King Kong
Sebenernya, gue hampir gak mau nonton King Kong. Pada dasarnya gue gak terlalu suka dengan film yang tokoh utamanya binatang. karena pesan terakhir yang mau disampaikan kadang seragam, tentang friendship atau save the animal.
Film tentang ambisi Carl Denham untuk bikin film yang fenomenal, ambisi Ann Durrow untuk jadi artis, tentang cinta yang terpendam antara Jack Driscoll dan Ann Durrow, tentang gimana binatang sebesar dan seseram King Kong bisa luluh sama seorang perempuan cantik. Meskipun endingnya si King Kong harus mati. Kata Carl di akhir cerita, It’s the beauty who killed the beast.
Film ini, waduh, sukses bikin gue terkaget-kaget berkali-kali. Sepanjang 2 jam pertama, bawaan gue tegang melulu. Ngeliat kejar-kejaran sama dinosaurus, ngeliat badai yang membuat kapal terombang-ambing, terus liat ritual penduduk asli Skull Island (penduduk aslinya bener-bener nyeremin), terus liat waktu Ann terpontang-panting di tangan si King Kong, plus waktu Ann berayun-ayun di tali sambil mau disambar sama si dinosaurus. Tapi, emang tahun 30an masih ada dinosaurus ya??? Hehehe.. kalo mau dibilang gak mungkin, ya namanya juga film. Terus, waktu Jack Driscoll nekat nyelamatin Ann sendirian, tanpa bawa senjata apa pun, well, gimana ya, demi cinta sih, jadi nekat aja tuh.
Gambar terindah menurut gue, waktu King Kong dan Ann diam memandang lautan yang luas, langit-langit menjelang sore, ditambah debur ombak, bagus! Yang pasti, film ini juga hebat, bisa bikin hutan belantara yang serem…
Tapi, selain berhasil membuat gue terkaget-kaget, film ini juga sukses membuat gue falling in love sama Adrien Brody, si Jack Driscoll!