ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Saturday, October 29, 2005

Aura Lebaran

Dua minggu menjelang lebaran, alias puasa udah separuh jalan, kesibukan di rumah pun dimulai. Biasanya, mama mulai sibuk mikirin mau bikin kue apa, terus ngatur jadwal buat bikin kuenya (karena mama suka dapet pesenan bikin kue lebaran), terus ngatur jadwal buat jalan-jalan pas hari lebaran, kapan mau ‘open house’, kapan mau keliling (maklum, mama & papa, dua-duanya, anak paling tua, dan sekarang, di keluarga besar pun, udah jadi yang ‘dituakan’, jadi pasti banyak yang datang ke rumah).

Dan sisa weekend ini, sabtu & minggu, diisi dengan bikin kue kering, atau nyusun kue kering di toples. ‘Andalan’ kita kue kastengels, yang menurut kita, nih… yummy banget. Kue kering yang lain boleh beli, tapi khusus kastengels tetap harus bikin sendiri. Karena beberapa kali kita sempet males bikin, akhirnya nyoba kastengels yang ditawarin orang, tapi.. tetap.. buat kita, gak ada yang ngalahin resep kastengels mama (eh.. dapet dari bude Ayik, deh..)

Di kantor, juga udah gak fokus kerja. Udah suasana liburan, udah suasana bagi-bagi parcel. Dua hari sebelum lebaran udah banyak yang cuti. Libur tahun ini mulainya sehari sebelum lebaran. Jadi pasti, hari senin besok, kantor dan jalanan udah sepi.

Dan sekarang… udah gak ‘minat’, buat kerja.. maunya santai-santai.. bener-bener udah suasana liburan sih…

05.10.28

[Song Lyrics] Alhamdulillah by Opick feat. Amanda

bersujud kepada Allah
bersujud sepanjang waktu
setiap nafasmu seluruh hidupmu
semoga diberkahi Allah

bersabar taat pada Allah
menjaga keikhlasanNya
semoga dirimu semoga langkahmu
diiringi oleh rahmatNya

setiap nafasmu selurih hidupmu
semoga diberkahi Allah

Alhamdulillah Wasyukurillah
bersyukur padaMu ya Allah
indah dalam kebersamaan
hilanglah sebuah perbedaan

05.10.28

Friday, October 28, 2005

[Book Review] Look! I’m on Fire

Look! I’m on Fire
Ollie
205 hal
Gagas Media (September 2005)

Look! I’m on Fire seolah mau ‘mematahkan’ pepatah ‘dunia tak selebar daun kelor’, ternyata bener banget dunia itu sempit. Di buku ini, ceritanya berputar di antara mahasiswa Seattle University (yup, setting cerita berada di Seattle, Jakarta cuma muncul sedikit di bagian akhir).

Ema yang lagi patah hati karena putus sama pacarnya Louis, mengalami kecelakaan ketika apartmennya kebakaran. Ema hampir jadi korban kalau saja dia gak ditarik sama seorang cowok yang belakangan disebut Ema ‘the Savior’

Di tempat lain, Joko Onnasis (salah satu keturunan kesekian dari Dinasti Onnasis), mahasiswa Seattle U juga, lagi jalan-jalan sama temen-temennya, Nick dan Basuki, ketika kebakaran terjadi.

Secara kebetulan, Joko kenalan sama temen Ema, Putri. Buntutnya sih, Joko jatuh cinta sama Ema, tapi masalahnya meskipun Ema juga suka sama Joko, tapi dia masih nunggu ‘the savior’ yang memilih menyembunyikan identitas dirinya (kata the savior itu, dia pengen kaya’ Zorro atau Superman), sementara itu Joko udah pacaran sama Sharon, yang kebetulan pernah mendonorkan darahnya waktu Joko kecelakaan.

Kalo baca buku ini, bakalan sering bilang, “Oo… ternyata si Joko temennya ini….” Atau “Louis itu ternyata begini…”. Karena emang banyak banget kebetulan-kebetulan. Cerita Look! I’m on fire banyak humornya (judulnya aja komedi cinta yang hilang), bagian yang paling lucu menurut aku sih, waktu Joko bikin film dokumenter ‘Penguin Mencari Cinta’ bareng Nick dan Basuki. Kaya’nya Ollie terinpirasi sama novel Jomblo-nya Aditya Mulya. Endingnya gampang ditebak, dan ada bagian-bagian yang rada maksa, misalnya Joko yang waktu kecil tetanggaan dan suka main kejar-kejaran sama Paris Hilton (well.. tapi ini kan fiksi, jadi sah-sah aja kali, ya…), tapi.. baca buku ini tetap 'fun' dan menghibur...

