cafe & Hard Rock Hotel - Bali

Tulisan di depan Hard Rock Cafe


Beberapa foto The Beatles


Foto Elvis Presley

Gitar Indra Lesmana


Gitar Mollucas & Sheila on 7

[Jalan-Jalan, Nih…] Shopping Lagi… and Back to Jakarta… Huhuhu…

Pagi ini, acara bebas. Temennya Echi berbaik hati nganterin perempuan-perempuan gila belanja ini (gue, Echi and Prili) ke salah satu toko di daerah Denpasar kota yang katanya menjual barang-barang dari Sukowati. Kita gak bisa nawar, tapi harganya hanya beda 2,000 – 3,000 rupiah aja.

Nama tokonya Erlangga. Bentuk tokonya sendiri, bisa dibilang lucu juga ya. Sebuah bangunan, yang di dalamnya jadi ada gank-gank kecil berisi toko. Ya katakanlah Sukowati mini yang dikeliling tembok. Untungnya kita ke datang waktu toko baru buka, jadi masih sepi dan gak sumpek.

Bener aja… di dalam gue langsung ‘kalap’. Gue langsung girang ngeliat tas anyaman besar yang bikin gue ngiri kemarin. Terus, gue langsung masuk nyelip-nyelip di antara gang-gang, nyari tas, kalung, selop, baju buat Fayyaz and papa dan setumpuk oleh-oleh lainnya. Gak berasa tau-tau udah sejam di dalam sana. Buru-buru, gue mengakhiri acara belanja gue, sebelum gue ‘borong’ semua isi toko. Hehehe..

Dari sana, kita diajak ke tempat makan es krim di daerah Nusa Dua. Tokonya kecil aja, dan mungkin gak keliatan dari jalan besar, namanya ‘Lotus’. Lotus ini adalah supermarket untuk orang-orang bule. Barang-barangnya sendiri juga bermerk ‘bule’. Es krimnya murah meriah. Dua scoop harganya Rp. 8,500 saja. Gue milih rasa mint dan caramel. Hmmm.. enak…

Sambil makan es krim, kita bergerak menuju Hard Rock Hotel yang letaknya di seberang pantai Kuta. Lagi-lagi di sana kita belanja-belanja pernak-pernik. Gue sempet beli magnet lagi, beberapa t-shirt dan pisau lipat untuk Bagus. Sementara yang lain masih asyik belanja, gue sempet liat-liat and foto-foto memorabilia di dalam hotel dan café-nya.

Setelah puas di Hard Rock, kita makan siang di sebuah warteg, namanya Warung Nikmat. Katanya sih, warung ini cukup terkenal, dan jadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi versi MTV Jalan-Jalan. Menunya a la masakan rumah. Gue milih ayam goreng tepung, teri kacang dan rempeyek udang. Dari 3 menu yang gue pilih, rempeyek udang-nya enak banget, garing dan gak terlalu asin. Teri kacangnya juga enak, tapi ayam goreng tepungnya, gak terlalu nendang buat gue. Dan, gue hanya membayar Rp. 8,500 saja untuk 3 lauk-pauk plus sedikit nasi (kalo ngikutin porsi aslinya, wah… porsinya 4 kali lipat alias banyak banget). Gak sedikit bule-bule yang makan di sana.

Abis makan, mampir ke Pasar Seni Kuta sebentar. Wah, ternyata, kemarin mampir pas beli kalung, gue gak meng-eksplor lebih ke dalam. Karena ternyata banyak toko-tokonya juga. Sementara Echi dan Prili nyari sendal, gue lebih memilih untuk hunting tas ‘semangka’. Gue harus menawar dengan gigih, baru tas itu berpindah tangan jadi milik gue. Dan, untuk gue beli, kalo gak, gue bisa kepikiran sampai di Jakarta.

Setelah itu, kita balik ke hotel. Siap-siap berangkat ke airport. Dalam perjalanan ke airport, duh.. sedih juga ninggalin Bali… belum puas soalnya. Dalam hati, gue janji… harus balik ke sini lagi.

