ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Tuesday, November 14, 2006

[Promo] Beijing Doll

Beijing Doll
Novel karya Chun Shue
Penerjemah: Ferina Permatasari
Penyunting: Yusi Avianto Pareanom
Penerbit Banana, 2006
292 halaman
Harga: Rp 33.500 – diskon 10 %: Jabotabek bebas ongkos kirim
MEMPERKENALKAN SUARA GENERASI BARU Dilarang di Cina karena pemaparannya yang jujur akan perilaku seks seorang gadis muda. Novel pertama yang bercerita tentang “kepedihan masa remaja” di Cina secara apa adanya.(Beijing Today). BEIJING DOLL secara berani menyusuri budaya musik rock-and-roll di Cina. Novel tajam yang diangkat dari buku harian sang penulis ketika berusia remaja ini membawa pembaca berkelana ke jalan-jalan kota Beijing, di mana anak-anak yang tak mendapat cinta menolak tradisi lama dan hidup dengan mengekspresikan diri, hasrat, dan musiknya. Sensualitas Chun Sue yang eksplisit, sikapnya yang blak-blakan terhadap seks, dan gaya bertuturnya menghadirkan gaya baru dalam sastra kontemporer Cina.

Monday, November 13, 2006

[Book Review] Sammy's Hill

Photobucket - Video and Image Hosting

Sammy's Hill (Dunia Sammy)
Kristin Gore
GPU, 2006

Photobucket - Video and Image Hosting

Sebagai anak mantan wakil presiden, Al Gore, tentunya Kristin sudah tidak asing dengan Gedung Putih, Capitol Hill dan dunia politik beserta intrik-intriknya. Sepertinya itulah yang jadi latar belakang bagi Kristin untuk menulis novel Sammy's Hill.

Photobucket - Video and Image Hosting Photobucket - Video and Image Hosting
Samantha Joyce, adalah asisten senator Robert Gary dalam bidang kesehatan. Kalau melihat perilaku dan sifat Sammy yang suka gugup dan ceroboh, rasanya gak pantes banget dia kerja di lingkungan yang serba cepat dan menuntut konsentrasi dan tingkat stress yang tinggi. Tapi, Sammy termasuk orang cukup cerdas dan dipercaya oleh senator Gary. Termasuk berusaha meng-gol-kan RUU tentang pengadaan obat murah.
Pribadi Sammy sendiri bisa dibilang cukup unik. Sammy selalu membuat reminder di blackberry-nya untuk berbagai perayaan. Misalnya, perayaan hari pertama pemutaran film The Exorcist. Sammy juga punya piaraan ikan cupang yang kerjanya pura-pura mati, dan ketika ikan itu mati beneran, Sammy mengadakan upacara sendiri untuk 'menggelontor'kan sang ikan.
Kisah cintanya sendiri bukanlah hal yang bagus. Terlibat hubungan cinta dengan penulis pidato calon presiden, yang juga saingan senator Gary. Tapi ternyata, Aaron Driver tak lebih dari seorang playboy.

Photobucket - Video and Image Hosting
Ternyata dunia politik yang penuh trik yang terkadang licik, kejam dan sadis, bisa jadi kisah yang segar di tangan Kristin Gore, yang juga adalah seorang penulis cerita televisi. Salah satu karyanya, Saturday Night Live membuat Kristin masuk dalam nominasi Emmy Awards.
Hak cipta Sammy's Hill sudah dibeli oleh Columbia Picture. Jadi siap-siap aja nungguin filmnya dan sekuel novel ini.

