ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Thursday, October 12, 2006

[CumaCeritaPendek] Memandang Matahari Terbenam

Rama:
Aku duduk di sebelahnya, memandang matahari terbenam di pantai itu. Perlahan-lahan… warna cerah semakin gelap menambah kemesraan kami berdua.

“Romantis…” begitu katamu. Kamu bersandar di bahuku.

Semua orang memandang kami berdua sambil berbisik-bisik. Sesekali ada yang menatap heran sembari menggeleng-gelengkan kepala mereka.

“Sepertinya banyak iri dengan kemesraan kita, sayang,” kataku sambil mencium lembut kepalanya.
“Mmm… biar sajalah,” kamu berkata sambil memperat genggaman rangkulanmu di lenganku.

Aku hanya tersenyum, memandang panorama yang terbentang indah di depanku, menikmati hembusan angin laut, dan deburan ombak.

Aku bahagia… aku merasa nyaman, karena kutahu kamu ada di sampingku.

Tiba-tiba, kudengar suara memanggil namaku.

“Rama…”

Kutahu siapa yang memanggilku, tapi kubiarkan.
Kutetap diam… debur ombak yang menjawab panggilan itu.


Meidiana:
“Rama….”

Ah, aku tahu, dia tidak akan menoleh. Kudekati dia yang sedang termenung.

“Rama,” kusentuh bahunya.

Dia menoleh ke arahku. Dia tahu aku memanggilnya. Tatapan matanya tampak gusar. Aku tahu, aku sudah menganggunya.

“Rama, ayo kita pulang, sayang.”
“Sebentar lagi, Ma,” pandangannya sudah beralih lagi, kembali menatap pantai, “Sebentar lagi… Kayla masih ingin ditemani, Ma.” Dia menoleh ke samping sambil tersenyum.

Aku hanya bisa menatap sedih. “Sampai kapan kamu akan begini, Sayang?”
Aku duduk di samping anakku, menemaninya menikmati keindahan matahari terbenam. Bertiga…


Kayla:
Ahhhh… kutarik napas dalam-dalam… Aku selalu suka laut… aku selalu suka pantai… Memandang birunya laut membuatku tenang dan damai. Apalagi bersama kekasihku tercinta. Tak sadar aku tersenyum kecil.

Kusandarkan kepalaku di bahu Rama. Aku tahu, dia agak risih dengan cara orang memandang kami. Tapi, biarlah, rasakan saja seolah hanya ada kita berdua di pantai ini… Kurasakan bibirnya dengan lembut mencium kepalaku.

Ahhh…. aku tersenyum lagi… kueratkan rangkulan tanganku… seolah tak pernah ingin kulepaskan. Seolah ini saat-saat terakhir kubersamanya.

Kudengar ada yang memanggilnya. Aku tahu, itu pasti ibunya. Aku diam saja.

Lalu kami menikmati matahari terbenam… bertiga…


Kabar itu:
Bali, 5 September 2006. Seorang gadis hanyut terbawa ombak ketika pantai sedang pasang. Tubuhnya ditemukan pagi dini hari tadi.

Desas-desus beredar.

“Katanya, pantai ini sekarang angker. Suka ada perempuan duduk sendirian di sini. Biasanya mulai matahari terbenam.”

“Sssttt…. Lihat laki-laki yang duduk sendirian itu. Katanya, itu pacar perempuan yang tenggelam itu.”

“Ihh.. kasihan ya, cakep-cakep tapi rada gila.”

“Jadi merinding deh, kalo lewat sini.”

Setiap orang lalu-lalang, ada yang cuek, ada yang menoleh dengan pandangan kasihan ke arah laki-laki itu.


Rama:
Aku tahu, pasti banyak yang mengira aku gila. Gilakah aku? Sering aku bertanya pada diriku sendiri. Apakah ini berarti aku gila, duduk sendiri di pantai, tersenyum sendiri menatap keindahan di depanku? Apakah aku gila karena aku merasakan kehadiran Kayla di sampingku?

Kayla memang sudah pergi. Tapi, aku percaya, dia akan selalu melakukan hal yang dia sukai. Pantai, laut, adalah tempat yang dia sukai. Menikmati indahnya matahari terbenam adalah hal yang sering kami lakukan.

Dan aku bahagia, Kayla pergi di antara gulungan ombak …

Aku tahu, aku bisa merasakan, Kayla ada di sebelahku… bersandar di bahuku… rambutnya sesekali menggelitik pipiku…

Aku tersenyum…


Meidiana:
“Sampai kapan kamu akan seperti ini terus, Rama? Kapan kamu akan merelakan Kayla pergi?”

Aku tidak rela anakku dikira orang gila. Aku tidak mau anakku terhanyut dalam khayalannya bersama Kayla.

Aku rela menemaninya di pantai ini. Biar orang mengira, kami sedang asyik bersantai berdua… bukan bertiga sosok yang imajiner.


Kayla:
Salahku… ini semua salahku. Aku hanya ingin merasakan udara pantai di malam hari. Aku ingin sendiri.

Tapi, bodohnya aku… pertengkaran dengan Rama membuat aku bodoh.

Gelapnya malam membuat aku tak sadar aku sudah jauh ke tengah pantai.

Tapi… aku bahagia, aku bisa merasakan menari dalam gulungan ombak. Aku bahagia… aku pergi di tempat yang kucintai….

Aku ingin tetap ada di sini.. menemani Rama-ku menikmati pantai… seperti yang kerap kami lakukan dulu… bahkan sehari sebelum kematianku. Sampai saatnya tiba… sampai Rama siap untuk kutinggalkan… Kusandarkan kepalaku di bahu Rama…

Pantai ini akan selalu jadi pantaiku…

2 Comments:

  • At 11:43 PM, Blogger edi sutoyo said…

    Cerpen nya sip...selamat menyambut lebaran, maaf lahir & bathin, oya aku sekarang di blogspot, blogdriveku lambat sekali, semoga sukses selalu menyertaimu.

     
  • At 7:15 PM, Blogger "emas indri" said…

    nice

     

Post a Comment

<< Home