ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Sunday, December 10, 2006

19.11.2006 (Part 1)

Photobucket - Video and Image Hosting

Cerita ini emang terlambat banget. 3 minggu setelah hari H pernikahan gue dan bagus. Tapi, ya... gpp, lah, biar gue menyegarkan ingatan gue lagi. Biar gue bisa merasakan kebahagiaan dan gimana bersyukurnya gue, plus ketegangan menjelang hari H.
Hari itu, 19 November 2006, gue bangun (dibangunin tepatnya) jam 4 subuh. Heran, ternyata gue bisa tidur dengan nyenyaknya. Padahal telinga gue masih sedikit perih, karena baru 'ditindik' (lagi) dua hari sebelumnya dan waktu sebelum tidur, gue baru dipasang 'pacar' di kuku-kuku dan tangan gue. Menjelang tidur, 'pacar' itu belum terlalu kering. Jadi gue tidurnya rada gak nyaman. Takut gambarnya rusak. Bolak-balik tangan gue kena pipi, gue khawatir bakal nempel di pipi, karena bakalan susah ilang. Tapi, jam 10 malem, gue nge-cek ke kamar mandi, ternyata pipi gue 'aman' dan udah mulai agak kering. Jadi gue bisa tidur dengan nyaman dan nyenyak.
Tapi, pas pagi-pagi - gue dibangunin paling akhir - sementara orang udah pada mulai sibuk, gue masih ngantuk-ngantuk, ketemu sama tante gue yang langsung teriak, "Ya Allah, nempel di muka!" Gue langsung panik, dan buru-buru liat ke kamar mandi. Dan bener, di pipi gue, deket leher, kiri-kanan, 'tercetak' motif sulur-sulur, melingkar. Untung gak tebel, dan buru-buru gue gosok pake baby oil dan hasilnya lumayan. Bekasnya terlihat samar.
Setelah sholat subuh, jam 1/2 5, kita berangkat, konvoi menuju gedung. Mama-nya Mas Errik bilang, "Banyak-banyak istighfar." Dan dalam hati, gue langsung baca-baca doa yang gue tau. Jalan masih gelap. Banyak orang yang mulai keluar untuk olahraga pagi.

Photobucket - Video and Image Hosting


Sampai di gedung, orang-orang dari dekorasi lagi sibuk menata-nata. Gue langsung 'digiring' ke kamar rias. Perias datang sekitar jam 5. Dan mulailah proses rias-merias. Dengan pasrah, gue relakan alis 'kebanggaan' gue yang tebal 'dibabat' sampai tinggal separo. Hiks... yang jadi pikiran gue, gimana cara gue 'menggambar' alis sesudah ini?
Di dalam kamar rias, semua juga pada sibuk. Mulai dari make-up, 'nyanggul and pake kebaya. Belum lagi, Fayyaz yang heboh gak mau disuruh tidur.
Menurut Mas Ferry, sang perias, katanya gue termasuk pengantin yang penurut. Gak cerewet. Pasrah mukanya 'diobrak-abrik'.
Jam 7, katanya rombongan keluarga calon mempelai pria-nya udah dateng. Sementara rambut gue masih awut-awutan. Mama mulai senewen. Tapi, ternyata merias rambut lebih cepet dari pada make-up.
Jam 1/2 8, gue udah siap, lengkap dengan kebaya pengantin gue. Gue mungkin keliatan tenang, gue gak dag-dig-dug. Tapi... hmm.. apa ya.. susah diungkapkan apa yang ada di hati gue. Gue hanya bisa bolak-balik berdoa semoga semua lancar.
Jam 8, gue 'digiring' keluar dari ruang rias ke tempat akad nikah. Didampingi sama Ayuk Erly, Myra and Maya. Ayuk bilang, "Jalannya pelan-pelan. Nunduk sedikit." Sebelum keluar, gue berbisik, "Bismillahirrohmanirrohim." Ternyata, di luar semua udah siap. Bagus sudah 'menanti' di meja akad nikah. Gue didudukkan di samping dia.

Photobucket - Video and Image Hosting


Mulailah ritual akad nikah. Suasana tenang. Diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh Pak Parli (yang sampai sekarang gue belum pernah ketemu orangnya, hanya denger suaranya aja).
Saat-saat mengharukan, adalah waktu gue minta ijin sama papa untuk menikah. Meskipun teksnya udah ada, tapi tetap, ada bagian-bagian di mana kalimat gue sempat tersendat.
Dan waktu pembacaan ijab-kabul, dalam hati gue bolak-balik berdoa, semoga Bagus bisa mengucapkannya dengan lancar. Dan begitu gue denger Bagus mengucapkannya dengan baik dan benar, tegas dan lancar, dan para saksi bilang, "Sah", gue langsung berucap, "Alhamdulillah."
Setelah acara ijab-kabul. Acara penyerahan mas kawin. Hehehe.. gue rada canggung nih. Pertama kalinya gue mencium tangan suami gue di depan umum, dan si pak penghulu kasih isyarat, "boleh cium kening", tapi gue langsung menghindar... malu.. hehehe..
Lalu, acara sujud sama orang tua. Gue hanya bisa memeluk mama dan papa lamaaa sekali dan bilang, "terima kasih".
Gue gak bisa menggambarkan apa yang gue rasakan setelah akad nikah, hanya dalam hati gue bertanya-tanya, "Jadi sekarang gue udah nikah? Gue udah punya suami?"
Setelah acara inti akad nikah, dilanjutkan sama sedikit acara adat Palembang. Kita berdua didudukin di kasur tipis berlapis songket yang namanya 'Papan Pasang'. Gue duduk di depan, Bagus di belakang. Gue liat Echi, Prili, Yorie and Alex. Gue hanya bisa senyam-senyum ngeliat mereka.
Mulailah acara suap-suapan. Suapan pertama dari mama,terus mamanya Bagus, dilanjutkan sama nenek-nenek. Susah banget pas mau minum, padahal 'seret' banget rasanya. O ya, yang di'suapin' itu adalah ketan kuninng-panggang ayam. simbol suapan 'terakhir' dari orang tua.
Lalu, berikutnya acara 'cacap-cacapan' - memercikkan air kembang setaman ke ubun-ubun pengantin. Kalo tadi Suap-suapan oleh ibu-ibu, Cacapan dilakukan oleh bapak-bapak.
Setelah itu, kita berdua 'digiring' ke kamar rias lagi untuk ganti pakaian adat palembang buat acara resepsi.
to be continued...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home