Sampai airport, langsung masuk ke ruang tunggu. Yang ternyata penuh banget. Udah gitu, dapet pengumuman kalo pesawat kita delay. Harusnya berangkat jam 16.20, delay sampai jam 17.00, tau-tau ada pengumuman delay lagi sampai jam 17.20. Ya, udah liat-liat periplus lagi. Pengen beli buku, tapi tahan… tahan… sambil inget-inget masih banyak buku yang belum kebaca. Sempet sok jadi paparazzi waktu ada Jay Subiakto sama Elvara, istrinya.
Terus, gue beli minum di salah satu kantin, liat ada indomie. Gue ngajak Echi makan indomie. Ehh… lagi nungguin indomie-nya mau dimasak, tau-tau mati lampu. Kirain sebentar aja, jadi gue sama Echi nunggu terus di sana… tau-tau, lama banget, dan akhirnya kita memutuskan pindah tempat. Tapi, pas indomienya ada baru mateng, dan udah ada di depan mata, ada pengumuman, kalo pesawat kita akan segera boarding!! Wahhh…. akhirnya gak jadi makan, meskipun kata pelayannya masih lama, tapi tetap aja, gak akan bisa makan dengan tenang. Akhirnya, kita terpaksa merelakan indomie seharga Rp. 14,000 ke para pelayan itu. Indomie termahal yang pernah kita beli tapi gak bisa dimakan!!

Pulangnya kita naik pesawat yang besar… hehehe.. enak banget dong dibanding pesawat pas berangkat. Sampai di Jakarta… yang ada di hati… “Well… home sweet home… Selamat datang kembali ke Dunia Nyata… This is the Real Life“

06.09.03

[Jalan-Jalan, Nih…] Ubud Tour: Barong Dance, Traditional Activity and… Shopping @ Sukowati…!!!

Hari ini jadwal kita adalah jalan-jalan ke daerah Ubud. Pagi-pagi, jam ½ 7 bangun… Gayanya aja sih, minta dibangunin jam ½ 6 sama receptionist hotel, abis ditelepon ke kamar, ya, tidur lagi sampe jam ½ 7. Hmmm… rasanya males banget mau bangun. Udara Bali di pagi hari, dingin juga. Abis mandi, kita langsung ke The Pond café buat sarapan. Kalo pas kemarin makan siang, kita makan di dalam ruangan, pagi ini kita makan di luar. Emang gak di pinggir pantai sih, tapi di sekitar kolam renang. Dan bikin segar, bisa menghirup udara yang enak.

Abis sarapan, gue ama Echi nyempetin ngeliat pantai yang ada di area hotel. Pasirnya bersih, dan lautnya biru… menenangkan hati, deh, pokoknya… Berhubung ini private beach-nya hotel, jadi gak ramai. Katanya sih, kalo di Pantai Kuta yang rame itu, suka banyak anjing yang buang kotoran sembarangan. Setelah puas foto-foto, akhirnya, kita ngumpul di lobby. Siap-siap untuk tur selanjutnya.

Jam ½ 9 (ngaret again… ), kita mulai bergerak menuju Ubud. Kata guide-nya, sekitar 1 jam perjalanan. Lumayan jauh juga. Di sepanjang jalan, sesekali keliatan orang lagi nyiapin sesajen di depan rumah atau tempat usahanya. Bahkan di mobil pun ada sesajen, atau kalo gak salah disebut ‘Banten’. Menurut cerita si guide, setiap hari, selalu dibikin sesajen, biar usaha dan segalanya berjalan lancar. Kalo misalnya kita gak sengaja nginjek sajen tengah jalan, itu gak pa-pa, tapi kalo disengaja, katanya, silahkan tunggu karmanya. Duh, serem banget…

Dalam perjalanan, guide-nya cerita tentang pertunjukan Barong yang akan kita liat. Katanya, ceritanya itu diambil dari Epos Mahabarata. Pokoknya tentang yang baik dan yang jahat, deh. Sampai di tempat pertunjukkan Barong, babak pertama udah mulai. Mungkin kalo yang gak terlalu tertarik, pertunjukkan ini rada ngebosenin. Karena bahasanya sendiri pake bahasa Bali, dan kita hanya bisa menerka-nerka ceritanya dari tokoh-tokoh yang muncul dan dari gerakan tarian mereka. Pertunjukkannya sendiri mungkin berlangsung sekitar 30-45 menit.

Setelah itu, kita ngeliat-liat tempat penjualan kerajinan Bali di Galuh. Letaknya sih tepat di sebelah tempat kita nonton tari Barong. Gak beli apa-apa di sana, karena ya… gak terlalu menarik buat gue.

