ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Tuesday, April 18, 2006

[Book Review] UTUKKI: Sayap Para Dewa


UTUKKI: Sayap Para Dewa
Clara Ng
GPU, February 2006
408 Hal.

Kisah cinta dalam novel ini bisa dibilang unik, karena ‘melibatkan’ para Dewa-Dewi dari zaman Mesopotamia sekitar 7000 tahun sebelum Masehi, sampai dua anak muda di Jakarta tahun 2000 setelah Masehi.

Alkisah, Dewa Anu dan Dewi Antu mempunyai anak-anak yang disebut Utukki. 7 Utukki berjenis kelamin laki-laki dan berwajah sangat menyeramkan sehingga disebut monster. Tapi, Utukki ke 8, berjenis kelamin perempuan dan sangat cantik, dan diberi nama Nannia.

Nannia bersahabat dengan seorang anak laki-laki, bernama Enka. Lama-lama, mereka saling jatuh cinta. Tapi, hubungan mereka tentu saja tidak diperbolehkan oleh para Dewa-Dewi di Dunia Atas-Langit.

Konflik tidak berhenti sampai di situ saja. Ternyata ada Dewi lain yang jatuh cinta dengan Enka, yaitu Dewi Ishtar, Dewi Cinta dan Perang. Ironis banget, Dewi yang bertugas menebar cinta dan kasih sayang, malah berusaha memisahkan orang yang saling menyayangi dan menebar kebencian karena cinta yang tidak kesampaian.

Dan dendam itu masih terus terbawa hingga tahun 2000 sesudah Masehi, ketika Thomas bertemu dengan Celia. Thomas yang pemalu secara tidak sengaja berkenalan dengan Celia. Tapi, tiba-tiba saja, Celia menghilang di depan matanya. Thomas yang punya ‘kelebihan’ bisa berbicara dengan Celia melalui batinnya.

Celia ternyata ‘diculik’ oleh Dewi Ishtar, dan dibawa ke Dunia Atas-Langit. Demi membalaskan dendamnya, Dewi Ishtar ingin memisahkan Celia dan Thomas. Tapi, kenapa harus Celia dan Thomas?

Untuk bertemu dengan Thomas kembali, Celia harus menunggu 10 tahun lagi, dan itu pun, masih ada bahaya yang akan menanti. Dibantu Dewa Ea, Dewa Kebijaksanaan, Celia berusaha melarikan diri dari Dunia Atas-Langit, dan kembali ke Bumi.

Cerita berkembang dengan tidak terduga. ‘Pertempuran’ antara manusia dan Dewa-Dewi mewarnai novel ini. Banyak kejutan yang membuat novel ini jadi menarik.

Komentar akhir: Seru dan unik! Hmmm… ini buku Clara Ng kedua yang jadi favoritku setelah The (Un)Reality Show.

[Book Review] My Two Lovers


My Two Lovers
Syafrina Siregar
GPU – April 2006
232 Hal.

Mencintai seseorang adalah sesuatu yang indah. Tapi, apa jadinya jika seseorang yang kita cintai justru lebih memilih orang lain, atau, tidak berani mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

Mungkin seperti itulah yang dialami oleh ketiga tokoh dalam novel ini.

Nena, satu-satunya perempuan yang jadi titik sentral di novel ini. Persahabatannya dengan Rashed ternyata berkembang menjadi sebuah cinta. Nena mencintai Rasheed dalam setiap hembusan nafasnya, begitu yang ditulis Nena dalam diary-nya. Mereka berkenalan via internet. Secara kebetulan, Nena ditugaskan ke Singapura, dan bertemulah mereka di sana. Tapi, sikap Rasheed justru membuat Nena jadi terombang-ambing. Meskipun sedih, sakit hati, Nena tetap yakin, kalau Rasheed adalah jodohnya.

Sementara itu, Rasheed ingin tetap menjaga hubungan mereka sebatas sahabat, meskipun pelan-pelan dia sendiri mulai suka sama Nena. Tapi, latar belakang budaya mereka yang berbeda, membuat Rasheed gak berani maju untuk memperjelas hubungannya sama Nena.

Lalu, ada lagi tokoh Deni. Deni adalah teman sekantor Nena yang ditugaskan bareng ke Singapura. Dengan alasan ‘menjaga Nena’, Deni minta sama atasannya untuk bisa satu apartemen dengan Nena. Deni sendiri memendam perasaan sama Nena. Tapi, sayang, meskipun Nena tahu itu, Nena sudah memberikan hatinya untuk Rasheed.

