[Book Review] The No. 1 Ladies' Detective Agency
The No. 1 Ladies' Detective Agency
Alexander McCall Smith
250 hal.
Abacus, 2005
Precious Ramotswe adalah satu-satunya detektif wanita di Botswana. Sebelum meninggal, Obed Ramtoswe nanya sama anak satu-satunya itu, mau buka usaha apa, Mma Ramotswa malah bilang dia mau jadi detektif, ayahnya kaget tapi gak pernah mendapat jawaban alasan kenapa Mma Ramotswa mau buka kantor detektif dan dia membawa rasa penasaran itu sampai meninggal.
Jadilah Mma Ramotswa detektif wanita no. 1 di Botswana. Beberapa temannya, seperti pengacaranya juga cenderung heran atas pilihan usaha Mma Ramotswe. Apalagi di Afrika Selatan lagi ramai-ramainya isu gender, di mana wanita biasanya hanya mengerjakan pekerjaan rumahan, tapi sekarang mulai ada yang berpolitik. Kaum pria ada yang gak suka dengan perkembangan ini. Tapi, toh Mma Ramotswe maju terus pantang mundur.
Jangan dibayangin kasus-kasusnya Mma Ramotswe seperti kasus-kasus dalam Agatha Christie yang ribet dan perlu mempekerjakan ‘sel-sel kelabu’. Kasusnya Mma Ramotswe adalah masalah yang simple aja, misalnya suami yang tiba-tiba menghilang, kasus suami yang selingkuh, seorang perempuan yang minta menyelidiki laki-laki yang ngaku jadi bapaknya, seorang bapak yang minta Mma Ramotswa mengawasi apakah anak gadisnya punya pacar atau gak. Yang lebih serius juga ada, misalnya waktu Mma Ramotswe diminta membantu rumah sakit Bostwana untuk menyelidik salah satu dokternya yang dicurigai memakai obat-obat terlarang.
Setiap kasus dibahas dalam satu bab, kecuali kasus hilangnya seorang anak laki-laki yang fakta-faktanya muncul di beberapa bab yang berlompat-lompat.
Cara Mma Ramotswe menyelesaikan kasusnya juga simple aja, gak selalu dengan mengendap-endap, tapi malah ngajak ngobrol si target. Mma Ramotswe bisa dibilang wanita yang funky, supel dan ramah, tapi juga tegas. Dan satu yang lucu, waktu kasus istri yang pengen tau suaminya selingkuh apa nggak, Mma Ramotswe harus datang ke sebuah bar dan jadi sedikit menggoda. Sampai akhirnya si suami yang ternyata emang genit itu berhasil diajak Mma Ramotswe datang ke Zebra Drive, rumah Mma Ramotswe, dan Mma Ramotswe mengambil foto waktu dia dan lelaki itu lagi mesra-mesra sebagai bukti ke istrinya. Tapi, gak disangka-sangka, malah Mma Ramotswe yang dibilang sebagai wanita penggoda suami orang sama si istri yang kalap.
Kehidupan social dan percintaan Mma Ramotswe juga sesekali dibahas di sini. Mma Ramotswe punya teman pria, Mr. J.L.B. Matekoni, pemilik sebuah bengkel ‘Tlokweng Road Speedy’. Mr. J.L.B Matekoni ini suka sama Mma Ramotswe dan sampai 2 kali melamar Mma Ramotswe untuk jadi istrinya. Tapi, Mma Ramotswe sempat menolak karena pernah gagal waktu berumah tangga dengan seorang pemain terompet, Note Mokoti. Mma Ramotswe juga suka ngopi di café di President Hotel atau jalan-jalan ke Book Centre.
Selain itu, meskipun bertubuh gemuk, Mma Ramotswe gak lupa sama penampilannya. Waktu dia lagi jalan-jalan dan mampir ke sebuah toko, dan kebetulan menjual baju dengan size yang besar, gak tanggung-tanggung, Mma Ramotswe sampai beli 3 baju dengan model yang sama – if you were the owner of the No. 1 Ladies’ Detective Agency you had to keep up a certain sytle (page. 216).
Buku ini gak njelimet, gak akan deh ketemu kasus yang menegangkan, dan gak seperti buku detektif lainnya. Di buku pertama dari The No. 1 Ladies' Detective Agency series ini, kita diajak mengenal siapa Mma Ramotswe, dan menelusuri riwayat Mma Ramotswe dari lahir sampai bagaimana dia membuka kantor detektif yang diawali dengan rasa pesimis atas bisnis yang gak biasa ini. Buku ini ada humornya, tapi ada juga filosofinya.