05.10.24

[Book Review] 5cm


5 cm
Donny Dhirgantoro
381 hal
Grasindo (Cet. II, Juli 2005)

‘Terpengaruh’ dengan email-email yang sering dikirim penulis dan ‘ribut’nya beberapa milis yang membahas buku ini – ada yang muji, ada yang nyela – akhirnya, saya punya kesempatan membaca buku ini. Judulnya sendiri sebenernya lumayan bikin penasaran, apa sih 5 cm itu? Ukuran apa tuh?

Cerita tentang persahabatan 5 anak muda, Zafran – si penyair, Ian – si gendut yang sering dikira orang badut ancol, ikan pesut lah, atau Telletubies warna ungu, Arial – si Rambo, yang katanya paling ganteng di antara mereka berlima, Genta – yang wise yang sering dijadiin pemimpin, dan Riani – satu-satunya ‘anggota’ perempuan, yang jadi penyejuk di antara 4 cowok itu. Mereka semua – kecuali Ian – dulunya teman satu sekolah. Setelah lulus dan kuliah pun, mereka selalu barengan, entah nonton layar tancep, makan di Roti Bakar Edi atau sekedar ngumpul di taman rumah Arial yang mereka sebut ‘Secret Garden’.

Sepertinya sih, mereka ini ‘produk’ tahun 70 akhir – 80an, jadi di buku ini bertebaran nama-nama acara musik seperti Selekta Pop, Musik Minggu Ini, terus jajanan jaman SD. Jadi mikir, koq sounds familiar ya? Rasanya mereka berlima mirip teman kita atau bahkan kita sendiri.

Saking seringnya ngumpul, pada satu waktu mereka mengalami kebosanan. Sampai akhirnya, mereka – meskipun dengan berat hati – sepakat untuk gak ketemu dulu selama 3 bulan.

Mereka bertemu lagi pada tanggal 14 Agustus, dan Genta sebagai ‘EO’ acara ketemuan ini udah bikin acara yang seru dan belum pernah mereka alami sebelumnya, yaitu ‘jalan-jalan’ ke Puncak Mahameru.

Dalam perjalanan ini mereka memperoleh banyak banget pelajaran yang semakin memperkaya diri mereka.

Buku ini gak terkesan menggurui, tapi banyak banget pelajaran dan kesan yang bisa kita peroleh. Buku yang katanya ‘hadiah untuk ulang tahun RI ke 60’ ini, bisa membuat kita tertawa kalau membaca jokes mereka yang lucu-lucu meskipun kadang ‘garing’, atau ikutan mengerutkan kening waktu mereka membahas Plato, Socrates dan filosofi hidup, atau bisa ngebayanign indah dan mistisnya Mahameru, ikutan deg-degan selama perjalanan mereka ke Puncak Mahameru yang gak selalu mulus dan lancar, atau bahkan ikut terharu ketika mereka bisa sampai puncak dan mengadakan upacara bendera di sana. Yang pasti, banyak banget teks lagu-nya, banyak quotation dari film atau buku

Bisa jadi, buku ini mencoba menumbuhkan rasa nasionalisme di antara kita yang terkadang mulai pudar (terkesan idealis kah?). Hmmm… kali-kali aja buku ini jadi salah satu referensi di sekolah…

05.10.24

Sunday, October 23, 2005

[Book Review] The No. 1 Ladies' Detective Agency


The No. 1 Ladies' Detective Agency
Alexander McCall Smith
250 hal.
Abacus, 2005

Precious Ramotswe adalah satu-satunya detektif wanita di Botswana. Sebelum meninggal, Obed Ramtoswe nanya sama anak satu-satunya itu, mau buka usaha apa, Mma Ramotswa malah bilang dia mau jadi detektif, ayahnya kaget tapi gak pernah mendapat jawaban alasan kenapa Mma Ramotswa mau buka kantor detektif dan dia membawa rasa penasaran itu sampai meninggal.

Jadilah Mma Ramotswa detektif wanita no. 1 di Botswana. Beberapa temannya, seperti pengacaranya juga cenderung heran atas pilihan usaha Mma Ramotswe. Apalagi di Afrika Selatan lagi ramai-ramainya isu gender, di mana wanita biasanya hanya mengerjakan pekerjaan rumahan, tapi sekarang mulai ada yang berpolitik. Kaum pria ada yang gak suka dengan perkembangan ini. Tapi, toh Mma Ramotswe maju terus pantang mundur.

Jangan dibayangin kasus-kasusnya Mma Ramotswe seperti kasus-kasus dalam Agatha Christie yang ribet dan perlu mempekerjakan ‘sel-sel kelabu’. Kasusnya Mma Ramotswe adalah masalah yang simple aja, misalnya suami yang tiba-tiba menghilang, kasus suami yang selingkuh, seorang perempuan yang minta menyelidiki laki-laki yang ngaku jadi bapaknya, seorang bapak yang minta Mma Ramotswa mengawasi apakah anak gadisnya punya pacar atau gak. Yang lebih serius juga ada, misalnya waktu Mma Ramotswe diminta membantu rumah sakit Bostwana untuk menyelidik salah satu dokternya yang dicurigai memakai obat-obat terlarang.