Nena dihadapkan pada kenyataan, kalau cintanya dengan Rasheed akan sulit untuk bersatu. Rasheed, juga harus menerima kenyataan, kalau budayanya ‘mengharuskan’ dia memilih jodoh yang ‘ditawarkan’ orang tuanya. Dan Deni, masih tetap berusaha mendapatkan hati Nena.

Pada akhirnya, cinta memang harus memilih, maju terus berjuang demi cinta tapi kehilangan jadi diri, atau memilih bersama orang lain yang sebenarnya tidak kita cintai.

[Book Review] Gods in Alabama


Gods in Alabama
Joshilyn Jackson
Hodder & Stoughton, 2005
275 Hal.

Arlena Fleet, sengaja ‘melarikan diri’ dari kota kelahirannya, Alabama. Lena ingin melupakan kenangan buruk yang menghantuinya ketika ia remaja. 10 tahun lamanya Lena tidak pulang-pulang, meskipun di saat-saat istimewa seperti hari Natal.

Di masa lalu, Lena adalah gadis yang tinggal dengan paman dan bibinya. Ibunya stress karena kematian ayahnya. Satu-satunya teman Lena adalah Clarice, saudara sepupunya. Lena begitu menyayangi Clarice, meskipun dia menyimpan sedikit rasa iri terhadap sepupunya yang cantik dan disukai banyak anak laki-laki. Sampai satu hari, Lena melakukan satu perbuatan yang membuatnya takut, meskipun dia selalu berusaha ‘bersembunyi’ di balik alasan ‘melindungi Clarice’.

Sedemikian buruk masa lalunya, sampai-sampai setiap ibunya dan Bibi Florence telepon minta dia pulang, Lena selalu bisa kasih alasan yang tepat.

Tapi, satu hari, beberapa kebetulan muncul - acara pensiunan Paman Bruster, datangnya seorang gadis dari masa lalu, Rose Mae Lolley, dan tuntutan Burr, pacar Lena yang berkulit hitam yang meminta untuk dikenalkan dengan keluarga Lena. Ketiga masalah itu membuat Lena harus pulang ke Alabama dan melupakan janjinya untuk tidak berbohong lagi.

Buku ini lumayan bagus. Kita bakal digiring ke rasa penasaran kenapa Lena sampai gak mau pulang-pulang ke kampung halamannya, apa sih yang bikin Lena ketakutan. Selang-seling, buku ini memasukkan cerita Lena di saat dia masih remaja, dan cerita kehidupan Lena saat ini. Dan, jawaban dari semua masalah Lena benar-benar baru muncul di akhir cerita.

06.04.18

Jalan-Jalan ke Bandung

Udah lama banget gak ke Bandung semenjak terakhir bulan September, pas outing bareng kantor. Denger-denger cerita, katanya di jalan Dago, makin banyak factory outlet.

Nah, pas long weekend ini, hari sabtu, aku (bareng mama-papa-maya & lisa) nyempetin ke bandung. Gak nginep, karena emang niatnya pengen jalan-jalan aja (and shopping, tentunya…).

Berangkat pagi-pagi banget, jam 5 seperempat, karena takut macet di puncak, berhubung lagi long weekend. Masih gelap… jalanan masih sepi. Malahan waktu di jalan tol jagorawi, meskipun udah rada terang, ya… sekitar jam 6an, masih keliatan bulan purnama.

Seperti biasa, makan bubur dulu di Cipanas. Hmmm.. tapi, koq rada mengecewakan. Buburnya tetap banyak, tapi isinya yang mulai ‘irit’. Dan kata papa, dari hasil ngobrol-ngobrol sama pelayan di sana, tamu yang dateng mulai sepi semenjak tol cipularang dibuka. Mungkin karena itu juga, mutunya mulai menurun.

Lanjut lagi perjalanan menuju bandung. Untung di padalarang gak macet. Jam 9an udah sampai bandung. Dan enaknya kalo dateng pagi-pagi, masih relatif sepi. Jalan-jalan di sekitar factory outlet blom macet. Tapi, tetap aja parkiran di fo-fo udah pada penuh.

Sebelum ‘berburu’ di fo, mampir dulu ke kartika sari. Kartika sari masih sepi, blom diserbu sama bus-bus pariwisata.

