ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Thursday, December 22, 2005

By The River Piedra I Sat Down and Wept (Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Tersedu)

Akhirnya selesai juga baca buku ini, dan kesan setelah baca, Well, gue dapat sedikit ‘pencerahan’, alias buku ini lumayan ‘nyambung’ ke gue.

Cerita singkatnya:
seorang cewek, Pilar namanya, ketemuan lagi sama teman masa kecilnya, cowok yang gak disebutin namanya sampai akhir. Mereka udah kepisah lumayan lama. Dan ketika ketemu, mulailah konflik batin di hati mereka masing-masing. Pilar menyimpan rasa cinta ke cowok itu, dan sebenarnya si cowok juga begitu. Antara maju atau mundur, Pilar pengen ‘mewujudkan’ hubungan mereka. Tapi, si cowok juga, antara maju atau mundur, pengen nunjukkin kalau dia juga cinta sama Pilar. Tapi, cowok ini ternyata adalah calon pastor, yang tentunya gak boleh dong, terlibat sama urusan cinta-cintaan yang sifatnya duniawi itu. Dan selama perjalanan selama seminggu berdua, mereka berjuang melawan keinginan di hati dan kenyataan yang ada. Selama seminggu, mereka dihadapkan pada pilihan-pilihan, yang hasilnya bisa menyebabkan kekecewaan atau kebahagiaan. Di akhir cerita, mereka ternyata bisa membuat pilihan yang terbaik buat mereka berdua.

Banyak kalimat-kalimat yang bagus di buku ini, meskipun emang kadang masih ada beberapa yang bikin gue jadi bosen. Di awal baca buku ini, gue sempet takut, buku ini akan jadi ‘terbengkalai’ seperti Sang Alkemis. Tapi, entah kenapa gue ‘bertekad’, gue harus bisa baca buku ini sampai selesai, gue pengen tau kenapa si cewek tersedu-sedu di pinggir sungai. Emang kadang buku ini terkesan lamban banget, dan hampir gue ‘tinggal’ karena bosen, tapi, tiba-tiba, masuk lagi ke bagian yang akhirnya bikin gue pengen tau kelanjutannya.

Kenapa gue bilang buku ini rada ‘nyambung’, karena gue merasa, gue sering banget dihadapkan pada pilihan-pilihan yang membuat gue bingung…

Misalnya, ketika gue ribut dengan pacar gue dengan frekuensi yang amat sering, gue jadi bertanya-tanya, ini cobaankah? Ujiankah? Atau justru pertanda kalo gue sama dia emang bukan jodoh? Dan karena pertanyaan-pertanyaan itu, gue jadi terkadang sulit buat menentukan pilihan.

Gue jadi inget salah satu kalimat dari Kahlil Gibran (ini yang selalu terngiang-ngiang di kepala gue sejak pertama gue baca kalimat ini) "Ketika cinta memanggilmu, ikutlah dengannya. Meskipun jalan yang harus kautempuh keras dan terjal"

Kalimat ini yang selalu jadi pegangan gue setiap kali gue lagi gundah.

Well, ‘target’ selanjutnya… selesain baca Sang Alkemis . . .

05.12.22

0 Comments:

Post a Comment

<< Home