Setiap kasus dibahas dalam satu bab, kecuali kasus hilangnya seorang anak laki-laki yang fakta-faktanya muncul di beberapa bab yang berlompat-lompat.

Cara Mma Ramotswe menyelesaikan kasusnya juga simple aja, gak selalu dengan mengendap-endap, tapi malah ngajak ngobrol si target. Mma Ramotswe bisa dibilang wanita yang funky, supel dan ramah, tapi juga tegas. Dan satu yang lucu, waktu kasus istri yang pengen tau suaminya selingkuh apa nggak, Mma Ramotswe harus datang ke sebuah bar dan jadi sedikit menggoda. Sampai akhirnya si suami yang ternyata emang genit itu berhasil diajak Mma Ramotswe datang ke Zebra Drive, rumah Mma Ramotswe, dan Mma Ramotswe mengambil foto waktu dia dan lelaki itu lagi mesra-mesra sebagai bukti ke istrinya. Tapi, gak disangka-sangka, malah Mma Ramotswe yang dibilang sebagai wanita penggoda suami orang sama si istri yang kalap.

Kehidupan social dan percintaan Mma Ramotswe juga sesekali dibahas di sini. Mma Ramotswe punya teman pria, Mr. J.L.B. Matekoni, pemilik sebuah bengkel ‘Tlokweng Road Speedy’. Mr. J.L.B Matekoni ini suka sama Mma Ramotswe dan sampai 2 kali melamar Mma Ramotswe untuk jadi istrinya. Tapi, Mma Ramotswe sempat menolak karena pernah gagal waktu berumah tangga dengan seorang pemain terompet, Note Mokoti. Mma Ramotswe juga suka ngopi di café di President Hotel atau jalan-jalan ke Book Centre.

Selain itu, meskipun bertubuh gemuk, Mma Ramotswe gak lupa sama penampilannya. Waktu dia lagi jalan-jalan dan mampir ke sebuah toko, dan kebetulan menjual baju dengan size yang besar, gak tanggung-tanggung, Mma Ramotswe sampai beli 3 baju dengan model yang sama – if you were the owner of the No. 1 Ladies’ Detective Agency you had to keep up a certain sytle (page. 216).

Buku ini gak njelimet, gak akan deh ketemu kasus yang menegangkan, dan gak seperti buku detektif lainnya. Di buku pertama dari The No. 1 Ladies' Detective Agency series ini, kita diajak mengenal siapa Mma Ramotswe, dan menelusuri riwayat Mma Ramotswe dari lahir sampai bagaimana dia membuka kantor detektif yang diawali dengan rasa pesimis atas bisnis yang gak biasa ini. Buku ini ada humornya, tapi ada juga filosofinya.

05.10.19

Sunday, October 16, 2005

[Book Review] The Undomestic Goddess


The Undomestic Goddess
Sophie Kinsella
365 hal.
Bantam Press (2005)

Ada yang khas dari buku-buku Sophie Kinsella. Tokoh utamanya perempuan yang sedang mengejar karir, tapi tiba-tiba terjebak dalam masalah besar.

Kalau dalam ‘Can You Keep a Secret?” dan Shopacholic series, tokoh perempuannya mungkin berada dalam posisi yang gak terlalu ok, tapi dalam The Undomestic Goddess justru digambarin perempuan yang sedang dalam puncak karir.

Samantah Sweeting, senior associate di konsultan hukum top di London, Carter Spink, lagi deg-degan menunggu pengumuman, selangkah lagi untuk menjadi partner di kantornya, posisi yang sangat diimpikannya selama 7 tahun berkarir sebagai pengacara.

Hari-harinya penuh kesibukan, kehilangan waktu santai, kehilangan weekend, kehidupan social, pokoknya tiada hari tanpa kerjaan. Waktu santai di salon pun, Samantha gak bisa lepas dari handphone dan BlackBerry-nya. Sibuk… sibuk.. dan sibuk…

Dan pada harinya yang ditunggunya, Samantha berhasil mendapatkan posisi partner, tapi… justru di hari yang sama, Samantha menemukan bahwa dirinya sudah melakukan kesalahan sangat besar. Dalam keadaan bingung dan panik, Samantha keluar dari kantornya, berjalan tak tentu arah, bersembunyi dari orang-orang kantor yang mencarinya.