Kita parkir di salah satu fo di jalan dago, namanya grande. Dari situ, kita menyusuri fo-fo di sepanjang jalan dago yang letaknya emang bersebelahan. Di sebelah grande ada jet-set (isinya kurang ok), terus, ada blossom, di sebelahnya glamour (kurang ok, juga), terus ke raffles, di sebelah raffles ada toko sepatu donatello. Setelah dari raffles, kita nyeberang ke fo Victoria yang bersebelahan sama episode.

Lumayan lama juga kita muter-muter di jalan dago. Abis itu kita makan siang di Ampera. Di sana juga udah rame banget, parkir juga susah.

Abis makan, kita menuju jalan riau. Jalanan udah mulai macet dan penuh. Langit mulai gelap kaya’ mau hujan lebat.

Ubek-ubek di Heritage dan Cascade, fo baru juga. Tapi karena udah cape’, semangat udah menurun.

Di bandung itu, di sepanjang jalan, banyak banget yang jual Brownies Kukus Amanda. Mulai dari yang gerobak kecil, di sepeda, warung-warung, sampai di mobil. Jaraknya berdekatan, tiap dua meter. Udah gitu, gak hanya di jalan-jalan yang rame ‘turis’ kaya’ di dago atau riau, tapi sampe di jalan-jalan kecil yang relatif sepi. Gak tau deh, gimana harganya. Malahan di jalan riau, kiri-kanan, penuh banget mobil-mobil yang jualan berbagai merk brownies kukus (nyari celah di antara ‘kekuasaan’ si Amanda), terus ada yang jualan abon, keripik urat (heh? Kaya’ apa nih ya?), sampe kue palembang juga ada. Tapi yang pasti jualan itu, bikin macett….

Abis itu kita pulang. Di jalan, mulai mendung, dan begitu masuk cipanas hujan lebat banget. Untung di puncak gak macet. Jam setengah 9 sampe rumah.

06.04.15

Sunday, April 09, 2006

[Movie Review] Fever Pitch

Susah ya kalo pacaran sama seseorang kecanduan sama sesuatu. Itu deh yang dialami Lindsay (Drew Barrymore) waktu dia pacaran sama Ben (Jimmy Fallon). Ben itu nge-fans berat sama Red Sox. Di apartemennya, penuh barang-barang, mulai dari poster, foto-foto, mug, gelas, bahkan sampai seprai, tirai di kamar mandi, gelas kumur, dan t-shirt semua berlogo Red Sox.

Setiap musim pertandingan, Ben harus nonton, gak boleh ketinggalan satu game pun. Sampai akhirnya, justru Ben malah gak nonton pertandingan penentuan. Ben kesal banget, karena itu adalah peristiwa yang udah dia tunggu-tunggu selama 23 tahun. Lindsay juga kecewa banget sama sikap Ben. Karena demi nemenin Ben ke setiap pertandingan, dia rela begadang buat nyelesain kerjaannya.

Ending cerita ini agak mengesalkan. Cerita yang udah enak ditonton dari awal, harus ditutup dengan ending Lindsay yang berlari melintas lapangan baseball di tengah pertandingan demi ketemu Ben…

Urrrggghhh… !!!

06.04.02

[Movie Review] In Her Shoes


Kalo yang udah pernah baca bukunya, kaya’nya gak ada sesuatu yang beda deh. Dari novel dengan judul yang sama karangan Jeniffer Weiner. Yang jadi Maggie May Feller – Cameron Diaz, dan Rossie Feller (Toni Collette)

Cameron Diaz dengan gayanya yang ‘seksi’, jadi adik yang kerjanya mabok-mabokan, pengangguran, bikin ulah melulu, dan puncaknya, godain pacar kakaknya sendiri. Maggie susah dapet kerjaan, karena dia ‘mengidap’ disleksia. Sementara Rossie, bertolak belakang banget. Sebagai lawyer, penampilannya cukup konservatif, blazer gelap, kacamata dan tegas, rada workacholic. Tapi, di dalam lemarinya, banyak sepatu-sepatu cantik, yang dia beli kalo dia lagi bt – yang akhirnya lebih sering dipakai dan dirusakkin sama Maggie

Gara-gara ukuran sepatu yang sama, Maggie sering main ambil aja sepatu kakaknya yang lucu-lucu itu.

