ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Thursday, July 27, 2006

[Movie Review] Failure to Launch

Wah.. ini film drama romantis yang kocak juga. Ceritanya tentang Tripp (Matthew McCoughney) yang meskipun udah berusia 35 tahun tapi masih tinggal bareng orang tuanya. Di Amerika mungkin adalah suatu hal yang gak lazim. Bolak-balik Tripp ditinggal sama ceweknya karena tahu dia masih tinggal bareng ortu. Bahkan orang tua Tripp sendiri bingung gimana biar Tripp ‘keluar’ dari rumah mereka dan hidup mandiri.

Akhirnya, orang tua Tripp ‘menyewa’ Paula (Sarah Jessica Parker), seorang konsultan, untuk jadi pacar Tripp dan dia harus berhasil untuk membuat Tripp keluar dari rumah itu.

Seperti yang bisa ditebak, Paula yang tadinya mau bersikap professional, malah tertarik sama Tripp. Dan Tripp sendiri pun juga suka sama Paula, meskipun Tripp bisa dibilang termasuk cowok yang anti komitmen ‘serius’. Setiap cewek yang dikencaninya udah memberikan ‘that look’ alias pengen lebih serius, Tripp pun ‘bersiap-siap’ untuk memutuskan hubungan dengan cewek itu.

Tapi, ‘misi’ Paula pun bocor ke telinga Tripp. Tripp marah sama Paula dan juga orang tuanya. Endingnya, teman-teman Tripp dan Paula berusaha menyatukan mereka kembali. And… of course… the ending is a happy one.

Tapi, satu yang bikin gue gak sreg (wow… seperti gue ahli aja di bidang perfilman), yaitu, pas adegan Tripp dan Paula dikurung di satu ruangan buat bicara dari hati ke hati, ternyata ruangan itu dipasang kamera tersembunyi sama temen Tripp, dan adegan itu ditonton sama temen-temen mereka berdua plus ortu Tripp melalui notebook. Temen-temen Tripp dan Paula nonton sambil ngopi-ngopi di café. Eh… lama-lama, pelayan café ikutan nimbrung, terus satu dua pengunjung ikut nimbrung juga… buntutnya, Ace – temennya Tripp punya ide untuk melihat adegan itu di big screen yang ada di café, jadilah semua pengunjung ikutan liat… ada yang bilang kalo ini adalah reality show yang paling menyentuh hati. Dan.. seperti biasa, satu café ikutan kasih semangat waktu Tripp mau baikan sama Paula… Duh.. .yang begini ini nih yang suka bikin il-fell sebuah film drama romantis (Menurut gue, sih…).

Tapi, overall, it’s nice movie..

Numpang Lewat di Epigram

.... Beng tersenyum, seperti teringat sesuatu. "Oh, ya, tadi malam Pak Tanzil menelpon, rekannya di Jakarta Bu Ferina, butuh Desain Interior untuk dekorasi kantornya."
"Kantor apaan?"
"Akuntan Publik," jawab Beng sambil menatap Niken...
(dari Epigram hal. 196)

[Book Review] Daughter of Fortune

Daughter of Fortune
Isabel Allende
Flamingo, 2000
399 Hal.

Ditemukan di depan pintu rumah pemilih sebuah perusaaan Ekspor Impor Inggris, Eliza, diadopsi oleh Rose Sommers. Sejak kecil Eliza dididik untuk menjadi seorang wanita bangsawan. Keluarga Sommers adalah warga pendatang dari Inggris yang membuka usaha di Chile. Eliza tidak pernah tahu siapa orang tuanya, yang dia tau hanyalah Miss Rose dan Mama Fresia, pengasuhnya.

Menginjak usia remaja, Eliza jatuh cinta pada seorang pemuda Chile, Joaquin Andieta. Mereka menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi. Hingga satu malam, Joaquin meninggalkan Eliza dan pergi ke California. Ketika itu, berita tentang adanya tambang emas di California menjadi daya tarik bagi orang-orang di Chile yang bermimpi menjadi kaya raya. Tak terkecuali kekasih Eliza. Ketika mengetahui dirinya hamil, Eliza pun nekat menyusul Joaquin ke Amerika.

Dengan dibantu Tao Chien, mantan awak kapal Kapten John Sommers, Eliza menjadi penumpang gelap, berlayar menuju Amerika. Tao Chien sendiri adalah seorang zhong yi, atau tabib.