Tuesday, November 07, 2006

[Movie Review] Just My Luck

Photobucket - Video and Image Hosting
Ashley (Lindsay Lohan), bisa dibilang cewek yang selalu beruntung. Misalnya, dia gak perlu bawa payung meskipun lagi hujan deras, karena begitu dia keluar, hujan langsung berhenti. Gak perlu repot-repot nyari taksi, karena begitu dia teriak, "Taxi!", beberapa taksi langsung berhenti. Ada uang kertas nempel di sepatunya, satu lift sama cowok keren dan langsung diajak kencan naik private jet, kerja di perusahaan pr yang keren banget.
Sementara itu, Jake (Chris Pine), cowok cakep tapi nasibnya sial terus. Ada aja hal yang bikin hari-harinya jadi kacau balau. Celana yang robek, lah, keciprat air, payung rusak, kesetrum. Jake kerja di tempat main bowling, dan lagi nyoba-nyoba jadi manajer sebuah grup band yang pengen banget diorbitin.
Pokoknya nasib Ashley dan Jake bener-bener beda 180 derajat.

Photobucket - Video and Image Hosting
Sampai one day, di acara pesta yang diselenggarakan kantor Ashley untuk sebuah perusahaan rekaman, mereka secara gak sengaja ketemu. Jake lagi nyamar jadi penari supaya bisa ketemu sama pemilik perusahaan rekaman itu. Waktu mereka lagi dance bareng, mereka kissing... dan tiba-tiba aja semua luck yang selama ini ada di Ashley pindah ke Jake.
Pesta Ashley kacau balau. Kesialan Ashley pun mulai. Dia ditangkap polisi karena dibilang 'nyuri' baju-nya Sarah Jessica Parker, hak sepatu patah, apartemennya hancur lebur karena bocor, dipecat dari kantornya.
Dan Jake, yang menyelamatkan si boss perusahaan rekaman itu, langsung ketiban untung terus. Punya apartemen bagus, grup band-nya jadi ngetop.
Kehidupan yang dimiliki Jake dulu sekarang jadi kehidupan Ashley. Ashley gak punya uang, harus numpang di apartemen temennya, dan kerja di tempat kerja Jake dulu. Ashley yang tahu semua ini berubah gara-gara kissing sama cowok di pesta itu, langsung sibuk nyari siapa dancer yang diciumnya itu. Tapi, dia gak sadar kalo ternyata Jake bukan salah satu dari dancer itu.

Photobucket - Video and Image Hosting
Tapi, emang, love needs sacrifice, ketika udah ketemu dan jatuh cinta sama Jake, Ashley harus milih, mendapatkan semua keberuntungannya lagi tapi membiarkan cowok yang dia sayang jadi sial atau membiarkan dirinya yang sial...
Pengen bisa seberuntung Ashley, tapi.. gak seru juga kali ya, kalo hidup gak ada up and down-nya...

Monday, November 06, 2006

[CumaCeritaPendek] 3 Dara, 1 Jaka, 1 Suami… dan 1 Perempuan Lagi…

Karina:

Karina terbangun dengan senyum di bibir. Seberkas sinar matahari menerobos lembut dari sela-sela tirai di kamar. Ia membalikkan badannya dan melihat sosok di sebelahnya. Yoga… ya… ada Yoga di sampingnya. Karina tersenyum lagi. Senyum bahagia karena sudah resmi menjadi istri Yoga.

Semalam… mereka berdua menikmati indahnya bercinta. Indahnya kemesraan yang utuh. Indah.. tanpa basa-basi… manis tanpa sesuatu yang berlebihan.

Rayuan, kini tak lagi sekedar rayuan gombal.

Karina tersenyum lagi… bahagia.

Didekatkan tubuhnya memeluk Yoga. Yoga menggeliat, membuka matanya. Dengan suara masih mengantuk, ia berkata, “Selamat pagi, my beloved Karina.” Ia tersenyum, dan mengecup lembut keningku.

Ah…. Akankah besok akan terus begini? Akankah ini jadi kebahagiaan utuh dan abadi?

Yoga masih terus mendekap Karina…. lamaaaa…. sekali…

Tapi….. tiba-tiba semua terasa asing…

Maya:

“Hueekkk… bau siapa ini?” Maya mengerenyitkan hidungnya. “Siapa sih, ini berani-beraninya meluk gue?”