Setelah Maggie diusir Rossie dari apartemennya, dia pergi ke tempat neneknya, di daerah Florida. Di sekitar itu memang hanya ada orang-orang tua. Tentunya kedatangan Maggie yang seksi bikin ‘pencerahan’ di sana.

Akhirnya, atas inisiatif neneknya, Maggie dan Rossie baikan. Happy ending. Film yang ringan, tapi… hmmm… boleh juga buat evaluasi hubungan sama kakak or adik… Yang paling membuat terharu, waktu di hari pernikahan Rossie, Maggie kasih kejutan dengan bacain puisi E.E Cummings yang nunjukin kalo she loves Rossie very much.

I carry your heart with me
I carry it in my heart
I am never without it
Anywhere I go, you go, my dear
And whatever is done by only me…
Is doing, my darling

I fear no fate
For you are my fate, my sweet
I want no world, for, beautiful
You are my world, my true…

Here is the deepest secret
No one knows
Here is the rook of the root
And the bud of the bud
And the sky of the sky
Of a tree called life
Which grows higher than the soul can hope
Or mind can hide
It is the wonder that’s’ keeping the stars apart

I carry your heart
I carry it in my heart


Hiks, jadi ikutan terharu…
Photo source: Yahoo! Movie

[Book Review] Puteri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng

Puteri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng (The Ringmaster’s Daughter)
Jostein Gaarder
A. Rahartati Bambang (Pentj.)
Mizan – Cet. I, Maret 2006

Akhirnya, aku bisa tuntas juga baca salah satu buku Jostein Gaarder. Setelah Dunia Sophie dan The Orange Girl hanya dibaca separuh dan menjadi penghuni setia lemari buku.

Cerita di buku ini sendiri lumayan unik, tentang Petter, si Laba-Laba. Dari kecil, Petter udah penyindiri. Dia lebih suka nyiptain permainan sendiri dalam bayangannya, dibanding main sama temen-temen sebayanya. Imajinasinya bisa jadi lebih asyik dari pada dia harus ikut main secara langsung.

Sampai gede pun, dia masih sering bikin dongeng, dan Petter seolah gak pernah kehabisan ide. Kalo mau, Petter bisa jadi penulis dan pendongeng yang hebat. Tapi, sayangnya, dia lebih milih jadi orang di belakang layar. Someday, Petter butuh uang, dan dia ngejual ide-ide tulisannya ke penulis yang lagi buntu ide. Sampai akhirnya terbentuklah ‘jaring rahasia’, antara Petter dan penulis-penulis.

Tapi, suatu saat, rahasia ini mulai tercium, penulis-penulis mulai saling curiga dan Petter harus cari cara untuk lepas dari jaring yang udah dia ciptain sendiri. Sampai akhirnya, justru di saat itu dia menemukan sesuatu yang tidak terduga.

Kalau biasanya baca buku Jostein Gaarder (terutama Dunia Sophie) aku gak ngerti, (sumpah… bingung banget…), tapi kali ini… yahh… lumayan rada nyambung deh… karena isinya memang gak ‘njelimet banget. Dan, terpukau baca dongeng-dongeng ciptaan Petter yang unik.

06.04.07


Photo source: Mizan

[Movie Review] The Terminal

Rasanya ini the best movie yang aku tonton weekend ini. Film ini ada lucunya, ada seriusnya, ada romantisnya, ada sedihnya, ada harunya. Wahhh… lengkap deh.

Tom Hanks, jadi Viktor Navorski, warga negara Krakozhia, sebuah negara di Eropa Timur. Dia datang ke Amerika, tujuannya ke New York untuk sebuah maksud tertentu. Tapi, dia dicekal pas pemeriksaan imigrasi. Alasannya, saat itu negara Krakozhia lagi ada kekacauan, ada perang saudara, dan negara itu bisa dianggap ‘tidak ada’, jadinya, Mr. Navorski gak bisa masuk Amerika.

Viktor terpaksa tinggal di airport, nunggu keputusan dari pihak imigrasi. Dia dikasih voucher makan gratis, kartu telepon gratis. Tapi, pas dia mau bantuin anak kecil nutup koper, voucher makannya berterbangan, dan keburu disapu sama petugas kebersihan yang galak, Gupta. Gupta ini imigran gelap asal India, yang suka iseng sengaja bikin lantai basah biar orang kepeleset.

Viktor terpaksa makan biscuit aja. Tiba-tiba dia liat, kalo orang ngembaliin trolley ke tempatnya, akan ada refund 25 sen. Langsung dia nyari trolley sebanyak-banyaknya, sampai akhirnya dia bisa beli Burger King lengkap dengan French fries.

