ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Monday, November 06, 2006

[CumaCeritaPendek] 3 Dara, 1 Jaka, 1 Suami… dan 1 Perempuan Lagi…

Karina:

Karina terbangun dengan senyum di bibir. Seberkas sinar matahari menerobos lembut dari sela-sela tirai di kamar. Ia membalikkan badannya dan melihat sosok di sebelahnya. Yoga… ya… ada Yoga di sampingnya. Karina tersenyum lagi. Senyum bahagia karena sudah resmi menjadi istri Yoga.

Semalam… mereka berdua menikmati indahnya bercinta. Indahnya kemesraan yang utuh. Indah.. tanpa basa-basi… manis tanpa sesuatu yang berlebihan.

Rayuan, kini tak lagi sekedar rayuan gombal.

Karina tersenyum lagi… bahagia.

Didekatkan tubuhnya memeluk Yoga. Yoga menggeliat, membuka matanya. Dengan suara masih mengantuk, ia berkata, “Selamat pagi, my beloved Karina.” Ia tersenyum, dan mengecup lembut keningku.

Ah…. Akankah besok akan terus begini? Akankah ini jadi kebahagiaan utuh dan abadi?

Yoga masih terus mendekap Karina…. lamaaaa…. sekali…

Tapi….. tiba-tiba semua terasa asing…

Maya:

“Hueekkk… bau siapa ini?” Maya mengerenyitkan hidungnya. “Siapa sih, ini berani-beraninya meluk gue?”

Refleks Maya dorong tubuh asing itu, dan dia hanya bisa membisu memandangnya, “Gila!! Yoga ada di kamar gue?!!! Tunggu.. tunggu… ini bukan kamar gue! Ini kamar hotel!!” Raut wajahnya bingung, ditambah lagi sosok itu memandangnya dengan wajah yang tak kalah bingung. “Apa gue mabuk lagi semalam? Kepala gue terasa berat? Duh…”

Yoga… Yoga… pacar Karina! Sang lelaki yang bernama Yoga itu berusaha menggapai Maya, dan bertanya, “What’s wrong, my dear?”

“What??? My dear?” Akhirnya Maya pun bersuara, “Ee…eeeemmm… Yoga?”

“Iya, sayang…”

“Ngapain kita di sini? Ngapain loe ada di kamar ini? Sama gue?”

”Honey, kamu kenapa sih? Kamu gak lupa, kan, kalo kita sudah menikah?”

“Oh, no… oh, s**t! Jadi Karina sudah married sama si Yoga ini? Mampus gue… kenapa gue bisa gak tau… kenapa Karina gak ngasih tau gue?” Rutuk Maya dalam hati.

Lama Maya termenung.. membiarkan Yoga memandangnya dengan semakin penuh tanda tanya. Lalu ia beranjak dari tempat tidur, meninggalkan Maya sambil berkata, “Kamu aneh banget. Beda sekali sama semalam.”

Maya masih termenung dan berpikir, “Pantas Karina susah sekali diganggu akhir-akhir ini. Pantas gue tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Ternyata.. diam-diam dia merencakan pernikahannya tanpa setahu gue.”

Tiba-tiba kepalanya pusing, tak mampu menanggung beribu pertanyaan dan praduga di kepala.

Mariska:

“Wow!!! Satu kata itu yang bisa gue ungkapkan.” Mariska tersenyum nakal. “Ternyata, bercinta dengan Yoga benar-benar hebat!! Gue iri sama Karina yang bisa menjadi istrinya. Gue iri!!!”

Mariska memandang Yoga yang hanya berbalut handuk keluar dari kamar mandi. Handuk yang melingkar di pinggulnya membuat badan Yoga yang atletis semakin seksi di mata Mariska. Membuat tubuh Mariska yang hanya berbalut selimut bergetar, “So sexy…” bisik Mariska.

Mariska turun dari tempat tidur berjalan ke arah Yoga yang sedang memilih pakaian, lalu ia memeluknya pria itu dari belakang. “Hmmm… wangi banget…”

Tiba-tiba Yoga berbalik, memandangnya dengan penuh tanda tanya, sementara Mariksa memandangnya dengan pandangan penuh arti… menggoda…

Tanpa basa-basi, Mariska mencium bibir Yoga. Lupa akan Karina. Lupa akan segalanya. Kehangatan tadi malam pun terulang kembali…

Jaka:

“Tadinya aku tidak mengerti, kenapa 3 perempuan itu begitu menggilai Yoga. Memang, sih, dia tampang, ganteng, benar-benar impian para perempuan. Karina, Maya, Mariska… ketiganya berusaha merebut perhatian Yoga. Tapi… memang… memang hanya Karina yang berhasil mendapatkan status resmi sebagai istrinya. Tapi, tidak ada yang seberuntung aku… tidak ada yang sepintar aku.. tidak ada yang tahu… Yoga itu menyukaiku…” Jaka tertawa sendiri. Suara tawa yang agak keras membangunkan Yoga yang tertidur kelelahan, akibat sisa-sisa percintaan yang baru saja mereka lewati bersama.

