[Book Review] Diary of A Mad Mom-To-Be
Diary of A Mad Mom-To-Be (Catatan Harian Sang Calon Ibu)
Laura Wolf
Dharmawati (Penterjemah)
GPU, Cet. I - April 2006
392 Hal.
Masih ingat Amy Thomas di Diary of A Mad Bride (Catatan Harian Calon Pengantin)? Amy Thomas yang kelimpungan mempersiapkan pernikahannya dengan sederet daftar yang harus dilakukan? Kali ini, Amy Thomas, sudah jadi Mrs. Stewart, tengah mempersiapkan kelahiran anak pertamanya.
Di awal-awal pernikahannya, pasangan Amy dan Stephen memutuskan untuk tidak mempunyai anak. Kata Amy, anak-anak itu berisik, rewel dan tidak tahu aturan. Tapi, jam biologis yang terus berdetak, membuat Amy berpikir. Usianya sudah kepala 3, bisa-bisa jika suatu saat dia memutuskan untuk punya anak, anaknya mungkin tidak akan mengenal orang tuanya apalagi kakek-neneknya.
Maka mulailah program baru Amy yaitu hamil. Dan ketika akhirnya Amy pun hamil, kembali Amy membuat daftar yang dibutuhkan untuk menyambut sang bayi. Dibantu buku Baby How, Baby Now, Amy mencoba menghadapi masalah-masalah dalam kehamilan dengan cool.
Kehebohan pun timbul, misalnya mengalami morning sickness, indera penciuman yang tiba-tiba jadi super sensitif, mencari tahu apa sih artinya layette, mencari nama untuk calon bayi, belum lagi menghadapi dua sahabatnya yang aneh – Mandy, yang ‘menentang’ untuk punya anak, dan Anita, yang justru pergi ke bank sperma untuk bisa hamil dan jadi orang tua tunggal.
Amy menuturkan hari-harinya dengan kocak di dalam buku hariannya, sampai bagaimana perasaannya yang haru bahagia ketika menggendong bayi mungilnya. Di detik-detik terakhir pun, Amy masih keras kepala, agar bayinya tidak lahir di saat April Mop.
Laura Wolf
Dharmawati (Penterjemah)
GPU, Cet. I - April 2006
392 Hal.
Masih ingat Amy Thomas di Diary of A Mad Bride (Catatan Harian Calon Pengantin)? Amy Thomas yang kelimpungan mempersiapkan pernikahannya dengan sederet daftar yang harus dilakukan? Kali ini, Amy Thomas, sudah jadi Mrs. Stewart, tengah mempersiapkan kelahiran anak pertamanya.
Di awal-awal pernikahannya, pasangan Amy dan Stephen memutuskan untuk tidak mempunyai anak. Kata Amy, anak-anak itu berisik, rewel dan tidak tahu aturan. Tapi, jam biologis yang terus berdetak, membuat Amy berpikir. Usianya sudah kepala 3, bisa-bisa jika suatu saat dia memutuskan untuk punya anak, anaknya mungkin tidak akan mengenal orang tuanya apalagi kakek-neneknya.
Maka mulailah program baru Amy yaitu hamil. Dan ketika akhirnya Amy pun hamil, kembali Amy membuat daftar yang dibutuhkan untuk menyambut sang bayi. Dibantu buku Baby How, Baby Now, Amy mencoba menghadapi masalah-masalah dalam kehamilan dengan cool.
Kehebohan pun timbul, misalnya mengalami morning sickness, indera penciuman yang tiba-tiba jadi super sensitif, mencari tahu apa sih artinya layette, mencari nama untuk calon bayi, belum lagi menghadapi dua sahabatnya yang aneh – Mandy, yang ‘menentang’ untuk punya anak, dan Anita, yang justru pergi ke bank sperma untuk bisa hamil dan jadi orang tua tunggal.
Amy menuturkan hari-harinya dengan kocak di dalam buku hariannya, sampai bagaimana perasaannya yang haru bahagia ketika menggendong bayi mungilnya. Di detik-detik terakhir pun, Amy masih keras kepala, agar bayinya tidak lahir di saat April Mop.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home