Refleks Maya dorong tubuh asing itu, dan dia hanya bisa membisu memandangnya, “Gila!! Yoga ada di kamar gue?!!! Tunggu.. tunggu… ini bukan kamar gue! Ini kamar hotel!!” Raut wajahnya bingung, ditambah lagi sosok itu memandangnya dengan wajah yang tak kalah bingung. “Apa gue mabuk lagi semalam? Kepala gue terasa berat? Duh…”

Yoga… Yoga… pacar Karina! Sang lelaki yang bernama Yoga itu berusaha menggapai Maya, dan bertanya, “What’s wrong, my dear?”

“What??? My dear?” Akhirnya Maya pun bersuara, “Ee…eeeemmm… Yoga?”

“Iya, sayang…”

“Ngapain kita di sini? Ngapain loe ada di kamar ini? Sama gue?”

”Honey, kamu kenapa sih? Kamu gak lupa, kan, kalo kita sudah menikah?”

“Oh, no… oh, s**t! Jadi Karina sudah married sama si Yoga ini? Mampus gue… kenapa gue bisa gak tau… kenapa Karina gak ngasih tau gue?” Rutuk Maya dalam hati.

Lama Maya termenung.. membiarkan Yoga memandangnya dengan semakin penuh tanda tanya. Lalu ia beranjak dari tempat tidur, meninggalkan Maya sambil berkata, “Kamu aneh banget. Beda sekali sama semalam.”

Maya masih termenung dan berpikir, “Pantas Karina susah sekali diganggu akhir-akhir ini. Pantas gue tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Ternyata.. diam-diam dia merencakan pernikahannya tanpa setahu gue.”

Tiba-tiba kepalanya pusing, tak mampu menanggung beribu pertanyaan dan praduga di kepala.

Mariska:

“Wow!!! Satu kata itu yang bisa gue ungkapkan.” Mariska tersenyum nakal. “Ternyata, bercinta dengan Yoga benar-benar hebat!! Gue iri sama Karina yang bisa menjadi istrinya. Gue iri!!!”

Mariska memandang Yoga yang hanya berbalut handuk keluar dari kamar mandi. Handuk yang melingkar di pinggulnya membuat badan Yoga yang atletis semakin seksi di mata Mariska. Membuat tubuh Mariska yang hanya berbalut selimut bergetar, “So sexy…” bisik Mariska.

Mariska turun dari tempat tidur berjalan ke arah Yoga yang sedang memilih pakaian, lalu ia memeluknya pria itu dari belakang. “Hmmm… wangi banget…”

Tiba-tiba Yoga berbalik, memandangnya dengan penuh tanda tanya, sementara Mariksa memandangnya dengan pandangan penuh arti… menggoda…

Tanpa basa-basi, Mariska mencium bibir Yoga. Lupa akan Karina. Lupa akan segalanya. Kehangatan tadi malam pun terulang kembali…

Jaka:

“Tadinya aku tidak mengerti, kenapa 3 perempuan itu begitu menggilai Yoga. Memang, sih, dia tampang, ganteng, benar-benar impian para perempuan. Karina, Maya, Mariska… ketiganya berusaha merebut perhatian Yoga. Tapi… memang… memang hanya Karina yang berhasil mendapatkan status resmi sebagai istrinya. Tapi, tidak ada yang seberuntung aku… tidak ada yang sepintar aku.. tidak ada yang tahu… Yoga itu menyukaiku…” Jaka tertawa sendiri. Suara tawa yang agak keras membangunkan Yoga yang tertidur kelelahan, akibat sisa-sisa percintaan yang baru saja mereka lewati bersama.

Wajah mengantuk itu bersuara, “Kenapa kamu tertawa, Sayang?”

Jaka malah tertawa semakin keras.

Yoga menganggap tawa itu sebagai tawa ‘mengundang’. Ia pun balik menggoda Jaka dengan memeluk dan menggelitik tubuh Jaka. Menciumi wajah Jaka.

Jaka tertawa geli… tawa menggoda… terbahak-bahak….

