[24.11.2006] Parangtritis
Kunjungan kita hari ini adalah Pantai Parangtritis. Abis terus terang kita bingung mau ke mana lagi. Mau ke Borobudur… kejauhan.. Ke Prambanan.. juga gitu.. Kaya’nya Bagus gak terlalu berminat. Tadinya kita mau ke Pantai Depok, masih daerah Parangtritis juga. Di sana ada tempat lelang ikan. Jadi, kita bisa beli dan langsung dimasak di sana. Kaya’ di Muara Karang kali ya. Tapi, karena menuju ke sananya susah kalo gak ngerti jalan, jadi atas saran Pak Katman, sebaiknya gak usah ke sana.
Sebelum pergi kita di-briefing sama Pak Katman. Dikasih tau harus naik bis yang mana aja. Terus, rutenya ke mana. Pak Katman diajakin gak mau. Masih trauma katanya gara-gara gempa dan tsunami kemarin.
Ya udah, dari depan hotel, kita naik bisa menuju terminal. Di terminal kita ganti bisa yang langsung menuju Parangtritis. Lama juga nunggu bis-nya jalan. Karena gak banyak yang naik dengan tujuan arah Parangtritis. Pertama, karena bukan hari libur, kedua, menurut kabar, emang sekarang jarang yang mau ke Parangtritis.
Akhirnya, setelah kursi terisi beberapa, bis-nya berangkat juga. Perjalan ke Parangtritis lumayan jauh. Di tengah jalan emang banyak penumpang yang naik, terutama anak-anak yang baru pulang sekolah. Cuaca lumayan panas. Di daerah Bantul, terlihat beberapa rumah penduduk yang rusak karena gempa. Di antaranya ada yang masih terpasang tenda di depan rumahnya, sementara nunggu rumah mereka lagi dibangun kembali.
Sampai di Parangtritis, penumpang hanya tinggal kita berdua.
Di sekitarnya, suasana bisa dibilang sepi dan hening. Gak enak banget rasanya. Kaya’ bukan tempat wisata. Warung-warung di pinggir pantai memang buka, tapi ya itu sepi pengunjung. Hanya ada beberapa gelintir orang aja, termasuk kita berdua, dan sepasang turis Jepang.
Sepi.. itu deh kesan pertamanya. Kita nyewa andong untuk bolak-balik sepanjang Parangtritis. Angin bertup kencang. Ombak juga cukup besar. Kaya’nya beda banget sama Pantai Kuta. Kalo Pantai Kuta sepertinya lebih ‘bersahabat’, lebih ‘ceria’ karena banyak orang. Warna airnya lebih biru jernih. Bisa menarik orang untuk sekedar main-main di pantai. Tapi, kalo Parangtritis, liat dari jauh aja ada kesan yang ‘menakutkan’. Mungkin karena pengaruh mitos ‘Ratu Pantai Selatan’ kali ya. Tapi, yang jelas, ngeliat airnya yang warna hijau gelap dan ‘tebal’, lalu ombak yang besar, sama sekali gak menunjukkan kesan ‘bersahabat’. Malah yang ada merinding ngeliat air yang begitu. Kata kusir andong, biar pun dekat ke pinggir pantai, air yang warnanya gelap itu lumayan dalam. Benar-benar sunyi senyap, hanya ada suara debur ombak.
Setelah puas memandang laut, kita duduk di salah satu warung, pesen mie bakso. Sambil istirahat. Tapi, ternyata mie baksonya gak enak. Rasa baksonya kaya’ bakso udah kadaluarsa.
Jam 12an kita bergerak pulang. Naik bis lagi menuju terminal. Di perjalanan, duh.. ngantuk banget. Bolak-balik tertidur. Perjalanan yang panjang bikin mata ini susah dikompromikan. Dari terminal, kita balik lagi ke hotel. Beli makan siang dulu di… Kentucky… again!!
Lalu, kita makan di kamar sambil nonton tv dan beres-beres. Istirahat dulu.
Malamnya, kita jalan ke mal ambarukmo, naik becak lagi. Mal ini kaya’nya mal yang paling besar di Jogja. Dan, sepertinya sih baru buka. Isinya hampir sama dengan yang ada di Jakarta. Ada Carrefour, bread talk, centro, gramedia, macem-macem deh. Bioskop 21 juga ada.