Wajah mengantuk itu bersuara, “Kenapa kamu tertawa, Sayang?”

Jaka malah tertawa semakin keras.

Yoga menganggap tawa itu sebagai tawa ‘mengundang’. Ia pun balik menggoda Jaka dengan memeluk dan menggelitik tubuh Jaka. Menciumi wajah Jaka.

Jaka tertawa geli… tawa menggoda… terbahak-bahak….

Yoga:

Aku bingung…. Aku tidak pernah melihat Karina seperti hari ini. Karina-ku yang selalu tenang, yang hangat, manis… ah.. benar-benar wanita idamanku. Tapi, hari ini, sehari setelah pernikahan kami, tiba-tiba saja, sikapnya berubah. Dari yang hangat, tiba-tiba jadi acuh, lalu, tiba-tiba jadi manja dan menggoda… bahkan liar… aku tak mengerti… semua jadi asing…

Apakah ada hal lain dalam diri Karina? Apakah ada sesuatu yang tersembunyi… sesuatu yang luput dari perhatianku…

Kupandang wajah manisnya yang sedang tertidur dengan tenang… kuelus pipi halusnya… kukecup hangat keningnya…

Ada siapa lagi dalam diri kamu, Karina?

Karina:

Karina duduk sendiri di tepi tempat tidur. Pandangannya diedarkan ke seluruh ruangan kamar. Bunga lili, sedap malam dan mawar putih menghiasi kamar itu. Harumnya masih sangat terasa.

Yoga meninggalkannya ketika ia tertidur. Hanya sebuah catatan singkat mengatakan kepergiaannya, “Aku pergi sebentar, sayang. Wait for me, dear. – Love you always.” Begitu bunyinya.

Karina termenung. Menyadari ada sesuatu yang salah. “Mereka kembali lagi. Kenapa? Kenapa mereka mengganggu saat bahagia ini”

Karina berjalan menuju cermin. Dipandanginya raut wajah yang terpantul di cermin.

Maya:

“Hai, Karina.” Maya tersenyum.

Mariksa:

“Selamat pagi, Karina sayang. Terima kasih sudah membagi Yoga denganku.” Mariska mengerlingkan matanya dan tersenyum nakal.

Jaka:

“Karina… Karina… Karina… kamu tahu… Yoga itu milikku.”
Jaka terkekeh.

Karina:

“Jangan ganggu aku! Jangan ganggu Yoga! Kenapa kalian datang lagi? Aku sudah mengenyahkan kalian.”
Karina menatap cermin dengan wajah frustasi.

Mariska:


“Hahaha.. kamu memang sudah mengenyahkan kami. Tapi, itu hanya sementara…. Se-men-ta-ra!”

Jaka:

“Kamu begitu terlena, Karina. Kebahagiaan kamu membuat kamu lupa pada kami. Tapi, di saat kamu lupa…” Jaka menatap Karina dengan tajam, lalu melanjutkan, “Di saat itulah kami datang… Kami datang meminta hak kami juga…”

Karina:

“Pergi… pergi kalian!!! Pergi…..!!!”

Maya:

Maya tertawa terbahak-bahak, “Ke mana kamu mau mengusir kami?”

Maya, Mariska, Jaka:

Mereka bertiga bersuara, seolah hendak melawan Karina, “Ke mana pun kamu mengusir kami, kami selalu ada dalam pikiranmu."

Karina:

“Pergi!!!!” Karina berteriak sambil melempar botol parfum ke kaca.

Prang….

Kaca meja rias itu berhamburan…

Wajah-wajah itu hilang…

Karina pun hilang…

Yoga dan perempuan itu

“Siapa kamu?” tanya perempuan itu bertanya pada Yoga yang baru saja masuk ke kamar hotel.

Yoga menatap heran perempuan yang sedang duduk di tempat tidur itu. Penampilan perempuan itu tampak kacau. Yoga menyapu pandangannya ke seluruh kamar. Berantakan seperti kapal pecah. Pecahan kaca meja rias berhamburan di sekitar meja rias itu.

“Ada apa, Karina sayang?” Yoga bertanya sambil mendekati perempuan yang disapanya Karina.

“Siapa Karina? Aku bukan Karina. Aku Dania.”

06.10.31

1 Comments:

  • At 1:32 AM, Blogger iMAs said…

    Walopun agak bingung di bagian akhirnya, tapi yang jelas, cerpennya super kereeeeeeeeeen.....

    Keep on writing :)

    Salam kenal

     

Post a Comment

<< Home