ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Sunday, October 29, 2006

[Movie Review] Little Manhattan

Photobucket - Video and Image Hosting

Film ini kocak banget deh. Lucu… cerita tentang anak cowok kecil.. baru 10 tahun.. tapi sok gede, sok jatuh cinta.

Entah kenapa, di mata Gabe, tiba-tiba Rosemary Telesco jadi cantik banget. Bikin jantungnya berdebar-debar gak karuan. Rosemary sebenernya temen Gabe sejak TK. Mereka berdua dulu sering main bareng di rumah. Tapi, semenjak mulai ada ‘dinding besi pembatas’ antara cewek dan cowok, dunia mereka berdua dianggap berbeda.

Sampai suatu hari, Gabe ikutan kelas karate. Alasannya biar bisa ngelawan anak yang paling ditakutin di sekolah mereka. Dan ternyata Rosemary juga ikutan karate. Ketika diminta cari sparing partner, hanya Rosemary satu-satunya yang Gabe kenal. Begitu juga dengan Rosemary. Akhirnya, jadilah mereka partner latihan.

Setelah latihan, Gabe diajak ke tempat pengepasan baju. Karena Rosemary harus ngepas baju untuk jadi gadis pembawa bunga. Dan sejak saat itu, Rosemary tiba-tiba terlihat cantik dan menarik banget di mata Gabe.

Singkatnya… ternyata Gabe jatuh cinta sama Rosemary.

Photobucket - Video and Image Hosting

Layaknya orang yang lagi kasmaran berat, Gabe ngerasa kangen terus sama Rosemary. Tanpa alasannya yang jelas, Gabe ‘mengawasi’ apartemen Rosemary demi ngeliat Rosemary sebentar. Terus nyari-nyari alasan buat latihan bareng Rosemary di tempat Gabe atau pun di tempat Rosemary. Girang banget waktu diajak makan malam sama ortunya Rosemary. Malu-malu waktu pertama kali pegangan tangan. Senyum bahagia ketika ternyata Rosemary gak nolak tangannya dipegang. Terus, ngerasa cemburu waktu Gabe harus merelakan Rosemary ganti partner latihan. Waktu lagi sedih dan ribut sama Rosemary, semua seakan ‘bertuliskan’ nama Rosemary.

Photobucket - Video and Image Hosting

Pokoknya lucu banget ngeliat Gabe dengan tatapan penuh cinta, tatapan kangen, dan gimana dia malu-malu, bingung dan gregetan sama Rosemary. Waktu ngeliat Gabe yang berkali-kali megang dada-nya dan bertanya-tanya “Kenapa jantungku jadi berdebar gak karuan?” Dan, dasar emang masih anak-anak, Gabe nangis meraung-raung waktu dia patah hati. Hahaha…

Cinta monyet… cinta pertama… emang selalu indah dan gak akan bisa dilupain. Seperti kata Gabe, Rosemary itu cinta pertamanya, dan Gabe berharap dia akan selalu jadi cinta pertama di hati Gabe…

It’s kind a romantic, funny movie…

Nothing's as big as your first love...

Saturday, October 28, 2006

'Upik Abu' ---> 'Cinderella' Wanna Be

Foto-foto ini diambil waktu acara 'potluck' di rumah salah satu temen kantor gue. Kebetulan temen gue punya temen yang jadi make up artist, lalu ditawarinlah gue untuk test make up. Tadinya males sih, cuma karena sedikit gak enak dan penasaran, akhirnya gue mau juga.
Hasilnya... sukses membuat gue surprise... karena... pas gue ngaca... gue bertanya, "Ini beneran gue?" (hehehe.. agak hiperbola sedikit, sih...)... tapi.. bener... beda banget....
So... ini lah hasilnya.
Before, After, and 'Cinderella' & 'Prince' Wanna Be:

Wednesday, October 18, 2006

One Month to Go…

Tanggal 18 Oktober… sebulan lagi… sebulan lagi menuju hari pernikahan gue… Gue gak berani ngebayangin seperti apa ketika Hari H nanti… takut… takut kalo gue terlalu excited, malah jadi gak seperti yang gue bayangkan… takut… takut… entah, takut apa lagi…