Sebelum ke Sully Resort – tempat kita makan siang, kita mampir ke tempat penjualan kacang Rahayu, oleh-oleh khas dari Bali.

Dalam perjalanan menuju Sully Resort, kita melewati desa-desa pengrajin di daerah Ubud. Desa-desa itu sendiri terbagi-bagi, ada yang khusus tempat lukisan, tempat keramik, tempat furniture dan ukiran. Di sepanjang jalan, ngelewatin beberapa pura desa. Katanya sih, beberapa bulan sekali pasti ada upacara.

Makan siang di Sully Resort. Dari tempat parkir menuju ke restonya, kita ngeliwatin kanopi bunga bougenvile yang cantik. Udara yang panas jadi sedikit teduh karena kanopi itu. Kita makan siang dengan menu tradisional. Sambil dihibur beberapa tarian Bali. Hehehe.. liat ada yang nari Pendet, inget masa kecil. Satu-satunya tari Bali yang gue bisa, ya Pendet ini.

Abis makan, ada tradisional activity. Ada melukis batik, melukis telur, melukis layang-layang, bikin keramik, memahat, belajar nari, belajar gamelan dan ada belajar bikin sesajen. Tadinya sih, aku mau ikutan melukis batik, aku pikir bakal ngelukis di atas kain. Tapi, ternyata gak. Bikinnya di kanvas, dan pesertanya hanya 3 orang anak kecil… cowok pula… hehehe… jadi aku beralih ke belajar bikin keramik. Sok bergaya Demi Moore… dasar emang gak punya bakat dan jiwa seni, keramik bikinanku yang seharusnya bentuk bintang, jadi peyot di sana-sini. Berhubung keramik hasil karyaku belum kering, jadinya gak bisa dibawa pulang, dan ternyata kita boleh milih keramik yang udah jadi… tapi gue gak tau.. jadinya gak kebagian deh…

Setelah bikin keramik, kita bergerak menuju Sukowati… Shopping time!!! Di awal, gue sempet bingung ngeliat begitu banyak toko dan barang di Sukowati. Daftar belanjaan udah ada, tapi bingung mau mulai dari mana. Akhirnya, gue ‘belajar’ nawar dengan sadis dulu dari temen gue. Karena, harga yang dipatok lumayan gila-gilaan, dan harus ditawar bisa-bisa sampai separoh lebih. Setelah mulai enjoy, gue ‘berkeliaran’ sendiri. Nyari-nyari barang buat oleh-oleh dan yang lucu-lulu. Satu setengah jam ternyata gak cukup. Gue dapet baju daster, t-shirt, sepatu, sendal dan tas anyaman yang lucu. Tapi, begitu sampai di bis, saling memamerkan barang, gue ‘ngiri’ liat barang-barang hasil buruan temen-temen gue. Rasanya pengen turun lagi.

Jam ½ 5 sampai hotel lagi. Gue sama Prili cuma taro belanjaan di kamar dan kita langsung cabut lagi. Tujuannya ke Hard Rock. Jalan kaki menyusuri Kuta. Masuk ke beberapa toko kalung, toko t-shirt. Ngelewatin Kuta Square yang penuh toko-toko yang lumayan ber-merk. Lama-lama, gue sama Prili mikir, koq gak nyampe-nyampe ya?? Ternyata lumayan jauh juga dari hotel.

Begitu masuk ke Hard Rock Megastore-nya… duh… senang… bukan apa-apa… soalnya dingin… hehehe.. Bingung mau beli apa, akhirnya belilah merchandise gak penting… magnet… pembatas buku…

Gak sadar, ternyata udah lama banget kita di sini, akhirnya begitu keluar dari Hard Rock, ternyata udah gelap. Awalnya, gue sama Prili masih jalan santai. Masih sempat bolak-balik keluar-masuk toko, nawar barang tapi gak niat beli. Masuk ke salah satu toko tas, buat beli oleh-oleh untuk mama. Dan, baru kita sadar, kalo hotel masih jauh, dan saat itu udah ½ 7. Padahal, lagi-lagi kita harus ngumpul jam 7 untuk makan malem. Akhirnya, kita ngebut, sampe kaki gue pegel and lecet! Mana kita sempet hampir nyasar ke Legian. Pas lagi jalan ngebut, sempet ngeliat ada toko buku nyelip di antara toko-toko sounveri, pengen mampir… tapi, waktunya gak memungkinkan.