Samantha berjalan terus, naik kereta api dalam keadaan bingung, dan tiba-tiba dia sampai di daerah yang tidak dikenalnya. Samantha berhenti di sebuah rumah yang besar, tadinya dia cuma bermaksud minta obat dan air minum, tapi malah dikira sama pemilik rumah itu, Samantha datang sebagai housekeeper!!

Dalam keadaan masih linglung, Samantha hanya meng-iyakan semua perkataan pemilik rumah itu – Trish dan Eddie Geiger. Trish terus ngoceh tentang semua tugas yang harus dilakukan Samantha – memasak, mencuci, menyetrika – semua pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan Samantha.

Karena ingin sembunyi dan melarikan dari kehidupan lamanya, Samantha akhirnya menerima pekerjaan itu. Di hari pertama, terjadi kekacauan, Samantha yang tidak bisa memasak, memesan sandwich dari restaurant, mengirim cucian ke laundry dan membayar orang untuk menyetrika.

Samantha berkenalan dengan Nathaniel, tukang kebun pasangan Geiger. Dari sikap Samantha yang gugup, Nathaniel tahu kalo sebenernya Samantha gak bisa apa-apa, tapi Samantha gak memberi tahu Nathaniel siapa dia sebenernya. Nathaniel berbaik hati mengajak Samantha ke rumahnya, untuk belajar masak sama ibunya Nathaniel, Iris.

Samantha pun tahu bahwa akibat kesalahannya, ia telah dipecat dari Carter Spink.

Akhirnya, pelan-pelan Samantha bisa masak dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Dan hubungan dengan Nathaniel pun berkembang jauh.

Suatu hari, keponakan pasangan Geiger, Melisa, datang. Melisa seorang mahasiswi di sekolah hukum, dan berniat berkerja di Carter Spink. Dari Melisa, Samantha mendengar bahwa salah satu partner, Arnold Saville, berniat pensiun. Arnold adalah salah satu parner favorite Samantha.

Ketika Samantha iseng browsing di internet, Samantha menemukan berbagai hal, yang bisa membuktikan bahwa sebenarnya dia tidak bersalah. Samantha berusaha menyelidiki keanehan yang ada. Dan ketika hal itu terbukti benar, Carter Spink mencoba menarik Samantha kembali dan menawarkan posisi partner dengan gaji yang besar.

Samantha bingung, karena di tempat barunya, meskipun hanya sebagai housekeeper, Samantha menemukan kehidupan baru, menemukan dirinya yang baru. Di mana ia bisa merasa santai, bisa kenal yang namanya weekend holiday, bisa minum-minum di pub.

Tapi, posisi partner adalah cita-citanya…

Jadi, apa pilihan Samantha, kembali ke London, jadi partner tapi no social life?
Atau… tinggal di pedesaan, dengan pekerjaan yang biasa-biasa aja, tapi merasa lebih tenang?

Buku ini asyik, paling gak nunjukkin ke kita, jangan sampai mau ‘diperbudak’ sama kerjaan. Kita juga punya kehidupan lain… Punya banyak pilihan lain… dan hanya kita yang bisa memperbaiki kehidupan kita sendiri.

05.10.16

[Book Review] Perempuan Hujan

Perempuan Hujan
Fira Basuki
162 hal.
Gagas Media (Cet. I, September 2005)

Ini adalah kumpulan cerpen kedua Fira Basuki setelah Alamak!, berkisah tentang perempuan yang dilihat dari berbagai sudut – ketika ia gembira, bahagia bahkan saat sedih dan kehilangan – di antara cinta, harta dan pria di sekitar mereka

Di sebagian besar cerita di awal buku ini, bercerita tentang kesedihan perempuan karena cinta yang ‘terlarang’, tentang perempuan yang harus memendam perasaan, mengalah dan berusahan berdamai dengan hatinya sendiri karena mencintai pria yang sudah berkeluarga. Di akhir cerita, sebagian besar perempuan ini menderita, entah menjadi gila, mati karena bunuh diri atau ditangkap polisi karena membunuh, tengoklah cerita ‘Antara Dua’, ‘Beauty ‘n the Bast’, ‘Bunga Bau’ atau ‘Fur’.

Lain lagi cerita tentang perempuan yang mendambakan cinta, tapi lagi-lagi tidak kesampaian. Kali ini mereka mencintai pria yang masih lajang, seperti dalam cerita ‘Perempuan Hujan’ dan ‘Pria Tampan’.

Satu cerita yang berbeda, yaitu tentang rasa penasaran perempuan terhadapa surat dari mendiang suaminya untuk putrinya dalam ‘Kejutan Ayah’.

Fira Basuki juga tidak lupa menampilkan sisi genit dan sexy seorang perempuan dalam cerita ‘Sexy Sharon’ dan ‘Sepatu Sharon’.

Cerita yang perempuan yang rindu terhadap sang kekasih, tertuang dalam ‘Surat Darurat’, yang bisa membuat kita tersenyum.