Yoga:

Aku bingung…. Aku tidak pernah melihat Karina seperti hari ini. Karina-ku yang selalu tenang, yang hangat, manis… ah.. benar-benar wanita idamanku. Tapi, hari ini, sehari setelah pernikahan kami, tiba-tiba saja, sikapnya berubah. Dari yang hangat, tiba-tiba jadi acuh, lalu, tiba-tiba jadi manja dan menggoda… bahkan liar… aku tak mengerti… semua jadi asing…

Apakah ada hal lain dalam diri Karina? Apakah ada sesuatu yang tersembunyi… sesuatu yang luput dari perhatianku…

Kupandang wajah manisnya yang sedang tertidur dengan tenang… kuelus pipi halusnya… kukecup hangat keningnya…

Ada siapa lagi dalam diri kamu, Karina?

Karina:

Karina duduk sendiri di tepi tempat tidur. Pandangannya diedarkan ke seluruh ruangan kamar. Bunga lili, sedap malam dan mawar putih menghiasi kamar itu. Harumnya masih sangat terasa.

Yoga meninggalkannya ketika ia tertidur. Hanya sebuah catatan singkat mengatakan kepergiaannya, “Aku pergi sebentar, sayang. Wait for me, dear. – Love you always.” Begitu bunyinya.

Karina termenung. Menyadari ada sesuatu yang salah. “Mereka kembali lagi. Kenapa? Kenapa mereka mengganggu saat bahagia ini”

Karina berjalan menuju cermin. Dipandanginya raut wajah yang terpantul di cermin.

Maya:

“Hai, Karina.” Maya tersenyum.

Mariksa:

“Selamat pagi, Karina sayang. Terima kasih sudah membagi Yoga denganku.” Mariska mengerlingkan matanya dan tersenyum nakal.

Jaka:

“Karina… Karina… Karina… kamu tahu… Yoga itu milikku.”
Jaka terkekeh.

Karina:

“Jangan ganggu aku! Jangan ganggu Yoga! Kenapa kalian datang lagi? Aku sudah mengenyahkan kalian.”
Karina menatap cermin dengan wajah frustasi.

Mariska:


“Hahaha.. kamu memang sudah mengenyahkan kami. Tapi, itu hanya sementara…. Se-men-ta-ra!”

Jaka:

“Kamu begitu terlena, Karina. Kebahagiaan kamu membuat kamu lupa pada kami. Tapi, di saat kamu lupa…” Jaka menatap Karina dengan tajam, lalu melanjutkan, “Di saat itulah kami datang… Kami datang meminta hak kami juga…”

Karina:

“Pergi… pergi kalian!!! Pergi…..!!!”

Maya:

Maya tertawa terbahak-bahak, “Ke mana kamu mau mengusir kami?”

Maya, Mariska, Jaka:

Mereka bertiga bersuara, seolah hendak melawan Karina, “Ke mana pun kamu mengusir kami, kami selalu ada dalam pikiranmu."

Karina:

“Pergi!!!!” Karina berteriak sambil melempar botol parfum ke kaca.

Prang….

Kaca meja rias itu berhamburan…

Wajah-wajah itu hilang…

Karina pun hilang…

Yoga dan perempuan itu

“Siapa kamu?” tanya perempuan itu bertanya pada Yoga yang baru saja masuk ke kamar hotel.

Yoga menatap heran perempuan yang sedang duduk di tempat tidur itu. Penampilan perempuan itu tampak kacau. Yoga menyapu pandangannya ke seluruh kamar. Berantakan seperti kapal pecah. Pecahan kaca meja rias berhamburan di sekitar meja rias itu.

“Ada apa, Karina sayang?” Yoga bertanya sambil mendekati perempuan yang disapanya Karina.

“Siapa Karina? Aku bukan Karina. Aku Dania.”