Perjalanan itu bukanlah hal mudah untuh Eliza yang sedang hamil muda. Dan sesampainya di California, Eliza harus menyamar menjadi seorang pemuda.

Tahun demi tahun berlalu tanpa ada hasil, di mana Joaquin berada. Malah yang didengarnya adalah Joaquin menjadi bandit yang kejam.

Ceritanya dibagi dalam tiga rentang tahun, yang menggambarkan perjalanan kehidupan Eliza sebagai tokoh utama dan latar belakang Miss Rose serta Tao Chien. Mungkin sekilas ini kisah roman biasa, cinta yang kadang membuat orang lupa diri, tidak pakai logika. Bisa dilihat dari Eliza yang baru berusia 16 tahun, tapi nekat menyusul kekasihnya sendirian ke negeri yang sangat jauh. Belakangan juga akan terungkap identitas Eliza yang sebenarnya.

Yang menarik di sini adalah cover novel ini, yang menggambarkan foto diri Eliza Sommers di usia yang lebih dewasa. Sosok yang cantik, tapi seolah menampakkan kekerasan hatinya.

[Book Review] Je M'appelle Lintang

Photobucket - Video and Image Hosting
Je M'appelle Lintang
Ollie
Media Kita, Cet. II - 2006
162 Hal.

Dari cover-nya, Ollie seolah sudah ‘menjanjikan’ bahwa novel ini bercerita tentang kisah cinta yang romantis. Dengan warna-warna lembut didominasi warna merah jambu dengan latar belakang Menara Eiffel semakin memperkuat keromantisannya.

Berawal di sebuah pesta pernikahan di Nembrala, NTT, seorang pria berkebangsaan Perancis, Pierre, jatuh cinta pada gadis dari kota itu, Lintang. Tapi, tentu saja, meskipun dua-duanya saling suka, tidak begitu saja membuat hubungan percintaan mereka jadi lancar. Alasannya klise, latar belakang budaya membuat orang tua Lintang melarang Pierre menjaling hubungan dengan anak gadis mereka.

Perpisahan pun harus terjadi. Dua hati yang berjauhan, saling merindukan. Dan membuat seorang Lintang nekat pergi ke kota Paris demi mencari Pierre. Bermodalkan kemampuannya di bidang fashion design, Lintang mencoba mendapatkan beasiswa untuk belajar di sekolah mode di Paris. Beruntung akhirnya Lintang mendapatkan beasiswa itu.

Berada di kota yang sama dengan Pierre, ternyata tidak langsung membuat mereka mudah untuk bertemu kembali. Dan di sini, nih, ‘greget’ dari novel ini, kebetulan-kebetulan yang terjadi yang sebetulnya membuat Pierre dan Lintang sedikiiiittt lagi akan ketemu bisa membuat pembaca ‘menahan napas’ dan ‘merutuk’ kesal.

Lintang, ditemani oleh Jerry, sahabatnya dari satu kota yang kebetulan juga pergi ke Paris, tanpa putus asa berusaha menelusuri jejak Pierre.

Paris di musim gugur digambarkan begitu romantis. Kota yang selalu disebut-sebut sebagai kota cinta bisa membuat pembaca ikut terhanyut dalam cinta.

Thursday, July 20, 2006

[Book Review] Snow Flower

Photobucket - Video and Image Hosting
Snow Flower
Penulis: Lisa See
Penterjemah: A. Rahartati Bambang Haryo
Qanita, Cet. I Juni 2006
556 Hal.

Membaca buku ini, membuat saya bersyukur bahwa saya hidup di jaman ketika perempuan dihargai hak-hak dan pikirannya, didengarkan perasaan dan keinginannya. Snow Flower sedikit banyak memberi gambaran sebuah sejarah Cina di abad 19, ketika perempuan harus menjalani berbagai tradisi yang membatasi mereka sebagai manusia.

Lily, seorang anak perempuan dari keluarga miskin, dalam usia belia harus menjalani tradisi pengikatan kaki untuk mendapatkan bentuk kaki bunga lili yang sempurna. Kaki yang kecil mungil seperti bunga lili dipercaya akan membawa keberuntungan, bisa memikat laki-laki dan sangat berharga dibanding perempuan yang tidak menjalani tradisi pengikatan kaki, yang hanya disebut perempuan berkaki besar dan tidak akan dipilih menjadi seorang istri. Perempuan berkaki besar hanya akan menjadi seorang pelayan. Bahkan, seorang perempuan dengan bentuk kaki yang tidak sempurna, hanya akan menjadi seorang ‘menantu kecil’.