Cerita-cerita Fira Basuki bisa jadi akrab dengan kita, realita yang ada, di mana terkadang di balik senyum dan gemerlap seorang perempuan, tersimpan kesedihan dan derita.

05.10.16

Friday, October 14, 2005

[Book Review] The Other Side of The Story

The Other Side of The Story
Marian Keyes
648 hal.
Penguin Books, 2004

Kaya’nya Marian Keyes bakal jadi penulis ‘chicklit’ favorit selain Sophie Kinsella. The Other Side of The Story, buku karangannya yang pertama yang gue baca, dan gue langsung suka karena ceritanya yang beda dari chicklit-chicklit lain. Meskipun lumayan lama bacanya, karena emang tebel banget.

Cerita tentang 3 cewek dengan kehidupan yang berbeda, tapi punya hubungan satu sama lain. Dengan setting di Irlandia dan London.

Tokoh pertama: Gemma, kerja sebagai event organizer. Sedang patah hati dan sedih banget. Penyebabnya ada 2, pertama: pacarnya direbut oleh sahabatnya sendiri. Bikin Gemma sakit hati, bahkan sedikit punya niat untuk balas dendam. Penyebab kedua: ayahnya meninggalkan ibunya demi seorang Collete, cewek yang lebih pantes jadi temen Gemma, tapi ternyata bisa membuat sang ayah berpaling dari Ibunya.

Hidup Gemma sempat kacau, karena ibunya gak mau ditinggalin sendirian di rumah. Ibunya yakin, someday, ayah Gemma pasti balik lagi ke rumah.

Gemma sering curhat sama sahabatnya, Susan, via email. Susan dulu juga tinggal di Dublin, tapi kemudian pindah ke Seattle. Oleh Susan, print out e-mail dari Gemma dikirim ke sebuah agent penulis tanpa sepengetahuan Gemma. Maksudnya biar Gemma bisa bikin buku. Gemma sempet marah, sebelum akhirnya setuju sama usul Susan.
Tokoh kedua: Jojo, seorang agent penulis, kantornya lumayan besar. Jojo, pacaran sama bos-nya sendiri yang udah punya istri. Jadinya backstreet, deh.

Urusan Jojo, gak hanya harus mendekat penerbit-penerbit besar untuk menerbitkan buku-buku penulis di bawah ‘asuhan’nya. Jo juga harus ‘kucing-kucing’an dengan orang-orang kantor dan tentunya istri Mark, si boss, biar hubungan mereka gak ketahuan.

Persaingan di kantornya juga berat. Partner lama memutuskan pensiun, dan ‘bursa’ pencalonan partner baru jadi heboh.

Jojo berharap Mark bisa jadi partner, bahkan Jo sendiri juga ingin jadi partner. Tapi, ketika akhirnya Jojo mendapati posisi partner, dia harus kecewa ketika ternyata Mark tidak memberikan suara untuk dirinya.

Mereka pun putus. Jojo pun, akhirnya memutuskan untuk keluar dari kantornya, dan membuka agency sendiri. Susahnya, ketika mencoba me-lobby penulis yang selama ini dia maintain, sebagian besar pada gak mau, karena sebagai agency baru, penulis tentunya takut dan agency lama tempat Jojo kerja juga melakukan pendekatan yang sama.

Tokoh ketiga: Lily, penulis baru yang tinggal di London, bareng Anton dan bayi mereka, Ema. Lily baru saja me-realese buku ‘Mimi’s Remedies’ yang jadi best-seller. Agent Lily adalah Jojo. Dan langsung aja, Lily jadi ‘kaya’ mendadak dengan hasil penjualan bukunya, plus advance untuk buku selanjutnya.

Tapi, justru di saat udah dapet advance, idenya mandeg, ditambah lagi harus ngurusin Ema. Gak punya ide yang ok, atas usul Anton, Lily nekad mengajukan buku sebelum ‘Mimi’ Remedies’ yang dulu gak laku-laku waktu ditawarin ke berbagai penerbit. Jadilah ‘Crystal Clear’ jadi buku Lily yang kedua.

Bener aja, buku kedua ini banyak dapet celaan malah terus merosot di pasaran, alias gak laku. Masalah keuangan mulai muncul, Anton nekad ngajuin pinjeman ke bank untuk beli rumah mewah.

Anton sendiri gak punya kerjaan yang jelas. Buntunya, rumah mereka disita bank, dan mereka harus tinggal di flat yang kecil. Lily kesel dan ninggalin Anton.

Terus… apa hubungan mereka?

Lily itu adalah sahabat Gemma yang merebut pacar Gemma. Jojo, agent-nya Lily yang akhirnya juga menjadi agent buku Gemma.