Foodcourt-nya juga berisi makanan-makanan yang biasa ada di Jakarta, tapi kita makan di solaria aja. Pengen santai-santai dikit.
Balik ke hotel. Packing koper dan oleh-oleh yang bikin bingung gimana bawanya, karena besok kita sudah harus balik ke Jakarta lagi.
Sebelum pergi kita di-briefing sama Pak Katman. Dikasih tau harus naik bis yang mana aja. Terus, rutenya ke mana. Pak Katman diajakin gak mau. Masih trauma katanya gara-gara gempa dan tsunami kemarin.
Ya udah, dari depan hotel, kita naik bisa menuju terminal. Di terminal kita ganti bisa yang langsung menuju Parangtritis. Lama juga nunggu bis-nya jalan. Karena gak banyak yang naik dengan tujuan arah Parangtritis. Pertama, karena bukan hari libur, kedua, menurut kabar, emang sekarang jarang yang mau ke Parangtritis.
Akhirnya, setelah kursi terisi beberapa, bis-nya berangkat juga. Perjalan ke Parangtritis lumayan jauh. Di tengah jalan emang banyak penumpang yang naik, terutama anak-anak yang baru pulang sekolah. Cuaca lumayan panas. Di daerah Bantul, terlihat beberapa rumah penduduk yang rusak karena gempa. Di antaranya ada yang masih terpasang tenda di depan rumahnya, sementara nunggu rumah mereka lagi dibangun kembali.
Sampai di Parangtritis, penumpang hanya tinggal kita berdua.
Di sekitarnya, suasana bisa dibilang sepi dan hening. Gak enak banget rasanya. Kaya’ bukan tempat wisata. Warung-warung di pinggir pantai memang buka, tapi ya itu sepi pengunjung. Hanya ada beberapa gelintir orang aja, termasuk kita berdua, dan sepasang turis Jepang.
Sepi.. itu deh kesan pertamanya. Kita nyewa andong untuk bolak-balik sepanjang Parangtritis. Angin bertup kencang. Ombak juga cukup besar. Kaya’nya beda banget sama Pantai Kuta. Kalo Pantai Kuta sepertinya lebih ‘bersahabat’, lebih ‘ceria’ karena banyak orang. Warna airnya lebih biru jernih. Bisa menarik orang untuk sekedar main-main di pantai. Tapi, kalo Parangtritis, liat dari jauh aja ada kesan yang ‘menakutkan’. Mungkin karena pengaruh mitos ‘Ratu Pantai Selatan’ kali ya. Tapi, yang jelas, ngeliat airnya yang warna hijau gelap dan ‘tebal’, lalu ombak yang besar, sama sekali gak menunjukkan kesan ‘bersahabat’. Malah yang ada merinding ngeliat air yang begitu. Kata kusir andong, biar pun dekat ke pinggir pantai, air yang warnanya gelap itu lumayan dalam. Benar-benar sunyi senyap, hanya ada suara debur ombak.
Setelah puas memandang laut, kita duduk di salah satu warung, pesen mie bakso. Sambil istirahat. Tapi, ternyata mie baksonya gak enak. Rasa baksonya kaya’ bakso udah kadaluarsa.
Jam 12an kita bergerak pulang. Naik bis lagi menuju terminal. Di perjalanan, duh.. ngantuk banget. Bolak-balik tertidur. Perjalanan yang panjang bikin mata ini susah dikompromikan. Dari terminal, kita balik lagi ke hotel. Beli makan siang dulu di… Kentucky… again!!
Lalu, kita makan di kamar sambil nonton tv dan beres-beres. Istirahat dulu.
Malamnya, kita jalan ke mal ambarukmo, naik becak lagi. Mal ini kaya’nya mal yang paling besar di Jogja. Dan, sepertinya sih baru buka. Isinya hampir sama dengan yang ada di Jakarta. Ada Carrefour, bread talk, centro, gramedia, macem-macem deh. Bioskop 21 juga ada.
Foodcourt-nya juga berisi makanan-makanan yang biasa ada di Jakarta, tapi kita makan di solaria aja. Pengen santai-santai dikit.
Balik ke hotel. Packing koper dan oleh-oleh yang bikin bingung gimana bawanya, karena besok kita sudah harus balik ke Jakarta lagi.
Labels: vacation
0 Comments:
Post a Comment
<< Home