[Book Review] Every Boy’s Got One
Every Boy’s Got One (Semua Pria Pasti Punya)
Meg Cabot
Uni Setiawati (Terj.)
GPU, Oktober 2006
424 Hal.
Jadi saksi kawin lari adalah hal yang ‘spektakuler’ bagi Jane Harris. Gimana nggak, ia akan terbang ke sebuah tempat di Italia, diminta oleh sahabatnya, Holy Caputo untuk jadi saksi pernikahannya dengan Mark Levine. Jane Harris, seorang kartunis yang menciptakan tokoh Wondercat, sudah mempersiapkan sebuah kado untuk mereka berdua, yaitu sebuah ‘Diary Perjalanan Holy Caputo dan Mark Levine’. Diary ini akan diberikan setelah rangkaian kawin lari mereka selesai.
Jane begitu semangat ketika mendapatkan cap dari imigrasi Italia di paspornya. Cap pertamanya! Tapi, sayang, teman seperjalanannya yang juga saksi pernikahan dari pihak Mark Levine, Cal Langdon, adalah orang yang ‘menyebalkan’, paling tidak begitu anggapan Jane Harris. Cal Langdon adalah seorang jurnalis yang kerap bepergian ke luar negeri, jadi wajar dong, kalo dia gak tau apa sih Wondercat itu? Karuan Jane sewot dan memasang ‘bendera perang’ sejak Cal mengejek soal pembelian air mineral di airport yang banyak banget.
Le Marche, itulah tempat yang dipilih Holy dan Mark. Mereka tinggal di tempat paman Holy. Pengurus rumah tangganya adalah Frau Schumacher, wanita asal Jerman, beserta cucunya, Peter – 'Wundercat No. 1 Fan’ yang gemar berkeliling dengan motorino-nya. Jane girang banget, dan berhasil menunjukkan ke Cal, kalo Wondercat-nya terkenal di pelosok Italia.
Ternyata Le Marche (dan Italia) masih tergolong ‘primitif’ di mata Jane – lampu mati kalau oven menyala, tidak ada toilet duduk di tempat umum – yang ada hanya toilet jongkok. Jane bilang, “Inilah sebabnya kenapa Amerika jadi negara adikuasa dan kalian tidak, karena kami memikirkan kenyamanan toilet.”
Ternyata ‘perjalanan’ kawin lari itu gak berjalan mulus. Holy dan Mark harus mendapatkan surat-surat dari Konsulat AS di Roma. Dan pada hari keberangkatan mereka ke Roma, pasangan calon pengantin itu keracunan karena makan tiram mentah. Jane tidak tinggal diam, dia gak rela kalo pernikahan sahabatnya itu gagal. Bersama Cal, dia pergi ke Roma demi mendapatkan surat-surat bagi temannya.
Serangkaian cerita dalam buku ini ditulis dalam bentuk e-mail di Blackberry, curhatan Cal di PDA-nya, dan tentu saja, catatan perjalanan yang ditulis Jane Harris di diary-nya. Dan gaya penulisan ini, bikin buku ini jadi kocak dan gak membosankan.
Dan ternyata, cerita ‘kawin lari’ ini adalah pengalaman pribadi dari Meg Cabot! Di akhir cerita, Meg Cabot menyisipkan cerita tentang latar belakang penulisannya. Unik, menarik dan romantis…
Photo source:
http://www.le-marche.com/Marche/index.htm
http://www.bellemarche.co.uk/
Meg Cabot
Uni Setiawati (Terj.)
GPU, Oktober 2006
424 Hal.
Jadi saksi kawin lari adalah hal yang ‘spektakuler’ bagi Jane Harris. Gimana nggak, ia akan terbang ke sebuah tempat di Italia, diminta oleh sahabatnya, Holy Caputo untuk jadi saksi pernikahannya dengan Mark Levine. Jane Harris, seorang kartunis yang menciptakan tokoh Wondercat, sudah mempersiapkan sebuah kado untuk mereka berdua, yaitu sebuah ‘Diary Perjalanan Holy Caputo dan Mark Levine’. Diary ini akan diberikan setelah rangkaian kawin lari mereka selesai.
Jane begitu semangat ketika mendapatkan cap dari imigrasi Italia di paspornya. Cap pertamanya! Tapi, sayang, teman seperjalanannya yang juga saksi pernikahan dari pihak Mark Levine, Cal Langdon, adalah orang yang ‘menyebalkan’, paling tidak begitu anggapan Jane Harris. Cal Langdon adalah seorang jurnalis yang kerap bepergian ke luar negeri, jadi wajar dong, kalo dia gak tau apa sih Wondercat itu? Karuan Jane sewot dan memasang ‘bendera perang’ sejak Cal mengejek soal pembelian air mineral di airport yang banyak banget.
Le Marche, itulah tempat yang dipilih Holy dan Mark. Mereka tinggal di tempat paman Holy. Pengurus rumah tangganya adalah Frau Schumacher, wanita asal Jerman, beserta cucunya, Peter – 'Wundercat No. 1 Fan’ yang gemar berkeliling dengan motorino-nya. Jane girang banget, dan berhasil menunjukkan ke Cal, kalo Wondercat-nya terkenal di pelosok Italia.
Ternyata Le Marche (dan Italia) masih tergolong ‘primitif’ di mata Jane – lampu mati kalau oven menyala, tidak ada toilet duduk di tempat umum – yang ada hanya toilet jongkok. Jane bilang, “Inilah sebabnya kenapa Amerika jadi negara adikuasa dan kalian tidak, karena kami memikirkan kenyamanan toilet.”
Ternyata ‘perjalanan’ kawin lari itu gak berjalan mulus. Holy dan Mark harus mendapatkan surat-surat dari Konsulat AS di Roma. Dan pada hari keberangkatan mereka ke Roma, pasangan calon pengantin itu keracunan karena makan tiram mentah. Jane tidak tinggal diam, dia gak rela kalo pernikahan sahabatnya itu gagal. Bersama Cal, dia pergi ke Roma demi mendapatkan surat-surat bagi temannya.
Serangkaian cerita dalam buku ini ditulis dalam bentuk e-mail di Blackberry, curhatan Cal di PDA-nya, dan tentu saja, catatan perjalanan yang ditulis Jane Harris di diary-nya. Dan gaya penulisan ini, bikin buku ini jadi kocak dan gak membosankan.
Dan ternyata, cerita ‘kawin lari’ ini adalah pengalaman pribadi dari Meg Cabot! Di akhir cerita, Meg Cabot menyisipkan cerita tentang latar belakang penulisannya. Unik, menarik dan romantis…
Photo source:
http://www.le-marche.com/Marche/index.htm
http://www.bellemarche.co.uk/
Labels: book review
2 Comments:
At 12:37 PM, Lucrezia said…
The Marches are indeed fascinating. We have created a new site that will help to discover them you.......http://www.insidelemarche.com
At 12:02 AM, Lucrezia said…
http://www.italiandelicious.com/ here instead found Typical Italian food
Post a Comment
<< Home