[Sebuah Renungan] Tentang Hati
Kemarin malem ada acara selametan kantor baru, terus ada ceramah. Ceramahnya bagus banget, kena banget sama ‘suasana’ hatiku saat ini. Oh, ya nama ustadnya, Ustad Oesman. Orangnya ‘moderat’ banget. Dia gak langsung ngomong tentang Islam, tapi hal-hal umum sebagai seorang manusia. Makanya yang gak muslim pun bisa ikutan denger dan gak akan merasa ‘tersindir’. Suka becanda, dan bikin acara ceramah jadi gak ngebosenin dan bikin ngantuk.
Jadi kemarin itu, ustadnya cerita tentang hati, sifat-sifat hati, dan hati yang seperti apa sih yang ‘baik’ itu.
Hati manusia itu ada 4 jenisnya:
1. Hati yang sekeras batu, apa pun yang menimpa dirinya, apa pun yang terjadi, dibilangin orang seperti apa, hatinya gak akan berubah. Batu memang bisa hancur kalo ketetesan air, tapi air yang ‘menelusup’ ke batu pun, kalau kelaman akan mengkristal, dan tetap aja, hati batu ini gak akan bergeming atas apa pun.
2. Hati yang jerniiihhhhhh banget. Seperti air, yang kalau kita melihat ke dalamnya, kita bisa liat apapun yang ada, seperti benda yang tembus pandang. Pokoknya bersih banget…
3. Hati yang ada sekat-sekat yang, yang ada bolong-bolongnya. Kalau ada musibah, orang dengan hati seperti ini baru inget sama Tuhan, begitu keadaan udah baik lagi, dia akan lupa lagi.
4. Hati yang seperti batu, tapi rapuh. Begitu ada musibah, dia akan langsung tobat dan benar-benar berada di jalan Allah.
Sifat hati yang baik itu, antara lain:
1. Mau mema’afkan kesalahan orang lain, gak punya dendam. (hmmm.. kadang di bibir, aku masih bilang aku ma’afin kesalahan orang yang salah sama aku, tapi, di hati aku masih ‘kesel’, atau bahkan besok-besoknya, kalau aku kesel sama orang itu, aku kadang mengungkit kesalahan yang lalu-lalu).
2. Mau mendengar pendapat orang lain. Jangan selalu merasa benar. (mendengar mungkin mudah, tapi memahami orang lain itu yang susah… kadang aku suka keras kepala, selalu merasa aku bener dan suka kesel kalo dikritik)
3. Jujur dalam keadaan apapun. Kata ustad, ini yang kadang susah. Jujur itu adalah hal yang paling baik, apalagi kalau orang yang kita ajak bicara itu mau menerima kejujuran (ini juga yang susah, karena kadang, kita suka gak mau terima kebenaran yang pastinya untuk kebaikan, kan?)
4. Jangan menfitnah, karena fitnah, urusannya gak hanya sama Allah, tapi juga sama orang yang kita omongin itu. Kalau orang itu gak mau ma’afin kita, Allah juga gak mema’afkan kita.
Point-point lain:
1. Manusia terkadang lupa untuk berterima kasih sama Allah (pas banget sama email yang dikirim pak iril paginya). Padahal nikmat itu ‘bertebaran’ di sekitar kita.
2. Jangan melakukan sesuatu karena sesuatu itu. Hmmm.. gimana ya jelasinnya? Maksudnya, kalau kita mau melakukan apapun, harus diniatin karena Allah. Gitu kali ya?
3. Jangan pernah merasa memiliki sesuatu, karena segala sesuatunya itu adalah milik Allah. Dan jangan pernah mau ‘dimiliki’. Karena seolah kita bergantung pada suatu hal atau seseorang yang ‘masih’ bergantung kepada Allah. Jadi, langsung aja, kita berserah diri kepada Allah.
Gitu deh, sekilas tentang ceramah singkat (ini point-point yang keinget aja…), tapi jujur, berkesan banget buat aku, bikin aku mikir, kalau sebagai manusia, aku blom ada apa-apanya.
05.08.12
1 Comments:
At 1:35 AM, Anonymous said…
This is very interesting site... »
Post a Comment
<< Home