Ketauan usahanya buat dapetin uang, akhirnya hanya petugas airport yang boleh ngambil trolley. Viktor nyari cara lain buat dapetin uang. Dia ngelamar kerjaan di toko-toko di airport, sampai akhirnya dia bisa jadi tukang bangunan.

O ya, sementara tinggal di airport, Viktor tidur di tempat tunggu penumpang yang udah gak kepake lagi. Di sana dia bikin tempat yang senyaman mungkin. Viktor juga akhirnya temenan sama Gupta, lalu ada Joe, dan Enrique yang sering ngasih dia makan.

Viktor juga jadi ngetop di airport itu. Dan bikin petinggi imigrasi di JFK jadi sebal.

Satu hari, Viktor ketemu sama Amelia (Catherine Zeta-Jones), pramugari cantik. Viktor jatuh cinta, tapi sayang, Amelia udah punya pacar. Meskipun Amelia sempat makan malem sama Viktor, dan sebenernya juga suka sama Viktor.

Viktor selalu bawa-bawa kaleng biscuit misterius, yang setiap ditanya apa isinya, dia bilang, “A promise” atau “Jazz”.

Demi memenuhi ‘janji’ itu, Viktor rela nunggu lama-lama, padahal dia pernah dikasih kesempatan untuk ‘keluar’ dari JFK, karena petugas imigrasi gak mau Viktor jadi beban. Tapi, Viktor bilang, “I wait”.

Viktor yang tadinya cuma bisa bahasa Bulgaria, jadi bisa bahasa Inggris dengan logat yang aneh.

Lucu ngeliat acting Tom Hanks, sedih kalo ngeliat tiap malem dia ‘pulang’ ke Gate 67 sendirian… nangis inget kampung halamannya yang lagi bergolak…

06.04.01

[Movie Review] New York Minute

Film ini dibintangi oleh si kembar Mary Kate & Ashley Oslen yang udah jadi cewek cantik. Hehehe… jadi inget gimana imut-imut dan lucunya mereka di film ‘Full House’ jaman dulu.

Cerita di film ini sendiri, berjalan di satu hari yang sama. Hari itu adalah hari penting buat si kembar Jane dan Roxy Ryan. Tapi, arti penting itu sendiri beda-beda buat mereka. Bagi Jane, hari itu benar-benar penting karena dia akan presentasi untuk bisa ngedapetin beasiswa ke Oxford, Inggris. Sementara buat Roxy, hari itu dia bakal bolos sekolah lagi biar bisa nonton pembuatan video klip grup musik Simple Plan.

Biar kembar, mereka berdua beda banget. Jane, benar-benar cewek yang rapi, orginize banget. Lemari bajunya rapi, kamarnya cantik, bersih. Semua rencananya diatur dalam buku agendanya. Sementara Roxy, jadi cewek yang cuek banget. Kamarnya berantakan, dia seneng banget main musik rock, suka malsuin tanda tangan ayahnya biar bisa bolos sekolah.

Sebenernya, mereka berdua jarang banget bisa pergi sama-sama. Ayah mereka, dokter yang sibuk banget, yang sarapan di rumah aja gak sempat, sementara ibu mereka udah meninggal. Jane berusaha menggantikan peran ibunya mengatur rumah tangga. Tapi, hari itu, mereka ‘terpaksa’ melewati hari bersama-sama dalam sebuah kekacuan – mulai dari dikejar sama polisi sekolah sampai dikejar sama ‘gangster’ Cina yang membajak cd dan film - yang akhirnya bikin mereka jadi lebih dekat, bikin mereka yang tadinya gak peduli satu sama lain, jadi sadar kalo mereka sebenernya saling menyayangi dan saling membutuhkan.

Film remaja banget, kocak, bagian mengharukan pas mereka berantem di tengah jalan, lalu sama-sama balik badan, jalan sendiri-sendiri, sambil merenung… dan endingnya sih, mereka berdua, sama-sama dapet cowok yang cakep-cakep… hehehe…

06.04.01

[Movie Review] Just Friend


Chris (Ryan Reynolds), cowok gendut, keriting, dan culun, jatuh cinta sama sahabatnya sendiri, Jamie (Amy Smart). Chris udah ngerencanain untuk bilang perasaannya ini ke Jamie di pesta kelulusan mereka di rumah Jamie. Dia udah latihan akan ngomong apa ke Jamie, udah nulis di Year Book-nya tentang perasaan dia.