Lega banget begitu ngeliat tulisan nama hotel kita. Pas jam 7 sampai di hotel. Orang-orang udah pada ngumpul. Tapi kita cuek aja. Langsung menuju kamar. Buru-buru ganti baju, tanpa mandi dan dandan lagi. Cuma bedakan sama semprot-semprot wangi-wangi sedikit. Dan langsung ngumpul di lobby. Dandannya baru di bis.

Kita makan malam di Grand Mirage Hotel, Nusa Dua. Malem ini adalah makan malam penutupan acara outing, sekalian menjelang perayaan ulang tahun HBT ke 6. Temanya ‘6 Tahun Kebersamaan’. Di daerah Nusa Dua, kita ngelewatin hotel-hotel yang bagus-bagus banget. Salah satunya, Condrad. Wahh… dari tamannya aja keliatan ini hotel yang bagus. Katanya, kalo di daerah Nusa Dua ini, gak terlalu rame. Mungkin karena hotelnya juga mahal dan juga jauh dari pusat keramaian.

Di Grand Mirage, kita udah disediain tempat untuk makan malam di pinggir pantai. Sayang, gelap gulita, jadi pantainya gak keliatan. Cuma kedengeran sesekali ada suara ombak aja. Kita disambut dengan musik-musik latin. Sementara sambil makan malam, kita dihibur sama tarian Kecak. Makanannya juga enak-enak. Ada ravioli yang yummy banget (gue sampe nambah…hehehe), ada bebek bengil, mie ayam yang juga enak (udah lama gak makan mie, sih), terus aneka salad yang segar. Rada kasian juga sama penari kecak itu, abisnya dicuekin, sedikit aja yang meratiin mereka nari, karena kita pada sibuk makan. Kaya’nya cerita yang dimainkan, adalah cerita Rama dan Shinta… katanya… lho…

Abis makan, ada acara pemutaran video tentang HBT. Wah… ternyata bagus… dan sempat membuat gue terharu. Setelah itu, kita foto-foto dan siap-siap pulang.

Sampai hotel udah hampir jam 12 malem. Echi ngajak jalan-jalan, tapi gue lebih milih untuk beresin koper.

Jam ½ 2 baru tidur, setelah ngobrol-ngobrol sama Echi.

06.09.02

[Jalan-Jalan, Nih…] We Go To Bali…!!!

Cihuyyy… outing kantor tahun ini kita pergi ke Bali. Tentunya di minggu-minggu, hari-hari menjelang keberangkatan, auranya udah beda… udah males mau kerja… yang diomongin hanya soal ke Bali dan ke Bali. Tapi justru sehari sebelum keberangkatan, di mana orang-orang kantor udah pada santai, gue harus berkutat dengan invoice-invoice akhir bulan yang bikin gue sedikit hectic. Untung malem sebelumnya gue udah packing.

Dan sampai di rumah, gue tinggal masukin apa aja yang mau gue bawa dalam ransel gue. Hmm… lagaknya pengen baca di Bali, gue bingung mau bawa buku apa. Akhirnya, gue hanya bawa dua buku, satu dimasukkin ransel. Satu lagi ditaro dalam koper.

Jam 8 pagi kumpul di kantor. Lengkap dengan koper-koper yang beragam ukurannya. Rencana sih berangkat ke airport jam 9, tapi, seperti biasa, ‘jam karet’ is our middle name. Jadinya mundur jadi jam 9.30. Sampai di airport, dibagiin boarding pass. Nunggu sekitar setengah jam sebelum boarding. Sempet liat-liat buku di Periplus… (hehehe.. teteupp…). Hampir aja beli buku, tapi karena harganya beda dari yang ada di label, gak jadi deh…

Jam 11. 40, kita boarding. Ternyata, pesawatnya kecil. Kebagian tempat duduk di belakang. Sempet emosi, pas liat tempat duduk gue udah ditempatin sama orang.

Pas take off dan landing rada gak enak. Tapi, untung perjalanan lancar.