Selama setelah lamaran, selama gue memakai cincin pertunangan di jari manis gue ini, pelan-pelan gue mulai merubah diri gue.. gue coba belajar jadi lebih dewasa, lebih sabar… tapi, tetap aja, masih banyak banget yang perlu gue perbaiki… gue juga masih perlu belajar untuk menerima pasangan gue lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Pusing… tentu aja, ada pusingnya… banyak malah.
Tentang hubungan gue dengan pasangan gue yang kadang naik-turun.. emosi kita berdua kadang masih belum stabil…

Gedubrakan ngeliat berbagai angka dengan nol yang banyak… sampe gue mikir.. gila…. Banget… buat nikah aja perlu keluar segini banyak!!! Pantes aja untuk nikah perlu tabungan yang banyak…

Berbagai pertanyaan berlompatan di kepala gue… seperti apa ya menikah itu? seperti apa saat gue sudah jadi seorang istri? Bisa gak gue jadi istri yang baik? Bisa gak gue masuk ke dalam keluarga besarnya? Gue harus gimana di hari pertama gue jadi istri? Harus bikinin teh or kopi? Nyiapin baju? Sepatu? Harus bisa masakkah gue? Hehe.. kalo bikin indomie aja, gue siap… Terus… apa lagi?

Dari yang gue denger, gue lihat, gue baca… gue pelajari (terutama setelah nonton gossip-gosip seleb yang divorce), kesimpulan yang gue dapat, pernikahan itu butuh kompromi yang besaaaarrr sekali… semua orang gak ada yang sama… perbedaan itu pastinya gak akan hilang… sekompak-kompaknya suatu pasangan, gak mungkin identik… satu lagi.. komunikasi.. pengertian… maybe that’s the most important thing…

Ah.. gaya banget sih gue.. teori banget…. kita gak akan pernah tau mana bener, mana salah, mana yang seharusnya, kalo ‘gak ‘nyebur’ sendiri..

Tapi, I am happy… akhirnya gue sampai di tahap ini.. sempet ada kekhawatiran… biasalah… quarter life crisis… gue sempet bertanya-tanya dalam hati - ketika hubungan gue dengan bagus dalam tahap yang gak tau arah mau ke mana dan jadi seperti apa – “gue bakal married gak ya?”… dan gue bersyukur banget ketika kesempatan itu datang…

Semoga gue bisa menghadapi hari-hari deg-degan menjelang pernikahan gue.. semoga gue gak jadi ‘the mad bride to be’.. hahahaha…

Thursday, October 12, 2006

[CumaCeritaPendek] Memandang Matahari Terbenam

Rama:
Aku duduk di sebelahnya, memandang matahari terbenam di pantai itu. Perlahan-lahan… warna cerah semakin gelap menambah kemesraan kami berdua.

“Romantis…” begitu katamu. Kamu bersandar di bahuku.

Semua orang memandang kami berdua sambil berbisik-bisik. Sesekali ada yang menatap heran sembari menggeleng-gelengkan kepala mereka.

“Sepertinya banyak iri dengan kemesraan kita, sayang,” kataku sambil mencium lembut kepalanya.
“Mmm… biar sajalah,” kamu berkata sambil memperat genggaman rangkulanmu di lenganku.

Aku hanya tersenyum, memandang panorama yang terbentang indah di depanku, menikmati hembusan angin laut, dan deburan ombak.

Aku bahagia… aku merasa nyaman, karena kutahu kamu ada di sampingku.

Tiba-tiba, kudengar suara memanggil namaku.

“Rama…”

Kutahu siapa yang memanggilku, tapi kubiarkan.
Kutetap diam… debur ombak yang menjawab panggilan itu.


Meidiana:
“Rama….”

Ah, aku tahu, dia tidak akan menoleh. Kudekati dia yang sedang termenung.

“Rama,” kusentuh bahunya.

Dia menoleh ke arahku. Dia tahu aku memanggilnya. Tatapan matanya tampak gusar. Aku tahu, aku sudah menganggunya.