Waktu buku Gemma terbit dan lumayan sukses, Lilu sempat kebat-kebit, takut Gemma mau balas dendam, takut Anton balik ke Gemma.

Ternuata, semuanya happy ending.

Beda buku ini dengan chicklit yang lain, karena gak semata-mata membahas soal cinta yang penuh dengan sex belaka. Tapi, justru tentang kerja keras dan juga persahabatan. Gak ada digambarin ‘cewek bodoh’ seperti kebanyakan chicklit (yang aku baca, ya…), tapi justru cewek yang tough. Seperti Jojo, waktu putus sama Mark dan bikin agency baru, Lily yang berusaha keras nyari ide buat buku ketiga demi menghidup Ema dan juga Gemma, yang usaha buat menyatukan keluarganya lagi dan melupakan balas dendamnya sama Lily.

Meskipun rada terengah-engah bacanya (gara-gara tebel banget), tapi, I like it.

05.10.06

[Book Review] Test Pack


Test Pack
Ninit Yunita
230 hal
Gagas Media (Cet. I, September 2005)

Pertama kali baca judulnya, sempet mikir, apakah ini cerita tentang dua anak muda yang ‘kebablasan’ dan akhirnya hamil? Ternyata gak… terus terang, novel ini punya arti yang ‘dalem’ banget (setidaknya ini menurut pendapat pribadiku).

‘Test Pack’ bercerita tentang pasangan suami istri, Tata, seorang pengacara dan Rahmat, seorang psikolog. Mereka berdua sudah menikah selama 7 tahun, tapi belum dikaruniai anak. Tata, seolah jadi ‘terobsesi’ dengan keinginannya untuk memiliki anak, sampai-sampai dia punya kebiasaan untuk mengecek kehamilan dengan test pack setiap sebulan sekali. Begitu besar keinginan Tata untuk memberikan anak kepada Rahmat, membuat dia jadi sensitive dengan hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan di sekitarnya, malah jadi sewot ketika kucing tetangga pun hamil.

Rahmat berusaha menjadi suami yang tegar dan menjadi pendorong semangat bagi istrinya. Bagi Rahmat, biar pun Tata tidak bisa hamil, dia akan tetap menerima Tata apa adanya.

Tapi, gimana saat keadaan berbalik? Gimana kalau ternyata Rahmat yang infertile? Bisakah Tata berbesar hati seperti yang selama ini Rahmat lakukan?

Di sinilah sebuah komitmen diuji. Sanggupkah seseorang menerima ‘cacat’ dari seseorang yang dia cintai?

‘Test Pack’ disajikan dengan bahasa yang santai dan ceria. Bahkan dalam bagian-bagian yang ‘sedih’ pun, gak menjadikan novel ini seperti telenovela yang mendayu-dayu. Banyak kalimat-kalimat bagus yang bisa jadi renungan (atau contekan buat ngerayu?? Hehehe…)

Paling tidak, novel ini bisa membuat kita merenung atau sedikit evaluasi tentang hubungan kita dengan pasangan, seberapa jauh kita bisa memegang komitmen kita.

05.10.06

Friday, October 07, 2005

Hari Pertama Puasa

Wah… hari pertama puasa, ternyata ‘berat’ juga… Bawaannya di kantor, ngantuk banget… Laper, kadang-kadang aja dateng… kadang rada kunang-kunang…

Dan pas sore, mulai deh ‘halusinasi’, kerja jadi gak konsen… Ditambah lagi di radio KisFM, bolak-balik ada iklan bakmi GM, dengan disebut segala menu, mulai dari Bakmi Ayam Cah Cabai, Bakmi GM Special… waks…. Kan gue jadi ngiler… kebayang aja tuh, Bakmi GM Spesial Bakso-nya… Waduh… Inilah namanya ‘godaan’…!

Hari-hari pertama, biasanya berasa berjalan lambat banget… kalo ngeliat jam… duh.. koq baru jam segini??? Mungkin karena di kantor di dalam ruangan melulu, gak ada waktu makan or cari cemilan.. jadi berasa lamaaaaa.. banget…

Lah.. kenapa gue jadi kaya’ anak kecil yang baru puasa ya??
Hehehe… mungkin ini cuma sindrom hari pertama puasa…

05.10.06

[Poem] Ramadhan

Ramadhan datang
mampukah kita bertobat?
atau sekedar 'istirahat' dari dosa?


* Puisi ini aku buat waktu ikutan Apresiasi Puisi Pendek di milis Sastra Pembebasan setahun yang lalu.

05.10.05

Ramadhan 1426 H

Hari ini mulai puasa Ramadhan lagi. Setiap tahun, selalu diawali janji dan harapan, semoga puasa tahun ini bisa lebih baik dari tahun kemarin, bisa lebih menjalani dengan benar, dan semoga bisa membawa berkah.