Sampai di Bali… sekitar jam ½ 4… wuih… panas… kita pake dikalungin bunga segala. Naik bis menuju Discovery Kartika Plaza Hotel, di daerah Kuta. Dan ternyata, jarak antara hotel dan airport gak jauh, paling hanya sekitar 10 menit perjalanan. Dan, yang kebayang di gue, kalo dari airport itu pasti jalan-jalan besar yang jauh dari pemukiman. Ternyata gak. Jalannya kecil-kecil, berasa kaya’ jalan pulang ke rumah. Sampai hotel, makan dulu di The Pond Café.

Ke kamar, beres-beres and ganti baju. Acara bebas, gue, Echi and Prili milih ke Tanah Lot, liat sunset, sementara yang lain pada ke Waterboom. Kita dianter sama temennya Echi. Tanah Lot sekitar 30 menit dari Hotel.

Tanah Lot cukup rame. Di kiri-kanan jalan menuju pantai, banyak yang jualan souvenir, bikin tato and macem-macem. Duh… kalo ngeliat pantai… rasanya jadi seger banget… dan perasaan jadi tenang… I always love beach. Di Tanah Lot, ada gue tempat ular suci. Gue gak ngerti kenapa dibilang suci. Tapi, ular itu boleh dipegang, dan pas kita megang, ada yang baca doa, “semoga sehat, rejeki lancar, jodoh lancar” Believe it or not, kita bilang, “Amin.” Ada lagi gua tempat air suci. Ada pendeta yang mercikin air suci itu ke pengunjung yang mau liat.

Kita foto-foto sambil nunggu sun set. Setelah puas, kita buru-buru pulang, karena jam 7 udah harus sampai di hotel lagi.

Bener aja… sampai di hotel, pas jam 7. Yang lain udah pada siap di lobby. Pas denger cerita yang di Waterboom, rada ngiri juga… abis kaya’nya seru banget.

Kita pergi makan malem di Niksoma Hotel, di daerah Seminyak. Ngelewatin jalan-jalan di Kuta dan Legian. Tour guide-nya ngasih liat café-café yang jadi korban bom Bali II. Kalo diperhatiin, banyak turis-turis yang duduk-duduk di café yang terbuka di pinggir jalan. Tapi, kata tour guide-nya, sekarang ini gak terlalu banyak turis asing semenjak bom Bali II.

Bali Niksoma, tempat kita makan malam ini, sejenis boutique hotel. Jadi tempatnya rada minimalis dan tenang. Kita makan di pinggir kolam renang dengan menu BBQ Seafood. Hmm… yummy… Kita duduk di sofa yang sengaja disediain di tamannya. Kalo liat di brosurnya, sih, tempat kita duduk ini, sebenernya hanya taman kosong di pinggir kolam renang.


Acaranya sendiri hanya makan dan ketawa-ketiwi. Echi bilang, “Kaya’nya ada something missing.” Iya, ada sesuatu yang kurang saat makan malam ini. Kaya’nya ya berasa ‘gitu’ aja… gak ada sesuatu yang ‘mengakrabkan’ kita.

Abis makan malam, kembali ke hotel. Sementara beberapa anak yang lain mau lanjut untuk ‘clubbing’, gue sama Echi milih untuk tidur… nyimpen tenaga buat acara keesokan harinya.

06.09.01

[Book Review] 2nd Change (Kesempatan Kedua)

2nd Change (Kesempatan Kedua)
James Patterson & Andrew Gross
GPU, Februari 2005
424 Hal.


Keberhasilan memecahkan kasus pembunuhan pengantin, membuat Lindsay Boxer dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan. Meskipun ‘bayaran’ itu tetap belum bisa membuat kesedihan karena kehilangan partnernya, Chris Raleigh berkurang.

Tapi, ternyata masa berkabungnya tidak berlangsung lama, Lindsay tidak bisa terus berkutat dalam kesedihannya. Karena ia harus menghadapi satu kasus pembunuhan berantai lainnya. Kali ini, di San Fransisco, seseorang dengan brutal menembaki sebuah gereja. Korbannya hanya satu, yaitu Tasha, gadis sebelas tahun anggota paduan suara gereja itu. Kenapa hanya Tasha yang jadi korban?