Ternyata, bentuk kaki yang sempurna dan memilik seorang laotong, akan meningkatkan ‘harga’ seorang perempuan untuk mendapatkan jodoh yang baik. Namun, tidak semua perempuan bisa mendapatkan bentuk bunga lili emas. Salah mengikat kaki, hanya akan membuat penderitaan anak perempuan semakin besar. Kesakitan, infeksi malah mendatangkan kematian, atau jika bertahan, kaki rusak - seperti kaki Mama Lily. Tapi, Mama Lily selalu berkata, “Hanya melalui rasa sakit kaudapatkan kecantikan. Hanya melalui penderitaan kaudapatkan kedamaian.” (Hal. 59)

Ketika seorang peramal datang ke rumah Lily - peramal diperlukan untuk menentukan kapan sebaiknya proses pengikatan kaki di mulai - ia melihat ada sesuatu yang istimewa dalam diri Lily. Maka dipanggillah seorang Mak Comblang, Madame Wang, untuk memastikan keistimewaan itu. Sebuah keputusan pun dibuat, Lily akan mendapatkan seorang laotong, kembaran sehati, seorang gadis cilik yang punya delapan sifat yang sama dengan Lily, yang menjalani pengikatan kaki di hari yang sama, yaitu Bunga Salju.

"Saya tahu di rumahmu ada seorang gadis berwatak baik dan wanita-wanita yang senang belajar. Kau dan aku lahir pada tahun dan hari yang sama. Mungkinkah kita jadi kembaran sehati?" (Hal. 89). Itulah kalimat pertama yang dituliskan Bunga Salju dalam kipas sutra yang dikirimkan kepada Lily.

Bunga Salju berasal dari keluarga yang tingkatannya lebih tinggi dari Lily. Tapi, hal itu tidak membatasi persahabatan sehati mereka. Bersama Bunga Salju, Lily menjalani hari-hari bagaimana sakitnya di awal-awal pengikatan kaki, pergi ke Kuil Gupo setiap tahun, membordir dan menjahit di ruang duduk lantai atas, sama-sama menunggu datangnya perjodohan dan pernikahan, membuat mahar, dan yang paling penting saling berbagi rahasia hati melalui sebuah tulisan di kipas sutra, nu shu. Lewat nu shu, mereka saling mengungkapkan cerita, perasaan, kebahagiaan bahkan kesedihan.

Hari-hari Anak Gadis, Hari-hari Jepit Rambut, Hari-hari Beras dan Garam, mereka lewati bersama. Setelah menikah, kehidupan Lily lebih baik dibandingkan kehidupan Bunga Salju. Lily menikah dengan anak seorang pejabat kerajaan di Tongkou, sementara Bunga Salju hanya menikah dengan seorang tukang jagal. Sebuah rahasia tentang latar belakang Bunga Salju terungkap setelah Lily menikah.

Jawaban dari berbagai pertanyaan terungkap, mengapa hanya Bulan Salju yang berkunjung ke rumah Lily? mengapa Lily tidak diperkenankan datang ke rumah Bulan Salju? siapa sebenarnya Madame Wang? mengapa justru Lily, yang dari keluarga miskin mendapatkan jodoh yang terpandang? mengapa jodoh Bulan Salju hanya seorang tukang jagal?

Meskipun ditentang oleh Ibu Mertua Lily yang memandang rendah Bulan Salju, Lily tetap berusaha setia pada laotong-nya itu. Tidak peduli bagaimana buruk keadaannya, Bunga Salju tetap kembaran sehati, dan mereka sudah berjanji dan menulis kontrak di Kuil Gupo untuk saling setia, tidak ada satu pun yang dapat memisahkan mereka.

Tapi, salah penafsiran membaca nu shu, membuat persahabatan mereka terputus. Kesombongan dan rasa egois membuat semuanya hancur. Bertahun-tahun mereka tidak saling berkirim kabar berita lagi, tidak saling mengunjungi dan malah menyimpan dendam di hati. Sampai akhirnya terungkap kebenaran, semua sudah terlambat, dan hanya tinggal penyesalan.

Di hari tua, Lily menuturkan kisah hidupnya, bagaimana cinta dan sayangnya ia kepada laotong­-nya yang melebihi dari sebuah pernikahan.

