ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Wednesday, March 29, 2006

Interview with The Author of Nar'Kobar

First of all... sorry banget lho, kalo ada beberapa kesalahan dalam resensi... ya... saya kan manusia, bukan jin.

It’s OK. Aku juga ngoreksi cuma karena gatel aja kok. Udah kebiasaan dari sononya. Tapi kalo soal nama Pak Leo Lumanto, itu cukup fatal karena beliau selebriti dan kalo nggak salah ‘Sumanto’ adalah nama tokoh pemakan bangkai itu, kan? Jadi harus segera dikoreksi ... hehe..

Second.. di bawah ini, pertanyaan2 gak penting yang masih 'mengganjal' di otakku...

1. Siapa sih foto cewek di cover? Lena? dan siapakah yang jadi Lena itu?

Dia mantan cewekku yang ninggalin aku 2 tahun yang lalu. Hiks... hiks...
JK.. hehehe.. aku udah janji sama si Nar’Kobar untuk tidak mengekspos identitas cewek yang ada di foto itu. Pokoknya, just think of her as Lena (or maybe as yourself?). Tapi aku yakin suatu saat para pembaca bakalan tau siapa dia sebenarnya.

2. Dapet dari mana istilah-istilah 'ajaib', seperti niniping?

Ah, hanya imajinasi aja kok. Saat aku bikin istilah2 ini aku ngebayangin kata2 yang cocok dengan suatu kata tertentu sesuai dengan background culture aku. Pertama, aku ngebayangin pake kata itu dalam bahasa gaul sehari-hari.

Misalnya, dalam dialog untuk kata ‘gampusan’ dan ‘nipingan’.

Lena: ’Ih, gampusan banget sih loe?’
Aming: ‘Cut! Cut! Mana nipingan-nyaaaa?’

Kalo terasa enak dan pas di lidah, baru aku masukin ke naskah. Kalo nggak, ya... nyari lagi yang lebih ‘pas’. Soal istilah2 yang rumit seperti ‘Jiinayil Aq’lun’, ‘J’mar Kha’fziir’, memang sengaja, biar berkesan kuno, aneh, dan asing banget. Ide ini muncul dari pengalamanku dulu waktu kecil. Saat itu aku sering ngebaca buku2 silat model ‘Kho Ping Ho’, dsb. Saking sulitnya untuk menghafal istilah2 dalam bahasa Mandarin, aku sampe menghafalnya di luar kepala dan sampe sekarang aku masih ingat kata2 dan istilah2 tersebut, seperti misalnya: ‘Bhu phunsu Lukwanchu’, ‘Siaw Lim pay’, ‘Gobi pay’, ‘Iwe Kang’, ‘Sin Kang’, ‘Sintiaw hiaplu’, dsb. Padahal sampai saat ini aku belum tau apa sebenernya arti dari istilah2 tersebut karena aku ga ngerti bahasa Mandarin.

3. Dapet dari mana sejarah 'per-jin-an'?


Sejarah per-jin-an secara umum aku ambil dari Alquran, Hadis, dan berbagai sumber lainnya sebagai referensi, tapi soal detail-nya aku karang sendiri berdasarkan logika dan IPTEK yang ada.
Misalnya, menurut Alquran, bangsa jin diciptakan dari api sebelum manusia diciptakan. Kalau kita membandingkan dengan ilmu Astronomi, asal muasal alam semesta konon dari api yang maha panas yang terjadi saat ‘BIG BANG’ 15 milyar tahun yang lalu dengan suhu triliunan Celsius. Saat itu belum ada yang namanya ‘tanah’ (bumi pun masih berbentuk gas) sebagai cikal bakal penciptaan manusia. Kemungkinan saat itulah bangsa jin diciptakan. Mereka tinggal di kawasan pusat2 galaksi yang masih panas banget (Bangsa jin saat itu konon disebut dengan bangsa JAN).
Teori tentang bagaimana mereka berkembang biak menjadi berbagai ras adalah karanganku sendiri. Aku bikin teori itu karena aku belum menemukan referensi soal ini. Jangankan tentang bangsa jin, sampai saat ini pun belum ada tuh yang dapat menjelaskan mengapa manusia berkembang biak menjadi berbagai ras? Apakah saat itu Nabi Adam memiliki anak2 yang berbeda-beda ras (item, putih, kuning, merah) seperti sekarang? Atau apakah teori Abah Darwin yang bilang bahwa kita semua berasal dari monyet itu benar?

4. Terus... daftar istilah-nya kan banyak banget tuh, idenya dari mana? atau 'plesetan' seperti nama-nama di dalam bukunya?

Yup. Semua hanya rekaan aja kok. Dulu (waktu zaman kuliahan) aku sering ngebahas dan membuat teori ini itu tentang mereka (bangsa jin) dan tentang alam lain dengan teman2ku yang punya kemampuan supernatural. Mungkin ide2 ini muncul dari hasil obrolan2 tersebut. Atau bisa jadi dari hasil ’motivasi’-nya si Nar’Kobar? Entahlah.

