[Book Review] Epigram
Epigram
Jamal
GPU, Cet.1 - Mei 2006
384 Hal.
Kaya’nya untuk bikin novel, Jamal doyan banget mengajak pembacanya keliling dunia. Setelah jalan-jalan ke Denmark ‘melalui Louisiana Louisiana, terus ke Finlandia di dalam Rakkastaurina, bahkan ke negeri antah berantah lewat kacamata seorang calon bayi di Fettusaga, sekarang, Jamal mengajak pembacanya ke tengah lautan Norwegia dalam Epigram.
Cerita ini sendiri seperti kilas balik tentang kehidupan seorang bernama Kris, yang menjadi bekerja di lepas pantai Norwegia, di sebuah rig raksasa tempat pengeboran minyak dan gas Troll West milik Norsk Hydro. Email dari sahabatnya, Adun, membuat Kris seolah memutar kembali kenangan kehidupannya di masa lalu, ke tahun 1989.. awal dari perubahan kehidupan Kris. Kris adalah mahasiswa Geologi di UTT yang tinggal menunggu untuk wisuda kesarjanaannya, ‘dibuang’ karena dianggap terlibat demo ketika seorang menteri datang ke kampusnya. Sebenarnya Kris hanya sebagai pengamat dalam demo itu, tapi karena reputasinya sebagai seorang pimpinan dalam sebuah demonstrasi, Kris ikut-ikutan ‘diculik’ aparat. Selain Kris, ada Nara yang menjadi Korlap yang berbuah penculikan beberapa mahasiswa itu.
Buntutnya seorang jendral yang punya maksud tertentu, membebaskan Nara dan Kris. Tapi, mereka berdua untuk sementara harus menjauh dari Indonesia. Nara ‘diterbangkan’ ke Amerika, sementara Kris ke Jerman. Mereka berdua melanjutkan kuliah di dua negara itu.
Selebihnya, cerita kehidupan Kris lebih besar porsinya daripada kisah Nara di Amerika. Kris diceritakan berpindah-pindah negara, setelah lulus di Jerman, jadi turis di Sevilla, jatuh cinta dengan gadis Indonesia di Sevilla dan akhirnya memilih ‘menyepi’ di lepas pantai Norwegia, bekerja di sebuah perusaahan minyak.
Jauh dari tanah airnya, Kris bergulat dengan pikirannya sendiri tentang keadaan Indonesia, yang malah menjadikannya seolah punya dua kepribadian. Kesendiriannya membuat Kris menjadi sosok dengan pribadi yang matang, tapi terkadang jadi dingin.
Kisah cinta di Epigram disajikan dengan lebih ‘sopan’ dibanding dalam Louisiana Louisiana dan Rakkastaurina.
Novel ini, sarat dengan muatan politik. Kalau novel ini terbit di jaman Orde Baru, bisa-bisa Mang Jamal atau akrab dipanggil MJ ini, jadi salah satu yang kena cekal karena novel ini penuh dengan kritikan terhadap pemerintah. Tapi, jangan salah, novel ini gak bikin kita jadi berasa kuliah politik yang membosankan, karena romantisme masih ada, dan latar belakang MJ yang orang desain tertuang dalam uraian tentang museum atau lukisan. Kegemaran MJ ‘ngebanyol’ juga tampak dari lelucon-lelucon yang terlontar di antara sesama mahasiswa UTT. Bahkan UTT adalah singkatan Universitas Tralala Trilili, rada gak matching dengan karakter universitas yang kerap dikatakan universitas yang kritis dan ‘sarang’ demonstran.
Tapi benar kata M. Fadjroel Rachman dalam endorsement-nya, “Jamal penulis yang berbahaya!”
GPU, Cet.1 - Mei 2006
384 Hal.
Kaya’nya untuk bikin novel, Jamal doyan banget mengajak pembacanya keliling dunia. Setelah jalan-jalan ke Denmark ‘melalui Louisiana Louisiana, terus ke Finlandia di dalam Rakkastaurina, bahkan ke negeri antah berantah lewat kacamata seorang calon bayi di Fettusaga, sekarang, Jamal mengajak pembacanya ke tengah lautan Norwegia dalam Epigram.
Cerita ini sendiri seperti kilas balik tentang kehidupan seorang bernama Kris, yang menjadi bekerja di lepas pantai Norwegia, di sebuah rig raksasa tempat pengeboran minyak dan gas Troll West milik Norsk Hydro. Email dari sahabatnya, Adun, membuat Kris seolah memutar kembali kenangan kehidupannya di masa lalu, ke tahun 1989.. awal dari perubahan kehidupan Kris. Kris adalah mahasiswa Geologi di UTT yang tinggal menunggu untuk wisuda kesarjanaannya, ‘dibuang’ karena dianggap terlibat demo ketika seorang menteri datang ke kampusnya. Sebenarnya Kris hanya sebagai pengamat dalam demo itu, tapi karena reputasinya sebagai seorang pimpinan dalam sebuah demonstrasi, Kris ikut-ikutan ‘diculik’ aparat. Selain Kris, ada Nara yang menjadi Korlap yang berbuah penculikan beberapa mahasiswa itu.
Buntutnya seorang jendral yang punya maksud tertentu, membebaskan Nara dan Kris. Tapi, mereka berdua untuk sementara harus menjauh dari Indonesia. Nara ‘diterbangkan’ ke Amerika, sementara Kris ke Jerman. Mereka berdua melanjutkan kuliah di dua negara itu.
Selebihnya, cerita kehidupan Kris lebih besar porsinya daripada kisah Nara di Amerika. Kris diceritakan berpindah-pindah negara, setelah lulus di Jerman, jadi turis di Sevilla, jatuh cinta dengan gadis Indonesia di Sevilla dan akhirnya memilih ‘menyepi’ di lepas pantai Norwegia, bekerja di sebuah perusaahan minyak.
Jauh dari tanah airnya, Kris bergulat dengan pikirannya sendiri tentang keadaan Indonesia, yang malah menjadikannya seolah punya dua kepribadian. Kesendiriannya membuat Kris menjadi sosok dengan pribadi yang matang, tapi terkadang jadi dingin.
Kisah cinta di Epigram disajikan dengan lebih ‘sopan’ dibanding dalam Louisiana Louisiana dan Rakkastaurina.
Novel ini, sarat dengan muatan politik. Kalau novel ini terbit di jaman Orde Baru, bisa-bisa Mang Jamal atau akrab dipanggil MJ ini, jadi salah satu yang kena cekal karena novel ini penuh dengan kritikan terhadap pemerintah. Tapi, jangan salah, novel ini gak bikin kita jadi berasa kuliah politik yang membosankan, karena romantisme masih ada, dan latar belakang MJ yang orang desain tertuang dalam uraian tentang museum atau lukisan. Kegemaran MJ ‘ngebanyol’ juga tampak dari lelucon-lelucon yang terlontar di antara sesama mahasiswa UTT. Bahkan UTT adalah singkatan Universitas Tralala Trilili, rada gak matching dengan karakter universitas yang kerap dikatakan universitas yang kritis dan ‘sarang’ demonstran.
Tapi benar kata M. Fadjroel Rachman dalam endorsement-nya, “Jamal penulis yang berbahaya!”
1 Comments:
At 5:51 AM, Anonymous said…
What a great site » »
Post a Comment
<< Home