Penyelidikan pun dimulai. Klub Penyelidik Wanita beraksi kembali. Diduga pembunuhan ini berkaitan dengan masalah rasial. Ternyata Tasha bukanlah korban pertama. Sebelumnya ada janda tua yang ditemukan gantung diri. Antara wanita itu dan Tasha ada sedikit keterkaitan, sama-sama mempunyai hubungan dengan polisi.

Petunjuk yang ditinggalkan pelakunya tidak banyak. Hanya satu simbol yang berkaitan dengan perkumpulan yang menentang adanya ras-ras lain, yang berbentuk ‘chimera’, reptil berkepala singa dan kambing.

Lindsay dan teman-temannya berpacu dengan waktu. Korban bertambah, dan semakin lama, korban adalah orang-orang yang dekat dengan Lindsay. Bahkan salah satunya adalah anggota Klub Penyelidik Wanita.

Pelaku mengarah ke seorang mantan polisi. Tapi, apa hubungannya dengan Matt Boxer, ayah Lindsay yang sudah menghilang selama puluhan tahun, tiba-tiba muncul kembali? Apa kaitan Matt dengan kasus ini?

Seperti biasa, James Patterson berhasil membuat jantung berdetak lebih cepat. Rasa penasaran membuat novel ini tetap menarik. Gak kalah dengan seri sebelumnya.

With This Ring…

Setelah melewati tahun-tahun yang panjang… yang penuh perjuangan… yang gak hanya ada suka, tapi juga duka… gak hanya diisi tawa, tapi juga penuh uraian air mata… gak hanya penuh dengan rasa sayang, tapi terkadang juga rasa marah dan benci… akhirnya… Alhamdulillah… hari ini, gue resmi dilamar sama cowok gue, Bagus…

Hari ini, sebentuk cincin resmi melingkar di jari manis tangan kiri gue… Dan, masih terus gue pandangin… gak percaya, kalau hari ini datang juga…

Semalem mungkin emang gue bisa tidur dengan nyenyak… ya, di-interupsi dikit gara-gara Fayyaz tiba-tiba bangun jam dua dari ‘ngoceh’ sendiri…

Tapi, pas, gue nunggu sendirian di kamar, gue deg-degan banget… Bolak-balik gue baca doa… berharap semuanya berjalan lancar.

Tamu-tamu dari pihak keluarga gue mulai datang sekitar jam 9an. Gue disuruh berdiam diri di kamar. Belom boleh keluar. Bolak-balik gue baca majalah, tapi gak konsen. Nungguin… rasanya lama banget… koq rombongan keluarganya Bagus gak dateng-dateng.

Terus, Om Levi yang jadi mc bilang, “Rombongan sudah keluar pintu tol cibubur.” Terus, gak beberapa lama bilang lagi, “Kira-kira 5 menit lagi rombongan akan sampai, harap keluarga mengatur posisinya.” Lalu, “Rombongan sudah tiba dan sedang mengatur barisan.” Terus… “Rombongan masih mengatur barisan.”

Sementara Om Levi ngomong begitu… sumpah… gue deg-degan banget… Gue udah gak bisa baca majalah. Dan gue gregetan banget, koq gak masuk-masuk ke rumah.

Lalu, Om Levi bilang, “Selamat datang kepada keluarga besar…” bla…bla…bla… Ternyata rombongan udah masuk ke rumah. Dari yang tadinya terdengar suara-suara orang ngobrol, langsung diem.. sunyi senyap… Mulailah acara sambutan… pantun-pantunan dan perkenalan… Ada acara makan sirih segala… Gue hanya bisa denger semuanya dari kamar sambil harap-harap cemas… tapi, pelan-pelan, deg-degan mulai berkurang…

Gue denger dari kamar, sesekali ada suara tawa-tawa, ada acara lempar permen yang sempat bikin heboh. Bolak-balik Bagus dikerjain suruh masuk… padahal kan dia juga blom boleh masuk rumah sampai acara inti tukar cincinnya.