Dalam kisah ini, tersirat kesan, perempuan hanya dianggap sebagai 'pelayan' laki-laki. Tugasnya hanyalah melahirkan anak laki-laki, sementara anak perempuan dianggap lebih buruk daripada binatang. Tidak hanya berperan sebagai istri, perempuan juga harus melayani ibu mertua dan ipar-ipar, kegagalan memuaskan hati ibu mertua, berarti gagal pula sebagai menantu yang baik. Jadi, pada prinsipnya adalah "Patuh! Patuh! Patuh! Sesudahnya lakukan yang kauinginkan." (Hal. 458)

Sebuah kisah yang indah, menggambarkan sebuah cinta. Bahasa-bahasa yang halus membuat kisah ini begitu ‘menyentuh’.

Thursday, July 13, 2006

[Book Review] Perpustakaan Ajabi Bibbi Bokken

Photobucket - Video and Image Hosting

Perpustakaan Ajabi Bibbi Bokken (Bibbi Bokkens magische Bibliothek)
Jostein Gaarder & Klaus Hagerup
Mizan, Cet. I Mei 2006
294 Hal.

Banyak cara untuk berkomunikasi jarak jauh, melalui surat pos, surat elektronik, atau bahkan melalui buku surat seperti yang dilakukan dua saudara sepupu ini, Berit dan Nils. Mereka berdua tinggal di kota yang berbeda -Oslo dan Fjaerland - Norwegia, dan memutuskan untuk saling berkomunikasi dengan buku-surat.

Buku itu berisi surat-surat di antara mereka berdua. Setiap yang satu selesai menulis surat, buku itu akan dikirim kepada yang lain.

Tanpa mereka duga, buku-surat ini membawa mereka pada sebuah petualangan menemukan sebuah Perpustakaan Ajaib. Adalah Nils, yang pertama kali mengungkapkan suatu kecurigaan terhadap perempuan tua misterius yang begitu tertarik ketika ia membeli buku-surat itu. Bahkan perempuan itu yang membelikan buku tulis tersebut.

Dalam buku-surat itu, Nils dan Berit saling bercerita bagaimana Bibbi Bokken, nama perempuan itu selalu mengikuti mereka berdua, bahkan selalu tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Nils dan Berit berlagak jadi detektif, berusaha memecahkan misteri perempuan bernama Bibbi Bokken itu. Misteri yang berhubungan dengan Perpustakaan Ajaib, buku yang baru akan terbit tahun depan. Mereka menduga ada sebuah persekongkolan kecil untuk mencuri buku-surat mereka. Tapi, yang membuat mereka penasaran, kenapa Bibbi Bokken dan ‘gerombolan’nya itu tertarik dengan buku-surat mereka. Berit yang tinggal di kota yang sama dengan Bibbi Bokken, bertugas membuntuti Bibbi Bokken, mengintai dan menyelinap masuk ke rumah Bibbi, menyelidiki kehidupan Bibbi Bokken. Misteri makin lebar, ketika muncul tokoh Mr. Smiley, dan laki-laki Italia yang tuli. Siapakah mereka semua? Apa sih pekerjaan Bibbi Bokken sebenarnya?

Untuk penggemar buku, Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken ini akan jadi buku yang menarik. Di dalamnya terungkap begitu banyak hal yang berhubungan dengan dunia perbukuan, seperti Klasifikasi Desimal Dewey, isitilah incunabula, bahkan sejarah perbukuan di Norwegia. Nama-nama penulis terkenal juga menghiasi buku ini, seperti Astrid Lindgren – yang juga muncul sekilas sebagai salah satu tokoh, Roald Dahl, A.A Milne, dan lainnya. Ada puisi-puisi dari Jan Erik Vold Diceritakan juga bagaimana proses penerbitan sebuah buku. Ada unsur misteri, humor, rasa sok tahu dan penasaran khas anak-anak.

Buku ini terdiri dari dua bagian – bagian pertama adalah bab buku-surat antara Nils dan Berit. Sedangkan bagian kedua adalah bagian di mana terungkapnya misteri yang menjadi inti buku ini.

Karya duo penulis Norwegia ini menjadi buku ini unik. Jostein Gaarder, pastinya sudah tidak asing lagi. Karyanya sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sebut saja Dunia Sophie, Gadis Jeruk dan Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng (The Ringmaster's Daughter). Sedangkan Klaus Hagerup juga seorang penulis terkenal di Norwegia, karya-karyanya kebanyakan adalah buku anak-anak dan remaja.

[Book Review] Red Leaves: Tale of Murder and Suicides

Red Leaves: Tale of Murder and Suicides
Thomas H. Cook
Dastan Books, Cet. I – Juli 2006
420 Hal.