Seperti biasa, mulai lah tradisi ‘kebingungan’ di rumah. Bingung mau sahur apa, bingung mau bikin menu berbuka apa, bahkan udah mulai mikir lebaran mau bikin kue apa!

Aku akui, memang aku belom menjalani puasa dengan baik dan benar. Ada aja cobaan, godaan, entah dari luar atau justru dari dalam diriku sendiri. Semakin ‘tua’, aku semakin ingin merasakan yang namanya ‘nikmat’nya puasa, seperti yang sering dibilang sama orang, pengen merasakan yang namanya ‘rindu’ ketemu sama Ramadhan lagi.

Aku pengen bisa dapet sebuah petunjuk di bulan Ramadhan, yang semoga, bisa menjadikan diriku lebih baik lagi.

Semoga di Ramadhan tahun ini, aku bisa mendapatkan dan merasakan hal itu. Amin…

05.10.05/1 Ramadhan 1426 H

Saturday, October 01, 2005

Blog yang Jadi ‘Basi’

Seminggu lebih ‘ditinggal’ ada sedikit rasa males buat update blog-ku. Cerita-cerita yang sempet aku buat, tapi blom aku masukin ke blog-ku lumayan banyak. Tapi, ntar jadi basi, deh ceritaku. Tapi, biar lah… harus di’galak’-kan lagi nulis-nulisnya, kalo nggak, kalo kelamaan, bisa berlanjut malesnya.

Pengen tulis cerita jalan-jalanku selama seminggu ini. Banyak banget… tapi… apa daya, kerjaan setelah ditinggal seminggu juga banyak banget…. Ntarlah dicicil, sambil kerja…

05.09.28

D-1 Before Outing to Bandung

Hari ini berasa ‘otak’ gue udah gak sama kerjaan. ‘Aura’ outing mulai berasa. Rasanya udah males kerja, dan gak sabar pengen bersenang-senang besok.

Rasanya, excited aja rasanya. Kebayang dong, bakal main-main, jalan-jalan di bandung. Dan jalan-jalannya tuh gak ke factory outlet seperti kalo aku ke bandung biasanya. Tapi ke kebun strawberry juga.

Duh… can’t wait ‘till tomorrow, nih…

05.09.15

Potong Rambut (2)

Setelah ‘tragedi’ potong rambut 2 minggu yang lalu, hampir setiap hari gue merasa bad hair day. Kaya’nya rambut gak pernah pas aja. Udah di-blow, tapi hasilnya gak ‘memuaskan’. Kadang rapi, kadang ada yang ‘cuar-cuir’ ke sana-sini. Di kepala rasanya gak nyaman aja dan jadi gak pd. Waktu ke bandung minggu kemarin, niat juga sih pengen potong rambut, Tapi, gak sempet… dan gak tau salon apa yang ok di bandung.

Nah, hari ini, setelah urus-urus di telkomsel, ternyata waktu istirahat masih lumayan panjang. Jadilah ke Plaza Semanggi, alasannya mau beli kaus kaki buat outing besok. Tapi, pas mau pulang, ngelewatin salon kecil namanya ‘Kanzen’. Ditulis di situ, potong rambut cuma 10 menit with only 20,000 rupiah. Jadilah, iseng mampir. Pasrah juga sih, abis 10 menit… gak pake cuci. Tapi, cara guntingnya.. ya lumayan lah… Karena gak pake cuci, buat basahin rambut, cuma disemprot-semprot (berasa kaya’ nyemprot tanaman). Dan, gaya guntingnya juga gak hanya lurus aja, tapi dibentuk juga sama hairstylist-nya.

Pas udah selesai, baju dibersihin pake ‘vacuum cleaner’, terus, hehehe.. dikasih sisir. Jadi, mereka gak pake sisir yang sama untuk customer lain.

Hasilnya, mmm… lumayan lah… dan gue merasa lebih nyaman dengan potongan ini, meskipun rambut gue jadi jauh lebih pendek.

05.09.15

Potong Rambut (1)

Rencana weekend ini udah diniatin, salah satu ‘agenda’nya adalah potong rambut. Tapi, aku tuh, pengen cari salon yang lain. Pengen ganti model rambut lain. Yang lebih segar, lah…

Aku inget, kalo di blok m plaza banyak salon, yang sepertinya bagus, dan gak terlalu mahal.

Sampailah di lantai 3 or 4. Di sana ada berjejer salon, Rudy Hadisuwarno Haridresser School, Johny Andrean, My Salon, sama W (?) Salon. Yang Rudy, murah banget (abis haidresser magang kali ya?), potongnya cuma 5,000 rupiah saja. Tapi di dalemnya rame banget! Terus, My Salon, tempatnya kecil dan banyak yang antri, Johny juga antre, mau nyoba W salon, tapi koq ‘isinya’ rada mengerikan. Akhirnya, cuek deh, coba Rudy aja deh…

Hmm… daftar langsung bayar, totalnya jadi 12ribu… murah banget… aku bilang, aku mau minta dipotong sama cowok. Bukan apa-apa, beberapa kali potong sama cewek, hasilnya gak terlalu ok, dan kaya’nya kalo cewek kurang luwes aja.