Tapi, apa daya semuanya jadi kacau. Chris pikir, pesta di rumah Jamie hanya akan terdiri dari empat orang, Chris, Jamie, dan dua sahabat mereka, tapi ternyata malah rame banget. Penuh dengan teman-teman mereka, maklum ternyata Jamie termasuk cewek popular di sekolah.

Sikap Jamie ke Chris bener-bener santai, dengan cuek Jamie ngajak Chris ke kamar, bukan mau ngapa-ngapain, tapi ya karena emang udah deket banget, jadi mereka cuek aja. Tapi, Chris makin deg-degan, dia mikir ini kesempatan yang bagus buat ngomong ke Jamie.

Tapi, setiap Chris udah mau ngomong, ada aja gangguan. Pertama, dari Tim, cowok yang juga naksir Jamie. Dia bawa Year Book-nya juga buat ditandatanganin sama Jamie. Kedua, Dusty, cowok culun yang nyiptan lagu buat Jamie. Setelah mereka berdua berhasil diusir, Chris ngasih Year Book-nya ke Jamie, katanya, ‘Baca deh, apa yang aku tulis buat kamu.’ Ternyata… Year Book-nya Chris ketuker sama punya Tim. Karuan, Chris panik, dan begitu keluar dari kamar Jamie, Tim udah ngebacain isi tulisan Chris di depan orang banyak. Chris jadi bahan ketawaan teman-temannya.

Dan yang paling bikin Chris sedih, Jamie bilang, “I love you too, Chris… as a brother.” Chris kabur dari rumah Jamie, dan dia bilang, dia akan buktiin kalo dia bisa jadi ‘somebody else’

Sepuluh tahun kemudian… Chris udah beda banget. Dia jadi keren, dan badannya jadi atletis. Chris jadi rebutan cewek-cewek. Dia sekarang jadi produser musik. Boss-nya minta Chris untuk membawa artis baru, Samantha Jones ketemu sama dia, kalo gak, karir Chris bakal terancam.

Parahnya Samantha ini, artis yang manja dan ‘garang’. Kalo lagi marah, kata-kata kasarnya keluar, dan bisa ngamuk-ngamuk. Samantha juga suka sama Chris. Dia ngajak Chris ke Paris dengan pesawat pribadinya. Dan karena ulah Samantha, pesawat harus mendarat darurat dan gak disangka-sangka pesawat itu mendarat di New Jersey, kampung halaman Chris yang udah 10 tahun gak pernah didatengin.

Tentu aja, Ibu-nya Chris seneng banget ngeliat anaknya tiba-tiba dateng. Terus, Chris ngajak Samantha ke sebuah bar. Dan gak disangka-sangka di sana Chris ketemu Jamie yang jadi part-timer di bar itu. Mulailah, Chris ngajak Jamie kencan dan dia pengen ngebuktiin kalo dia bisa ngedapetin Jamie.

Usahanya kali ini juga gak mulus. Chris kadang bersikap rada sok, rada egois dan jadi sombong. Belom lagi, datang saingan, si Dusty, yang dulu culun sekarang jadi petugas kesehatan. Dusty ini juga berusaha membuat Jamie suka dengan caranya yang lebih cool. Tentu aja bikin Chris sebel banget.

Lama-lama Jamie juga sebel banget yang sikap Chris yang sok, padahal sih, Jamie sendiri diem-diem berharap Chris bakal mengungkapkan perasaannya yang terpendam itu. Tapi, Chris-nya masih trauma gara-gara masalaha ‘Friend Zone’ itu.

Film ini lumayan lucu. Tentang obsesi terpendam, tapi malah kadang-kadang jadi bumerang kalo gak ati-ati. Salah-salah, malah bikin orang yang kita suka jadi balik sebel.

06.04.01

Saturday, April 01, 2006

[Movie Review] Shopgirl

Mirabelle (Claire Danes), seorang penjaga toko di bagian penjualan sarung tangan. Bagian ini jarang kedatangan pembeli, Mirabelle kadang jadi bosan banget nungguin konsumen. Mirabelle tinggal sendirian di apartemen, dan dia berharap someday, dia bisa punya teman alias pacar yang meratiin dia dan nemenin dia.

