[Movie Review] Sayekti dan Hanafi
Semalem nonton sinetron ‘Sayekti dan Hanafi’ di RCTI. Dulu sih, rasanya udah pernah ditayangin di TVRI, yang main Neno Warisman, tapi yang jadi Hanafinya, lupa siapa. Nah, RCTI bikin versi baru, yang jadi Sayekti itu Widi ‘AB Three’, terus yang jadi Hanafi itu Agus Kuncoro.
Cerita tentang sepasang suami istri yang boleh dibilang tinggal di pemukiman pinggiran Jakarta. Sayekti, kerjanya jadi buruh pasar, Hanafi jadi tukang beca. Cerita diawali ketika Sayekti mau ke pasar beli bahan-bahan buat masak, dia lagi hamil tua. Jatuhlah dia di jalan. Untungnya, pasangan ini punya temen-temen yang baik, Sayekti yang lagi pendarahan, langsung diangkut ke rumah sakit pake pick up, terus temen yang lain kasih tau Hanafi yang lagi di pangkalan beca.
Masalah dimulai, waktu Hanafi ke bagian administrasi rumah sakit. Ternyata biaya rumah sakit mahal banget, dan petugas administrasinya gak ada toleransi sedikit pun, meskipun udah dbilang profesinya Hanafi adalah tukang becak. Jadilah, Sayekti dan anaknya blom boleh pulang, karena biaya rumah sakit belom bisa ditebus. Alasannya, itu rumah sakit swasta yang gak dapet subsidi dari pemerintah. Jadi gak ada keringanan buat pasangan itu, kecuali mereka bawa surat keterangan tidak mampu.
Hanafi yang frustasi berusaha cari pinjeman, tapi, yaaa… sesama tukang becak, temen-temennya gak punya simpenan uang juga. Ditambah lagi, ada larangan narik becak dari juragannya, karena bakal ada operasi penertiban becak. Mau pinjem ke juragannya, eh.. malah dimarahin. Yang mengharukan, dengan rela, temen-temen sesama tukang becak, minjemin uang mereka yang ada ke Hanafi.
Pas uang itu dibawa ke rumah sakit, tetap gak diterima sama petugas administrasi karena masih kurang banget. Tagihannya 3 juta, uangnya Hanafi hanya ada 40ribu. Ahhh……makin frustasi dong.. dia nekat narik becak meskipun udah dilarang sama temen-temennya, ketangkeplah dia sama petugas. Berhari-hari dia gak nengok istrinya di rumah sakit, Sayekti jadi khawatir. Udah gitu, Sayekti pake dijudesin sama salah satu perawat. Apa urusannya perawat itu harus judes sama Sayekti, bukan urusan dia kan??? Karena khawatir, Sayekti nekat kabur. Rumah sakit jadi heboh karena Sayekti kabur, dikira Sayekti mau lepas dari tanggung jawab. Tapi, besoknya, Sayekti balik ke rumah sakit, dimarahin sama suster judes itu. Tapi, salah satu suster ada yang baik, dan dia bilang sama pimpinan rumah sakit kalo untuk bisa bayar, Sayekti harus dibolehin keluar dari rumah sakit biar dia bisa kerja.
Akhirnya, Sayekti keluar dari rumah sakit, tapi bayinya masih ditinggal di rumah sakit. Sayekti balik kerja jadi buruh pasar. Suami istri itu nabung buat biaya rumah sakit bayi mereka. Karena meskipun mereka udah dapet surat keterangan tidak mampu, rumah sakit, rumah sakit tetap gak mau membebaskan biaya, tapi hanya mengurangi biaya dengan alasan “Ini rumah sakit swasta.”
Sautu hari, pas Sayekti lagi kerja, ada wartawan yang motret-motret kegiatan ibu-ibu para buruh pasar. Salah satu temen Sayekti nyamperin wartawan itu, dan cerita tentang masalahnya Sayekti. Wartawan itu tertarik sama cerita soal Sayekti dan setelah wawancara lebih lanjut sama Sayekti dan Hanafi, dia pasang beritanya di koran. Hebohlah rumah sakit itu, mereka bilang nama rumah sakit jadi tercemar. Sayekti malah gak boleh nengok anaknya sendiri sama suster yang judes. Entah, apa hak itu suster ngelarang-ngelarang ya??
Dan, menjelang ending, rada mengganggu, dengan kehadiran seorang perempuan yang katanya bintang sinetron yang lagi ngetop (udah mainnya kaku banget). Dengan gaya yang waduh… kinclong banget deh… dia bikin pers conference yang bilang dia mau adopsi anak Sayekti dan Hanafi. Karuan aja, Sayekti jadi panik. Buru-buru dia ke rumah sakit, tapi, sampai di pintu pagar rumah sakit, dilarang sama satpam. Sementara, pengunjung lain dengan mobil yang bagus tetap boleh masuk.
Besoknya, Sayekti dan Hanafi datang lagi ke rumah sakit, pas si bintang sinetron itu lagi dateng untuk jemput anak yang mau diadopsinya itu. Wartawan udah pada nunggu, karena focus semua orang lagi ke si bintang sinetron itu, Sayekti diem-diem masuk ke rumah sakit, ketemu langsung sama kepala rumah sakit. Dia memohon, sambil duduk di lantai supaya anaknya bisa pulang. Akhirnya, luluh juga hati si kepala rumah sakit.
Endingnya, Sayekti dan Hanafi bisa bawa anak mereka pulang.
Ceritanya bagus, cukup mengharukan, apalagi waktu adegan pasangan Sayekti dan Hanfi lagi ngitung uang celengan mereka. Wajah mereka bahagia banget karena berhasil ngumpulin uang meskipun belum seberapa. Aku cuma sebel liat si bintang sinetron yang gayanya udah wah banget… Terus, sesekali serasa ada iklan korang ‘Seputar Indonesia’.
Mungkin gak sih, ini gambaran Indonesia yang sebenernya? Sering kan, ada di koran, masyarakat yang katakanlah kurang mampu, dilempar atau dioper-oper dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, hanya karena dia blom bisa bayar uang deposit. Padahal orang sakit mana bisa dioper-oper gitu aja. Menurutku sih, mau rumah sakit swasta atau pemerintah, yang namanya ada orang butuh pertolongan, bukankah itu kewajiban mereka untuk menerima? Kasihan aja… dan dibalik gemerlapnya Jakarta, ternyata kalo di’korek-korek’, di pinggirannya masih ada rakyat-rakyat yang ‘terlupakan’.
05.08.17
2 Comments:
At 10:03 AM, Anonymous said…
best regards, nice info Willaby poker league Horse toy for kid Explain stock options Seroquel abilify information Sagging breast surgery Protonix and calcium absorption
At 8:19 AM, Alisha said…
Aku cari film ini Ga ketemu...Padahal suka banget film ini sayang Ga ada diyoutube..Jadi Ga bisa liat lagi filmnya...Sedihhh😥
Post a Comment
<< Home