Soal pelesetan, itu kan udah kerjaannya ‘ursun’ (urang Sunda)? Contohnya, aku ingat, waktu di SD, ada ‘tatarucingan’ seperti ini:

Tanya: Peuyeum apa yang paling menyedihkan?
Jawab: Peuyeumpuan dalam pasungan.
tanya: Jambu apa yang paling berisik?
Jawab: Jambueker!
Tanya: Piring apa yang paling berisik?
Jawab: Piringatan Tujuh Belas Agustus BAH!
Dst.
Bahkan aku curiga, konsep ‘pelesetan’ itu sendiri kayaknya diciptakan oleh ‘ursun’ (kalo bukan oleh grup srimulat). Mungkin bangsa Amrik juga belajar ilmu pelesetan dari bangsa kita. Asal usul budaya pelesetan Ini mungkin bisa dijadikan PR buat para linguist kita.

5. Banyak banget istilah yang mirip bahasa 'arab', gak takut nanti ternyata artinya nyerempet-nyerempet atau malah bertentangan dengan arti sebenarnya? gak takut dituntut? kali2 ada yang iseng 'meneliti' lebih jauh istilah dalam 'Nar'Kobar'.

Tenang! Bahasa Arab bukan bahasa keramat kok.. meskipun saat ini banyak juga umat Islam yang menganggapnya sebagai bahasa keramat karena Alquran diturunkan dalam bahasa Arab (tapi ga semua istilah2 dalam Alquran berbahasa Arab kok, karena orang Arab sendiri nggak ngerti apa arti dari istilah2 tersebut). Padahal sebelum turunnya Alquran, bangsa Arab yang masih ‘jahiliyah’ pun telah lama (ribuan tahun) menggunakan bahasa ini. Jadi yang suci itu bukan bahasa Arab, tapi Alquran yang berisi sabda2 Tuhan.

Memang sulit untuk bercerita tentang jin tanpa melibatkan konsep2 jin menurut Islam, karena keberadaan jin hanya ada dalam ajaran Islam. Makanya, aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertentangan dengan ajaran Islam, khususnya konsep tentang bangsa jin. Dasar konsep tentang jin sudah ada di website si Nar’Kobar (
www.narkobar.net.ms/) pada link ‘The Concept’. Kalo pembaca ada yang melihat/menemukan kesalahan/penyimpangan dalam konsep tersebut, aku mohon untuk segera dikoreksi.

Kalo ternyata ada istilah yang mirip2 dengan bahasa Arab, Sanskrit, atau Sunda, yang menyinggung orang2/umat2 tertentu... ya maafin aja deh. Itu kan hanya kebetulan dan aku juga bukan pakar bahasa.
Meskipun Nar’Kobar berbau fiksi ilmiah, bukan berarti bahwa isinya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah karena memang bukan suatu karya ilmiah.
Kalo karya ilmiah, mungkin judulnya bakalan jadi : ‘Telaah perilaku Jin Nar’Kobar dalam kehidupan manusia’.
Kalo memang ada orang yang iseng menelaah istilah2 dalam buku ini, kayaknya kurang kerjaan banget gitu loh. Jangankan dalam karya aku, dalam karya2 JK Rowling dan Dan Brown aja, yang konon best seller dunia, banyak ditemukan logika/konsep yang ngaco dan nggak masuk akal juga kok. Yah... namanya juga karya fiksi. Tujuannya kan untuk menghibur, bukan untuk ngajak berdebat dan berpusing-pusing.

6. Kenapa sih, Nar'Kobar and temen-temennya harus berbahasa 'sok gaul'? Seperti yang aku bilang dalam resensiku, jadi 'gak serem lagi.

Kok harus serem? Nar’Kobar kan bukan novel horor? Terus emangnya jin nggak boleh pake bahasa gaul? Mentang2 mereka jin, mereka harus pake bahasa formal? Nggak juga, kan? Bukankah di cover buku ini udah ditepelin sticker ‘Komedi Jin’? Dari komentar2 di cover belakangnya juga jelas menunjukkan bahwa novel ini bukan novel ber-genre horor, kan?

Tapi kalo mau yang serem2 sih gampang. Baca ulang aja buku Nar’Kobar, tapi ngebacanya di tengah2 pekuburan kuno, tepat jam 12 malem pada hari Jum’at Kliwon pula. Dijamin merinding deh...hehehe...

Di bagian ‘Prakisah’, tujuan novel ini sudah jelas kok, yaitu untuk menyuguhkan alternatif ‘kesan’ lain dari kesan ‘misterius’ dan ‘menyeramkan’ dari para hantu, kuntilanak, dsb. karena memang mereka tidak pantas untuk ditakuti (meskipun mereka berusaha keras untuk ditakuti manusia). Selain itu, novel ini juga memberikan alternatif pemikiran dan sudut pandang lain tentang mereka (bangsa jin).

7. Cantik mana: Ainuur or Lena? and Ganteng mana: Ipung or Andhika? (gak penting banget kan??)

Ainuur dan Lena? Hm... susah juga. Tapi di Nar’Kobar 2, Ipung ditanya seperti itu sama bokapnya. Dia juga bingung tuh, karena masing2 punya kelebihan dan kekurangan. Yang jelas Putri Larasati jauh lebih cantik dari mereka berdua. Kalo nggak percaya, tanya aja sama si Nar’Kobar. Dia spesialis cewek, kan?