06.10.31

[Pernak-Pernik] ‘Kepala Berasap’…

Bener banget kata orang, masa-masa menjelang pernikahan, masa-masa rawan… masa-masa stress… dan bikin cape’. Bukan cape’ badan, tapi cape’ hati…

Ada yang cerita, kalo seminggu sebelum hari H, dia malah ngajuin putus sama cowoknya. Ada lagi yang cerita, kalo dia sempet bilang, “Gak usah kawin aja sekalian.” Kalimat-kalimat itu keluar saking udah cape-nya. Banyak yang ngingetin, kalo saat-saat seperti itu, pasangan yang mo married, justru bakal sering ribut.

And… it really happened to me… to us… salah ngomong sedikit, gak terima dikritik… protes atau kasih pendapat yang beda… hmm… bakalan jadi sumber pertengkaran yang heboh… yang biasanya sabar.. yang biasanya ngomong bisa manis dan pelan.. jadinya ikutan ‘panas’… kita berdua sama-sama pengen didengerin, sama-sama pengen diturutin kemauannya.. sama-sama punya ‘teori’… dan kata-kata gak enak pun sering tercetus…

Mungkin ini salah satu proses supaya kita lebih dewasa kali ya…

[Pernak-Pernik] 2 Minggu Lagi Yaaaa???

Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…
Dag… dig… dug…

[Pernak-Pernik] Ngurusin Undangan

Undangan… salah satu yang bikin ribet dalam urus-urusan nikah. Mulai dari awal, pas desain undangan… sempet terjadi ‘keributan’ memperdebatkan urusan warna. Tadinya, gue mau warna pink, tapi bagus, pengen something yang lebih ‘mature’. (huh, emang warna pink gak ‘mature’), akhirnya sepakatlah warna hijau. Milih warna hijau, juga gak sekali… pas detik-detik menjelang naik cetak, setelah desain selesai, baru ketemu warna hijau yang pas. Soft, rada tua tapi gak gelap, muda tapi gak ‘nge-jreng’.

Pas undangan selesai… beneran.. rasanya lega banget. Pertama lega karena hasilnya bagus.. warnanya bener-bener mengena di hati (apa sihhh…?), hasilnya juga rapi. Kedua lega karena bebas dari pertanyaan nyokap gue, “Kapan undangan selesai?” Ketiga, ada ‘something’ yang membuat gue senyum terus begitu ngeliat nama gue dan bagus tercetak di undangan (ah.. kalo ini sih, alasan sentimentil aja…)

Ok… undangan udah selesai.. next, nyusun daftar undangan… tepatnya ‘mensortir’ daftar undangan. Siapa yang kira-kira bisa gak pake undangan, siapa yang udah lama gak keep in touch, siapa yang bisa pake ‘keluarga besar’.. Abis.. ada sih yang gak mau dateng, kalo gak dikirimin undangan sendiri…

Bolak-balik ngingetin papa, gak usah semua mau diundang… tapi ribet juga.. takutnya, ada yang gak keundang, tau-tau jadi ‘ngambek’…

Terus, masalah pendistribusian undangan. Untung ada courier kantor yang berbaik hati mau nganterin undangan selama dia cuti. Dan sampai detik ini, udah separo undangan tersebar ke sodara-sodara, temen-temen papa & mama.

Kadang gue mikir, kaya’nya yang mo nikah gue, tapi kenapa banyakan temen orang tua gue ya? Kebanyakan sodara-sodara yang mungkin gue sendiri juga hampir gak pernah ketemu? Sementara, dari sekian undangan, temen-temen gue mungkin hanya sepersekiannya aja. Gue juga hanya ngundang beberapa temen kuliah, itu pun yang emang temen main gue, temen-temen satu kantor… beberapa temen sma, smp…

Malah, gue bingung… siapa aja yang mau diundang ya??

Saturday, November 04, 2006

[Book Review] 3rd Degree


3rd Degree
James Patterson & Andrew Gross
Warner Books, 2005
356 Hal.
Pembunuhan berantai lagi-lagi jadi kasus besar bagi Letnan Lindsay Boxer dan ketiga temannya dalam Klub Penyelidik Wanita. Kali ini motif pembunuhan adalah terror terhadap parai pengusaha, pejabat pemerintahan. Sekelompok orang tak dikenal melancarkan aksi teror, dengan meledakkan sebuah apartemen, melakukan pembunuhan terhadap salah satu pimpinan perusahaan besar. Orang-orang ini dianggap ikut andil dalam perdagangan anak-anak, ekspoitasi wanita dan kemiskinan di berbagai negara. Kematian mereka dianggap sebagai bayaran atas semua masalah itu.