Senyum bahagia yang kerap tampak dalam foto keluarga ternyata bisa jadi menyimpan begitu banyak misteri dan pertanyaan. Senyum hangat, tawa riang gembira bisa jadi bukanlah suasana hati yang sebenarnya, bisa jadi semua itu hanyalah topeng untuk menutupi sejumlah borok yang ada di dalam keluarga itu.

Eric Moore, setiap harinya bergelut menatap foto-foto keluarga. Eric memiliki usaha cuci cetak foto. Usahanya cukup berhasil. Eric memiliki keluarga yang ia pikir adalah keluarga yang cukup sempurna dan bahagia. Meredith, istri yang cantik, sempurna. Dan satu anak laki-laki, Keith, yang selalu tertutup.

Hilangnya Amy Giordano membuat keluarga kecil itu terguncang. Keith, kebetulan menjadi penjaga Amy di malam gadis cilik itu menghilang, menjadi sasaran kecurigaan polisi. Berbagai prasangka muncul. Kepercayaan Eric terhadap Keith diuji. Apakah dibalik sifat tertutup Keith, tersembunyi sifat-sifat lain? Apakah Keith adalah seorang penculik, pembunuh atau seorang pedofilia?

Prasangka terhadap sang anak, berkembang menjadi prasangka terhadap anggota keluarga lainnya, terhadap istrinya, kakaknya – Warren, dan ayahnya. Sepotong foto keluarga Eric seolah mengungkapkan begitu banyak fakta yang menyedihkan. Rasa percaya semakin berkurang, berbagai pernyataan timbul di benak Eric.

Ketegangan dalam buku ini sambung-menyambung di tiap halamannya. Pembaca seolah tidak diberi waktu untuk menarik napas dan menenangkan diri. Fakta yang ditemukan, tidak hanya memberi jawaban baru, tapi juga menimbulkan pertanyaan baru. Keping-keping kenangan masa lalu pelan-pelan tersusun menjadi sebuah gambaran baru, jawaban baru. Bagai permainan puzzle, ketika semua keeping sudah menemukan pasangannya dan terkait dengan benar, gambaran utuh pun akan terlihat jelas.

Thursday, July 06, 2006

[Movie Review] Cars

Dapet tiket gratis dari boss gue untuk nonton film Cars di Plaza Senayan. Hehehe… ternyata yang nonton banyak para orang tua dengan anak-anak yang masih kecil-kecil. Jadi pas lampu dimatiin, ada yang nangis. Terus, kadang kedengeran suara ortu yang lagi ngejelasin film itu sama anaknya.

Filmnya sendiri cukup menghibur dan lucu. Semua tokohnya adalah mobil, bahkan lalat pun berbentuk mobil!

Jadi ceritanya tentang sebuah mobil balap bernama Lighting McQueen. Dia ini adalah pendatang baru dalam kancah perebutan Piston Cup. Dalam kejuaran terakhir, sebenernya McQueen udah hampir menang, mengalahkan juara bertahan ‘The King’ dan Chick – si Thunder yang sombong. Tapi, karena McQueen hanya berpikir untuk ‘ngebut’ tanpa ganti suku cadang di pit stop, pas beberapa meter sebelum garis finish, ban mobilnya pecah. Akhirnya, ketiga mobil itu masuk garis finish secara bersamaan. Maka diputuskanlah pertandingan ulang di California.

Dalam perjalanan ke California yang jauh itu, truck yang mengangkut McQueen ‘ngantuk’. Di tengah jalan diganggu lah sama mobil DJ. Akhirnya, Mack – si truk itu beneran ketiduran dan pas kaget pintu belakang truknya kebuka. McQueen yang lagi tidur gak sadar kalo dia udah keluar dari truk dan berada di tengah jalan.

Gara-gara kehilangan arah, McQueen yang gak tau jalan ke California, nyasar ke sebuah kota yang sepi, Radiator Spring. Dia ketangkep sama mobil patroli gara-gara ngebut. Pas nyoba kabur, malah ngerusakin jalan. Akhirnya, dia dihukum kerja social memperbaiki jalan.

Selama di Radiator Spring, meskipun sebel, akhirnya, McQueen ‘jatuh cinta’ juga sama kota itu. Apalagi pas denger cerita dari mobil Porche cantik (yang bikin McQueen jatuh cinta juga sama mobil ini), kalo dulu Radiator Spring adalah kota yang ramai. Tapi, pas dibangun jalan pintas yang lebih cepat, mobil-mobil gak pernah lewat sana lagi, dan pelan-pelan jalan di Radiator Spring pun menghilang dari peta.