Nunggunya lumayan lama… di dalam tuh kesannya ribet banget. Terlalu banyak orang, ya, pegawai di sana dan juga pengunjungnya. Udah gitu, musiknya dipasang gede banget, house music pula… jadi bikin suasana makin ‘bising’ dan bikin gak betah.

Akhirnya, giliranku dateng juga… cuci rambut dulu. Dan nyuci rambutnya itu.. lamaaaaaa banget. Orang di sebelahku, udah bolak-balik ganti, tapi aku mikir, koq aku gak selesai-selesai sih?? Dan gerakan mbak yang nyuciin rambutku juga lambat sekali…

Terus, mulai lah proses pemotongan rambut. Aku sih pasrah aja, karena aku mikir, pastinya kalo belom jago, atau blom bisa motong rambut, gak mungkin kan ditaro di salon buat praktek sama customer.

Gaya hairdresser-nya lumayan ok, bersih dan rapi. Cara dia motong, boleh lah. Cuma gerakannya masih kurang smooth. Perpindahan dari sisir ke gunting or sebaliknya masih suka grogi. Beberapa kali sisirnya jatoh. Terus, dia juga nanya aku maunya seperti apa dan dia juga kasih tau saran dia seperti apa.

Aku sih tadinya tenang-tenang aja, karena aku pikir, dia pasti ngerti lah ya, maksudku apa. Tapi, tau-tau, pas dikasih liat jadinya… lhoooo.. koq gak seperti yang aku harapkan. Bagus sih… Cuma gak seperti yang aku mau… tapi… mau diapain lagi, kalo dipotong lagi malah jadi aneh dan kacau pastinya…

Jadi.. dengan setengah pasrah, setengah kesel… akhirnya rambutku pun di-blow. Nge-blow-nya juga masih rada kaku. Dan, telingaku sempet sekali kena ‘sundut’ hairdryer yang lagi panas-panasnya. Untung aku customer yang sabar, kalo gak, aku udah ngomel-ngomel kali, ya…

Pas selesai di blow… haaaaa… koq rambutku jadi aneh… aku punya feeling, rambut ini bakal cepet berantakan, dan aku harus rajin-rajin nge-blow and nyisir.

Potongan rambutku jadi kaya’ anak abg….

05.09.05

Salah Kostum di Blok S

Kaya’nya stock cerita ‘memalukan’ gue ternyata banyak juga ya… Kemarin makan di blok S, inget lagi kalo ada cerita ‘memalukan’ di sini, ya gak pas banget kejadiannya di blok s, sih, cuma salah satu lokasinya ya, di blok S ini.

Hmmm.. . kejadiannya sendiri kaya’nya juga udah lama, sekitar 8 atau 9 tahun (Waksss… udah lama banget, ya….). Aku ditelepon sama temen les bahasa inggrisku di LIA, katanya ada salah satu temen LIA yang mo married, tapi, acaranya sendiri gak tau pasti, apakah siang atau malam. Aku sih, dengan pd-nya beranggapan kalo pestanya malem.

Tapi, sampai hari H-nya tetap gak ada kepastian soal waktu. Sore-sore dijemput, aku pakai baju yang rapi, dong… tapi, herannya temen-temenku pada nyantai. Dan, pas dijalan, dapet kabar, kalo pestanya itu siang. Terus, mampir ke rumah temenku yang lain, ada lagi temen yang dateng, tetap dengan baju santai. Yaahhh.. aku udah mulai gak pd, udah mulai merasa aneh sendiri. Yang lain pada nge-jeans, aku tetap dengan rok panjangku dan baju yang resmi. BT banget…

Ada yang bilang, pulang dulu, ganti baju atau minjem baju temenku. Aku udah males, bilang gak usah.

Terus, jalanlah kita ke Blok S. Dengan sepatu hak tinggi, jalan di blok S. Kontras banget sama temen-temenku yang lain. Mulai deh, kedengeran celetuk-celetuk norak dari orang-orang di sana, yang ngomentarin salah kostum-ku itu.

Sambil makan, ya, biasa deh, becanda-becanda. Aku nanggepin dengan gak antusias, udah ilang mood soalnya. Terus, setiap ada becandaan yang nyerempet soal baju, ada yang bilang, “Stop… topik sensitive malem ini.” Aku hanya bisa senyum-senyum garing, sok gak merasa malu… padahal dalam hati aku ‘dongkol’ banget…

05.09.05