Lindsay berusaha memecahkan arti pesan-pesan yang ditinggalkan oleh orang yang menyebut dirinya August Spies. Teror terbesar ditakutkan terjadi dalam pertemuan kelompok G-8.
Dan ternyata, salah satu di antara keempat anggota Klub Penyelidik Wanita ikut menjadi korban aksi terror kelompok itu. Sepintas mungkin bisa ditebak, siapa sih yang akan jadi korban? Silahkan tebak siapa yang dekat dengan pemerintah? Apakah Jill yang asisten jaksa, Cindy - wartawati harian Chronicles, Claire - yang sehari-hari meng-autopsi mayat-mayat korban, atau Lindsay sendiri, yang anggota kepolisian?

Ciri khas James Patterson dengan bab-bab pendek-nya masih menawarkan ketegangan yang membuat kita penasaran untuk ikut mengungkapkan siapa dalang di balik aksi teror itu.

Wednesday, November 01, 2006

Cerita Selama Lebaran

Selama libur lebaran, otomatis hanya hari lebaran pertama dan hari minggu terakhir aja, gue di rumah. Selebihnya, gue sekeluarga selalu keluar rumah.

Standard lah.. hari pertama, gak bakalan bisa keluar, karena banyak yang dateng ke rumah. Hmm… kaya’nya gue banyak banget makan. Diet selama puasa, rada kacau kena ketupat and the gank.

Hari-hari di rumah, atau kalo ada waktu luang, gue habiskan dengan mengasah keterampilan main ‘tumblebugs’. Baca buku… males… nonton dvd… males juga… Atau, kalo gak main, ya.. ngurusin undangan…

Hari kedua lebaran, keliling, mulai dari tebet, kemanggisan, cinere, pasar minggu dan terakhir ‘terdampar’ di depok. Isinya… tentunya makan and makan… mulai dari pempek, cheese cake sampe mie celor…

Kalo ketemu sodara-sodara, mulai deh, pada berkata, “Duh, calon penganten.. kirain udah dipingit…” Mulai bagi-bagi undangan setiap dateng ke rumah orang.

Hari ketiga – di rumah aja, Bagus and my ca-mer dateng. Eh.. ternyata hari ini, ternyata gue di rumah aja.

Besoknya nganter undangan lagi, ke daerah selatan – kebayoran baru, rempoa, pondok indah… hehehe.. kalo hari ini, sempet ‘mampir’ ke Pondok Indah Mall. Wah.. dan hari itu juga, tanggal 27 oktober, hari pertama gue pake contact lens. Kirain belom selesai. Tapi, iseng gue mampir ke optik Melawai… nanya… eh… ternyata udah selesai.. langsung lah latihan makenya. Tapi ternyata.. koq susah… untung akhirnya sukses juga.

Abis dari pim, sampai rumah jam 3, gue siap-siap untuk acara BBQ di rumah temen kantor gue. Wah.. makan again!!

Hari sabtunya.. nganter undangan lagi ke daerah pondok gede. Mampir makan siang di rumah tante gue… dan.. wuiihhh.. makannya enak banget… udah lama gak makan nasi panas, ikan goreng pedes yang enak banget.. pindang ikan patin.. sambel plus lalap… ending-gulindang-bambang!!!! Ditambah lagi, pas sore-sore… dikasih ‘dessert’ bakso bola tennis! Sumpah.. itu bakso gede banget… bener-bener seukuran bola tennis!! Lalu kita pulang dengan kekenyangan…

Hari minggunya… di rumah aja, kebetulan ada fayyaz di rumah. And ngurusin undangan sama mama…

Haa… pas mikirin mau kerja lagi… mualesssss banget rasanya….