Kalo soal Ipung dan Andhika, jelas Ipung dong. Hehehe... Kalo seandainya aku lebih ganteng dari Ipung, so pasti Lena sukanya sama aku, kan? Tapi Aming jelas lebih ganteng dan tajir daripada Ipung, jadi kira2 siapa yang bakalan jadian sama Lena, ya? Pusing juga. Tunggu aja cerita selanjutnya deh. Aku mohon doanya aja, biar sequel si Nar’Kobar bisa cepet nongol di toko2 buku.

8. Apa yang ada di benak kamu waktu bikin sosok Nar'Kobar?

Hm... saat itu aku pikir ini ide gila banget. Kok nyeritain tentang jin sih? Mana ada pembaca yang mau ngebaca soal kehidupan seekor jin jelek? Tapi pas dipikir-dipikir lagi, why not, gitu loh? Selama ini kan belum pernah ada yang nyeritain mereka dari sudut pandang mereka sendiri? Selama ini cerita2 tentang jin (hantu) selalu dibikin serem2 dan full misterius, kan? Padahal mereka so pasti punya cerita dan rutinitas kehidupan juga seperti makhluk2 lain ciptaan Tuhan. Anggap aja lagi nonton tayangan Discovery Channel tentang kehidupan jin.

9. Pernah ketemu jin atau temen-temennya?

Hm... jelas sering ketemu dong. Bukannya mereka ada di sekitar kita? Aku yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa mereka memang ada di sekitar kita. Aku sendiri nggak dikasih kemampuan untuk ngelihat mereka, jadi meskipun mereka berkeliaran, aku ga bisa ngebecandain mereka. Malah mereka yang sering ngerjain aku lewat bisikan2/ide2 jahil mereka. Mungkin interaksi yang paling sering adalah lewat mimpi2 yang ‘kacau’ yang kadang2 bikin bété abis. Misalnya, mimpi dikasih duit sekoper, mimpi pacaran sama super model yang ujug2 berubah jadi cowok berkumis tebal, mimpi jadi korban tsunami, mimpi di-kejar2 orang gila, dsb. Tapi aku kenal beberapa teman2 yang mampu ngelihat mereka dan sering berinteraksi dengan mereka. Jadi cerita2 dalam buku ini juga banyak terinspirasi oleh pengalaman2 pribadi mereka.

10. Kenapa Andhika gak menampakkan diri di dalam Nar'Kobar? Ya, minimal, biar pembaca tau, ini toh, majikannya Nar'Kobar...

Penjelasan tentang ini sebenernya sudah ada pada bagian ‘General QA’ di website Nar’Kobar. Maksudnya soal ‘embel-embel’ tentang penulis berikut foto, ya? Yang pasti, ini sudah menjadi kesepakatan aku dengan pihak penerbit. Aku memang agak risi untuk nulis tentang aku sendiri. Kesannya jadi gimana... gitu. Biar para pembaca aja deh yang menilai aku lewat karyaku.

Selain itu, pasti bakalan nambah2 halaman lagi, kan? Padahal bukunya udah tebal banget. Saat itu, aku pikir pembaca bisa langsung ngontak aku lewat ‘www.akoer.com’, dengan maksud agar hubungan penulis-pembaca bisa lebih personal dan mesra gitu loh (siapa tau juga dapet jodoh...he.he..he.). Tapi sayangnya, karena masalah teknis, website Akoer masih belum online juga tuh. Karena itu aku membuat website alternatif di ‘www.narkobar.net.ms/’. Untuk kekurangan ini aku mohon maaf sama para pembaca.

11. Untuk Nar'Kobar: What do you think of Andhika? sama untuk Andhika (udah bener kan nulis namanya?): What do you think of Nar'Kobar?

Nar’Kobar:
I think Andhika is a real nut case! He thinks that, writing a thick novel about me would change mankind’s view of the jinkind? Hah! Humbug! I bet no one would even care to take his wild fantasies seriously. So, pleaseeeeee don’t buy his damn book guys! You don’t really want to read a 600 pages book filled with wild fantasies and crazy ideas, do you? Not to mention the itsy-bitsy tiny font that could make you all go blind! Hehehe....

Salam endus,

Nar’Kobar of Naruut,

Andhika:
Meskipun dia lumayan cerdik dan banyak akal bulusnya, Si Nar’Kobar tuh sedikit terganggu jiwanya. Dia pikir dia tuh jin yang ‘cool’ banget dan ga punya perasaan sama sekali, padahal baru mau ninggalin si Lena aja dia udah mewek...wek..wek... Bener2 bikin malu bangsa Jin. Mungkin dia lebih cocok jadi penulis roman atau telenovela ketimbang jadi Jin Motivator. Seandainya Anda ingin mengetahui rahasia trik2 dan akal bulus si Nar’Kobar, bacalah buku ini. Semoga Anda tidak termakan ide2 jahilnya.

Salam,
Andhika P.

(Interview via e-mail)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home