ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Friday, March 17, 2006

[Book Review] Brokeback Mountain (Gunung Brokeback)


Brokeback Mountain (Gunung Brokeback)
Annie Proulx
Terj: Hetih Rusli
GPU, Cet.1 – Pebruari 2006
80 Hal.

Aku tertarik baca buku ini, karena filmnya yang heboh, kontroversial, dan diskusi di milis tentang buku ini. Bukunya tipis banget. Maklum, karena memang Brokeback Mountain ini adalah sebuah cerpen.

Cerita tentang dua orang pemuda, Ennis dan Jack. Mereka berdua ketemuan pas lagi nunggu kerjaan. Mereka ditugasin untuk mengawasi domba-domba di Gunung Brokeback. Sebenernya tempat tugas mereka terpisah, karena kerjaan mereka emang beda. Tapi, satu malam, setelah minum-minum, di sebuah malam yang panas, terjadilah ‘sesuatu’ di antara mereka.

Dan ternyata kejadian malam itu malah membuat ‘perasaan’ mereka semakin dekat. Padahal mereka berdua sama-sama udah punya pacar.

Akhirnya mereka berdua harus pisah. Mereka ngejalanini hidup masing-masing. Ennis nikah sama tunangannya, Alma. Jack, jadi pemain rodeo seperti yang dia mimpiin dan nikah sama Laura

Tapi, suatu hari Jack mengunjungi Ennis. Dan pas mereka lagi melepas rindu, Alma ngeliat mereka. Ternyata bertahun-tahun pisah, gak mengurangi perasaan di antara mereka.

Akhirnya, Ennis cerai sama Alma. Ending cerita ini lumayan ‘mengenaskan’. Tapi, entah ya… touchy banget. Cerpen dengan tema ‘gay’, tapi gak ‘menjijikan’, malah menyedihkan… Apalagi waktu Ennis datang ke rumah orang tua Jack setelah Jack meninggal. Di kamar Jack, tergantung jaket Ennis yang berdarah-darah, hasil perkelahian mereka berdua. Ternyata, setelah bertahun-tahun, jaket itu masih disimpan sama Jack. Dan ternyata, apa yang ada di antara mereka, begitu ‘kuat’. Terasa banget kesedihan di hati Ennis karena kematian Jack.

Tadinya aku sempat sebel, karena duh, bukunya tipis amat, pelan-pelan baca, blom ada ‘greget’-nya. Setelah selesai, aku sempat mikir, “Ah, biasa aja.” Kesan ‘touchy’ itu justru aku dapat setelah beberapa hari aku selesai baca buku itu, setelah ‘mengendap’ di otak selama beberapa hari, baru ‘berasa’. Mbak Hetih sukses menterjemahkan buku ini, sampai bisa ‘meninggalkan’ kesan.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home