Setelah acara kenalan, sambil barang-barang bawaan dimasukkin ke kamar, barulah gue ‘dijemput’ Mira, udah boleh keluar kamar ceritanya. Gue duduk berhadap-hadapan sama Bagus.. Hehe… sok nunduk malu-malu… Sempet terjadi kebingungan juga, bingung gue harus berdiri sebelah siapa, karena kata mama, “Jangan bersanding dulu… kan blom nikah.” Terus kita berdua juga sempet digodain, ditanya “Bener ini orangnya? Bener mau sama dia?” Gue cuma senyam-senyum…

Akhirnya, acara inti mulai… mama masang cincin ke jari manis Bagus… sempet susah, jadinya mama malah masang di kelingkingnya. Dan mamanya Bagus, masangin cincin di jari gue. Ahhhhh… rasanya hati gue lega banget…

Abis acara pasang cincin ini, baca doa dan setelah itu, acara salam-salaman. Dan, makan siang deh… Gue sempet bilang ‘terima kasih’ sama Mas Ei’, my brother in law… karena tanpa dukungan dia, mungkin acara ini gak akan ada…

Sekitar jam 1 siang, rombongan keluarga Bagus pamit pulang. Ternyata acaranya sebentar aja. Selebihnya keluarga gue masih ngumpul di rumah sambil bagi-bagi kue bawaan dari keluarga Bagus.

Dan pas malam sebelum tidur, cincin ini gue elus-elus terus… gue liatin terus… gue buka dan gue liat nama ‘Bagus’ di dalamnya… dan… gue senyum-senyum sendiri…

Sampai detik ini gue masih dengan noraknya memandang-mandang cincin di jari gue… Ada rasa senang, bahagia… rasa gak percaya juga…

Tapi… emang sih.. perjalanan masih panjang… masih ada dua bulan lagi menuju Hari H.. yang pasti juga menguras emosi, tenang dan pikiran… Gue terus berdoa semoga semua jalan kita berdua lancar dan dimudahkan sama Yang di Atas.

Amin..

06.08.27

[Book Review] Calling Romeo (Mencari Romeo)

Calling Romeo (Mencari Romeo)
Alexandra Potter
GPU, Juli 2006
520 Hal.

Hari Valentine harusnya jadi hari yang romantis untuk Juliet, tapi ternyata justru di malam Valentine itu Juliet malah ‘ditelantarkan’ Will, pacarnya, yang lupa akan janji makan malam sama Juliet. Dan bukan itu aja, dalam perjalanan pulang di tengah hujan, sebuah mobil sport mewah yang lewat menciprati baju Juliet yang dibeli dengan hampir membuat kartu kreditnya berteriak ‘Overlimit’. Si pengemudi mobil tidak berhenti sedikit pun untuk minta ma’af.

Kejadian malam itu, membuat Juliet berpikir ulang tentang hubungannya dengan Will. Menurut Juliet, hubungan mereka sudah biasa banget, gak ada lagi keromantisan. Dan Will berubah jadi laki-laki ‘biasa’ yang cuek sama baju kotor, jorok dan kurang perhatian.

Di tengah-tengah kebimbangan itu, Juliet bertemu Sykes. Cowok dari perusahaan saingannya yang perhatian dan romantis. Dan bukan itu saja, ternyata Sykes adalah si pengemudi mobil sport yang membuat Juliet basah kuyup. Sykes menghujani Juliet dengan perhatian sebagai permintaan ma’af. Mengajak kencan ke London Eye, Sykes mengajak Juliet berakhir pekan ke Verona.


Di Verona, Juliet merasa dirinya sedang mencari Romeo di balkon tempat Juliet dalam kisah romantis menunggu sang Romeo. Sykes membuatnya merasa spesial. Tapi, sekembalinya dari Verona, justru Will menunjukkan tanda-tanda perubahan. Tiba-tiba Will jadi penuh perhatian. Pesona Sykes pun pelan-pelan memudar.

Tapi, lagi-lagi hubungang Will dan Juliet diuji. Di malam Will melamar Juliet, justru Will harus menerima kenyataan kalau Juliet punya affair dengan laki-laki lain yang ternyata adalah klien Will juga. Mereka pun putus, meskipun di hati mereka masing-masing ada rasa penyesalan dan rasa ingin kembali.

Jadi, ketemukah Juliet dengan Sang Romeo?
Ada fakta lucu dari buku ini, ternyata balkon di rumah Juliet tempat ia menunggu Romeo sebenarnya gak ada. Balkon yang ada dibuat untuk memuaskan rasa ingin tahu para turis (Hal. 348 – 349).


Photo source:

- London Eye: http://en.wikipedia.org/wiki/Image:London-Eye.JPG
- Juliet's balcony, Verona: http://www.worldisround.com/articles/8977/photo3.html