05.10.19
Alexander McCall Smith
250 hal.
Abacus, 2005
Precious Ramotswe adalah satu-satunya detektif wanita di Botswana. Sebelum meninggal, Obed Ramtoswe nanya sama anak satu-satunya itu, mau buka usaha apa, Mma Ramotswa malah bilang dia mau jadi detektif, ayahnya kaget tapi gak pernah mendapat jawaban alasan kenapa Mma Ramotswa mau buka kantor detektif dan dia membawa rasa penasaran itu sampai meninggal.
Jadilah Mma Ramotswa detektif wanita no. 1 di Botswana. Beberapa temannya, seperti pengacaranya juga cenderung heran atas pilihan usaha Mma Ramotswe. Apalagi di Afrika Selatan lagi ramai-ramainya isu gender, di mana wanita biasanya hanya mengerjakan pekerjaan rumahan, tapi sekarang mulai ada yang berpolitik. Kaum pria ada yang gak suka dengan perkembangan ini. Tapi, toh Mma Ramotswe maju terus pantang mundur.
Jangan dibayangin kasus-kasusnya Mma Ramotswe seperti kasus-kasus dalam Agatha Christie yang ribet dan perlu mempekerjakan ‘sel-sel kelabu’. Kasusnya Mma Ramotswe adalah masalah yang simple aja, misalnya suami yang tiba-tiba menghilang, kasus suami yang selingkuh, seorang perempuan yang minta menyelidiki laki-laki yang ngaku jadi bapaknya, seorang bapak yang minta Mma Ramotswa mengawasi apakah anak gadisnya punya pacar atau gak. Yang lebih serius juga ada, misalnya waktu Mma Ramotswe diminta membantu rumah sakit Bostwana untuk menyelidik salah satu dokternya yang dicurigai memakai obat-obat terlarang.
Setiap kasus dibahas dalam satu bab, kecuali kasus hilangnya seorang anak laki-laki yang fakta-faktanya muncul di beberapa bab yang berlompat-lompat.
Cara Mma Ramotswe menyelesaikan kasusnya juga simple aja, gak selalu dengan mengendap-endap, tapi malah ngajak ngobrol si target. Mma Ramotswe bisa dibilang wanita yang funky, supel dan ramah, tapi juga tegas. Dan satu yang lucu, waktu kasus istri yang pengen tau suaminya selingkuh apa nggak, Mma Ramotswe harus datang ke sebuah bar dan jadi sedikit menggoda. Sampai akhirnya si suami yang ternyata emang genit itu berhasil diajak Mma Ramotswe datang ke Zebra Drive, rumah Mma Ramotswe, dan Mma Ramotswe mengambil foto waktu dia dan lelaki itu lagi mesra-mesra sebagai bukti ke istrinya. Tapi, gak disangka-sangka, malah Mma Ramotswe yang dibilang sebagai wanita penggoda suami orang sama si istri yang kalap.
Kehidupan social dan percintaan Mma Ramotswe juga sesekali dibahas di sini. Mma Ramotswe punya teman pria, Mr. J.L.B. Matekoni, pemilik sebuah bengkel ‘Tlokweng Road Speedy’. Mr. J.L.B Matekoni ini suka sama Mma Ramotswe dan sampai 2 kali melamar Mma Ramotswe untuk jadi istrinya. Tapi, Mma Ramotswe sempat menolak karena pernah gagal waktu berumah tangga dengan seorang pemain terompet, Note Mokoti. Mma Ramotswe juga suka ngopi di café di President Hotel atau jalan-jalan ke Book Centre.
Selain itu, meskipun bertubuh gemuk, Mma Ramotswe gak lupa sama penampilannya. Waktu dia lagi jalan-jalan dan mampir ke sebuah toko, dan kebetulan menjual baju dengan size yang besar, gak tanggung-tanggung, Mma Ramotswe sampai beli 3 baju dengan model yang sama – if you were the owner of the No. 1 Ladies’ Detective Agency you had to keep up a certain sytle (page. 216).
Buku ini gak njelimet, gak akan deh ketemu kasus yang menegangkan, dan gak seperti buku detektif lainnya. Di buku pertama dari The No. 1 Ladies' Detective Agency series ini, kita diajak mengenal siapa Mma Ramotswe, dan menelusuri riwayat Mma Ramotswe dari lahir sampai bagaimana dia membuka kantor detektif yang diawali dengan rasa pesimis atas bisnis yang gak biasa ini. Buku ini ada humornya, tapi ada juga filosofinya.
05.10.19
0 Comments:
Post a Comment
<< Home