Sementara, di California semua pada kebingungan nyari McQueen yang hilang.

Di Radiator Spring sendiri, ternyata salah satu mobil menyimpan sebuah rahasia besar.

Akhirnya, McQueen ditemukan dan diangkut ke California untuk menyelesaikan pertandingan akhir.

Bener-bener film keluarga yang menghibur. Kita gak akan bosan melihat tingkah laku mobil-mobil yang lucu, tokoh favorit gue, dua mobil Italia pemilik toko ban – Luigi dan Guido, yang ngefans banget sama Ferrari.

[Book Review] Epigram

Epigram
Jamal
GPU, Cet.1 - Mei 2006
384 Hal.


Kaya’nya untuk bikin novel, Jamal doyan banget mengajak pembacanya keliling dunia. Setelah jalan-jalan ke Denmark ‘melalui Louisiana Louisiana, terus ke Finlandia di dalam Rakkastaurina, bahkan ke negeri antah berantah lewat kacamata seorang calon bayi di Fettusaga, sekarang, Jamal mengajak pembacanya ke tengah lautan Norwegia dalam Epigram.

Cerita ini sendiri seperti kilas balik tentang kehidupan seorang bernama Kris, yang menjadi bekerja di lepas pantai Norwegia, di sebuah rig raksasa tempat pengeboran minyak dan gas Troll West milik Norsk Hydro. Email dari sahabatnya, Adun, membuat Kris seolah memutar kembali kenangan kehidupannya di masa lalu, ke tahun 1989.. awal dari perubahan kehidupan Kris. Kris adalah mahasiswa Geologi di UTT yang tinggal menunggu untuk wisuda kesarjanaannya, ‘dibuang’ karena dianggap terlibat demo ketika seorang menteri datang ke kampusnya. Sebenarnya Kris hanya sebagai pengamat dalam demo itu, tapi karena reputasinya sebagai seorang pimpinan dalam sebuah demonstrasi, Kris ikut-ikutan ‘diculik’ aparat. Selain Kris, ada Nara yang menjadi Korlap yang berbuah penculikan beberapa mahasiswa itu.

Buntutnya seorang jendral yang punya maksud tertentu, membebaskan Nara dan Kris. Tapi, mereka berdua untuk sementara harus menjauh dari Indonesia. Nara ‘diterbangkan’ ke Amerika, sementara Kris ke Jerman. Mereka berdua melanjutkan kuliah di dua negara itu.

Selebihnya, cerita kehidupan Kris lebih besar porsinya daripada kisah Nara di Amerika. Kris diceritakan berpindah-pindah negara, setelah lulus di Jerman, jadi turis di Sevilla, jatuh cinta dengan gadis Indonesia di Sevilla dan akhirnya memilih ‘menyepi’ di lepas pantai Norwegia, bekerja di sebuah perusaahan minyak.

Jauh dari tanah airnya, Kris bergulat dengan pikirannya sendiri tentang keadaan Indonesia, yang malah menjadikannya seolah punya dua kepribadian. Kesendiriannya membuat Kris menjadi sosok dengan pribadi yang matang, tapi terkadang jadi dingin.

Kisah cinta di Epigram disajikan dengan lebih ‘sopan’ dibanding dalam Louisiana Louisiana dan Rakkastaurina.

Novel ini, sarat dengan muatan politik. Kalau novel ini terbit di jaman Orde Baru, bisa-bisa Mang Jamal atau akrab dipanggil MJ ini, jadi salah satu yang kena cekal karena novel ini penuh dengan kritikan terhadap pemerintah. Tapi, jangan salah, novel ini gak bikin kita jadi berasa kuliah politik yang membosankan, karena romantisme masih ada, dan latar belakang MJ yang orang desain tertuang dalam uraian tentang museum atau lukisan. Kegemaran MJ ‘ngebanyol’ juga tampak dari lelucon-lelucon yang terlontar di antara sesama mahasiswa UTT. Bahkan UTT adalah singkatan Universitas Tralala Trilili, rada gak matching dengan karakter universitas yang kerap dikatakan universitas yang kritis dan ‘sarang’ demonstran.

Tapi benar kata M. Fadjroel Rachman dalam endorsement­-nya, “Jamal penulis yang berbahaya!”