“Rama, ayo kita pulang, sayang.”
“Sebentar lagi, Ma,” pandangannya sudah beralih lagi, kembali menatap pantai, “Sebentar lagi… Kayla masih ingin ditemani, Ma.” Dia menoleh ke samping sambil tersenyum.

Aku hanya bisa menatap sedih. “Sampai kapan kamu akan begini, Sayang?”
Aku duduk di samping anakku, menemaninya menikmati keindahan matahari terbenam. Bertiga…


Kayla:
Ahhhh… kutarik napas dalam-dalam… Aku selalu suka laut… aku selalu suka pantai… Memandang birunya laut membuatku tenang dan damai. Apalagi bersama kekasihku tercinta. Tak sadar aku tersenyum kecil.

Kusandarkan kepalaku di bahu Rama. Aku tahu, dia agak risih dengan cara orang memandang kami. Tapi, biarlah, rasakan saja seolah hanya ada kita berdua di pantai ini… Kurasakan bibirnya dengan lembut mencium kepalaku.

Ahhh…. aku tersenyum lagi… kueratkan rangkulan tanganku… seolah tak pernah ingin kulepaskan. Seolah ini saat-saat terakhir kubersamanya.

Kudengar ada yang memanggilnya. Aku tahu, itu pasti ibunya. Aku diam saja.

Lalu kami menikmati matahari terbenam… bertiga…


Kabar itu:
Bali, 5 September 2006. Seorang gadis hanyut terbawa ombak ketika pantai sedang pasang. Tubuhnya ditemukan pagi dini hari tadi.

Desas-desus beredar.

“Katanya, pantai ini sekarang angker. Suka ada perempuan duduk sendirian di sini. Biasanya mulai matahari terbenam.”

“Sssttt…. Lihat laki-laki yang duduk sendirian itu. Katanya, itu pacar perempuan yang tenggelam itu.”

“Ihh.. kasihan ya, cakep-cakep tapi rada gila.”

“Jadi merinding deh, kalo lewat sini.”

Setiap orang lalu-lalang, ada yang cuek, ada yang menoleh dengan pandangan kasihan ke arah laki-laki itu.


Rama:
Aku tahu, pasti banyak yang mengira aku gila. Gilakah aku? Sering aku bertanya pada diriku sendiri. Apakah ini berarti aku gila, duduk sendiri di pantai, tersenyum sendiri menatap keindahan di depanku? Apakah aku gila karena aku merasakan kehadiran Kayla di sampingku?

Kayla memang sudah pergi. Tapi, aku percaya, dia akan selalu melakukan hal yang dia sukai. Pantai, laut, adalah tempat yang dia sukai. Menikmati indahnya matahari terbenam adalah hal yang sering kami lakukan.

Dan aku bahagia, Kayla pergi di antara gulungan ombak …

Aku tahu, aku bisa merasakan, Kayla ada di sebelahku… bersandar di bahuku… rambutnya sesekali menggelitik pipiku…

Aku tersenyum…


Meidiana:
“Sampai kapan kamu akan seperti ini terus, Rama? Kapan kamu akan merelakan Kayla pergi?”

Aku tidak rela anakku dikira orang gila. Aku tidak mau anakku terhanyut dalam khayalannya bersama Kayla.

Aku rela menemaninya di pantai ini. Biar orang mengira, kami sedang asyik bersantai berdua… bukan bertiga sosok yang imajiner.


Kayla:
Salahku… ini semua salahku. Aku hanya ingin merasakan udara pantai di malam hari. Aku ingin sendiri.

Tapi, bodohnya aku… pertengkaran dengan Rama membuat aku bodoh.

Gelapnya malam membuat aku tak sadar aku sudah jauh ke tengah pantai.

Tapi… aku bahagia, aku bisa merasakan menari dalam gulungan ombak. Aku bahagia… aku pergi di tempat yang kucintai….

Aku ingin tetap ada di sini.. menemani Rama-ku menikmati pantai… seperti yang kerap kami lakukan dulu… bahkan sehari sebelum kematianku. Sampai saatnya tiba… sampai Rama siap untuk kutinggalkan… Kusandarkan kepalaku di bahu Rama…

Pantai ini akan selalu jadi pantaiku…