Satu hari, waktu lagi nyuci baju di laundry, Mirabelle kenalan sama cowok yang rada aneh, namanya Jeremy. Jeremy ini pengen banget jadi pemusik, gayanya rada ‘slengean’, nge-rock, ngomongnya juga santai dan kadang ngaco. Akhirnya, mereka tukeran nomer telepon and dilanjutin kencan.

Hubungan mereka gak berlanjut terlalu lama. One day, Mirabelle kedatangan customer, Ray Porter (Steve Martin). Ray beli sarung tangan warna hitam. Dan tiba-tiba aja, gak tau juntrungan-nya, gak tau maksudnya, sarung tangan itu dikirim ke apartemennya Mirabelle, dan ada kartu berisi ajakan makan malam.

Akhirnya, Mirabelle lebih milih Ray yang tajir daripada Jeremy (meskipun piihannya itu sih bukan karena matre). Jeremy sendiri sibuk keliling kota bareng group musik rock, tapi dia gak pernah lupa sama Mirabelle. Kencan makan malam dengan Ray berlanjut ke kencan-kencan berikutnya.

Ternyata, Ray bukan orang yang berani untuk berkomitmen. Hubungannya dengan Mirabelle gak punya arti banyak buat dia. Sementara Mirabelle berharap banyak dan dia cinta banget sama Ray. Akhirnya, Mirabelle ambil keputusan untuk ninggalin Ray duluan, sebelum sakit lebih lama.

Endingnya, Mirabelle, yang suka ngelukis, keluar dari Saks, dept. store tempat dia kerja dan pindah jadi receiptionist di gallery. Mirabelle bikin pameran dan balik lagi sama Jeremy yang sekarang udah jadi pemusik dan jadi lebih rapi, lebih kaya plus gaya.

Film yang biasa aja… kadang, gak jelas apa sih maksudnya Ray itu, dan Mirabelle juga maju-mundur terus mau ninggalin Ray. Padahal udah jelas-jelas dari awal Ray bilang dia gak mau berkomitmen dan minta Mirabelle untuk ngertiin posisinya, tapi tetap aja Mirabelle berharap banyak.

Two thumbs up? Gak ah…

06.03.30

photo source: Yahoo! Movies

[Movie Review] The Perfect Man

Film ini lucu, menyegarkan, tapi juga mengharukan.

Ceritanya, Holly (Hillary Duff), pengen banget bikin ibunya yang single parents, Jean (Heather Loacklear) jadi bahagia. Mereka sekeluarga, Holly, Jean plus adiknya Holly, Zoe pindah ke Broklyn.

Sebagai murid baru, ternyata Holly cukup menarik perhatian Adam, cowok keren yang doyan gambar komik. Holly juga dapat sahabat baru, Amy. Nah, Amy ini yang bantuin Holly untuk bikin Jean jadi senang.

Pertama, Holly ‘kirim’ bunga buat anggrek, bungan favorit ibunya, ditulis di situ ‘Secret Admirer’ Jean karuan jadi gr, dia meratiin semua cowok di sekitar dia. Di toko kue tempat Jean kerja, ada satu cowok, Lenny, yang naksir sama dia. Karena Jean pikir si pengirim bunga itu adalah Lenny, Jean mau aja diajak kencan nonton konser musik rock sama Lenny. Tapi, Holly sama sekali gak setuju kalo Jean pacaran sama Lenny.

Disusunlah ‘trick’ selanjutnya. Amy ngajak Holly ketemu om-nya, Ben, yang punya usaha restoran. Mereka berdua nanya gimana sih cirri-ciri the perfect man itu.

Mereka nekat kirim surat ke Jean, email2-an sampai akhirnya chatting. Holly kirim email dari tempatnya Adam yang makin suka sama Holly.

Dan Holly nekat telpon Jean, pura-pura jadi Ben yang ngajak Jean ketemuan.

Tapi, ternyata berantakan… Ben gak mau nemuin Jean. Holly terpaksa ngaku kalo semua ini adalah akal-akalannya dia aja. Jean marah.

Happy ending… meskipun akhirnya Jean, yang akhirnya punya toko kue sendiri, ketemu sama Ben… tapi, mereka gak langsung jadian (untung deh… kalo gak, jadi basi banget deh film ini…), dan Holly dan Adam yang jadian setelah Holly tadinya sempat menghindar dari Adam.

So sweet… film keluarga yang menyegarkan.

06.03.30


photo source: movieposter.com