ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Sunday, August 14, 2005

[Book Review] Harry Potter and The Half-Blood Prince


Fiuhhh…. Akhirnya setelah 3 minggu… selesai juga baca Harry Potter 6.

Ketegangan di buku ini naiknya pelan-pelan dan diselingi ‘kisah-kisah’ cinta dari Ron-Lanveder plus Ginny-Dean, cemburu-cemburuannya Hermione, Harry yang kebingungan dengan perasaan yang tiba-tiba muncul sama Ginny.

Di awal tahun ajaran ini, Dumbledore datang langsung ke rumah Paman Vernon untuk jemput Harry kembali ke Hogwarts. Di tengah jalan, sempet mampir ke rumah salah satu mantan guru Potion, Slughorn.

Di Hogwarts Express, Harry yang ‘diundang’ untuk join ke gerbongnya Slughorn, yang ternyata di sana udah berkumpul anak-anak yang orang tuanya, atau siapanya lah, punya ‘sejarah’ dengan Hogwarts. Harry yang rada curiga sama Draco Malfoy ngikutin salah satu anak Slytherin ke gerbongnya dengan memakai Invisibility Cloak-nya. Tapi, ternyata Draco gak kalah pinter, dia udah nebak kalo ada Harry diantara mereka, dan Harry sempat terperangkap sama sihir Malfoy sebelum akhirnya dia dibebasin sama Tonks, salah seorang Auror.

DI tahun ke 6 ini, Ron & Hermione jadi Perfect, sementara Harry jadi kapten Quidditch Gryfindor. Jadi, selain sibuk dengan pelajarannya, Harry juga sibuk ngatur formasi Quidditch.

Harry yang dapet nilai tinggi untuk Potion di ujian NEWT, ikutan kelas Potion yang tadinya gak diambilnya. Gurunya ternyata Professor Slughorn, yang tadinya dipikir bakalan ngajar Defense Against the Dark Arts, sementara Profesor Snape yang justru biasa ngajar Potion, jadi guru D.A.D.A itu. Harry yang sebel banget sama Snape, jadi kaget, ditambah lagi dengan sikap Snape yang selalu sentimen sama Harry. Di pelajaran Potion ini Harry dapet kejutan baru. Awalnya, karena Harry blom punya buku Potion, dia dipinjami buku sama Slughorn. Di buku itu ada catatan kecil dari pemilik sebelumnya yang amat sangat membantu Harry (dan bikin sebal Hermione), si pemilik menyebut dirinya ‘The Half-Blood Prince’. Berkat catatan kecil itu juga, Harry bisa menyelamatkan Ron yang tiba-tiba keracunan.

Harry juga dapat ‘pelajaran’ tambahan dari Dumbledore sendiri. Harry diajak Dumbledore masuk ke pensive tempat Dumbledore nyimpen memori-nya. Harry dikasih tau asal usul Tom Riddle alias Lord Voldemort, mulai dari kakeknya, orang tuanya sampai gimana akhirnya Tom Riddle berubah jadi jahat. Ada satu memory, di mana Dumbldore kehilangan ‘jejak’, yaitu ketika Tom Riddle bertanya sama Slughorn tentang Horcrux. Harry dikasih tugas untuk mendekati Slughorn, untuk mencari tahu bagian yang hilang itu. Gak gampang buat Harry untuk membuat Slughorn bicara, sampai akhirnya Harry terpaksa menggunakan ramuan keberuntungan – Felix Felicis. Di malam ‘pemakaman’ Aragorg – laba-laba raksasa kesayangan Hagrid yang mati karena udah tua, Harry ngajak Slughorn ke tempat Hagrid untuk minum-minum, pas Slughorn mabok, Harry ‘mencuri’ ingatan itu. Ternyata, Horcrux itu semacam benda yang bisa memberikan nyawa ‘tambahan’. Lord Voldemort diperkirakan punya 7 nyawa tambahan, tapi, salah satunya, diary Tom Riddle (inget HP 2 – The Chamber of Secret), udah dimusnahkan sama Harry.

Suatu malam, Harry diajak Dumbledore ke sebuah tempat yang diperkirakan tempat menyimpan salah satu Horcrux. Dumbledore yang dari awal cerita digambarkan udah gak terlalu sehat, malam itu tiba-tiba berkata, ‘If I tell you to leave me and save yourself, you will do as I tell you?’ (page. 551). Seolah dia udah mendapat firasat kalau bakal terjadi apa-apa sama dirinya. Di tempat itu, Dumbldore minum dari baskom yang diperkirakan isinya racun, demi menemukan Horcrux. Tapi, hal itu malah melemahkan dirinya.

Kembali ke Horgwarts ada Dark Mark muncul, tanda kehadiran Death Eaters, Harry disuruh Dumbledore pakai Invisibility Cloak-nya dan manggil Snape. Tapi, baru saja Harry mau pergi, tiba-tiba Draco Malfoy muncul, dia bilang dia mau bunuh Dumbledore, para Death Eaters sudah ada di Hogwarts. Ternyata, diam-diam mereka di’selundup’kan oleh Malfoy. Draco sendiri diberi perintah langsung dari Voldemort untuk menggantikan Lucius Malfoy yang ditahan di Azkaban.

Harry gak bisa berbuat apa-apa… sampai tiba-tiba Snape muncul. Ternyata bukannya membantu Dumbledore, Snape malah mengacungkan tongkat sihirnya ke depan Dumbledore sambil mengucapkan mantra “Avada Kedavra!”

Haaaahhhh…. Snape dan Malfoy kabur. Guru-guru, Ron, Hermione, Auror sibuk ‘bertempur’ dengan Death Eaters, Harry mengejar Snape dan saling ‘perang mantra’. Tapi, Harry kalah terus sama Snape, karena Snape bisa baca pikiran Harry. Tiba-tiba Harry mengucapkan matra Sang Pangeran dan Snape bilang, ‘You dare use my own spless against me, Potter? It was I who invented them – I, the Half-Blood Prince!” (page. 604)

Semua shock karena kematian Dumbledore. Terutama Harry, yang seolah makin kehilangan pegangan setelah kematian Sirius Black setahun sebelumnya. Hogwarts ada kemungkinan ditutup. Tapi, Harry sendiri lebih memilih untuk mencari sisa Horcrux daripada balik ke Hogwarts. Harry juga terpaksa ‘putus’ sama Ginny, biar Ginny gak dipakai sebagai ‘alat’ oleh Voldemort untuk menjebak Harry. Dan, ternyata Harry punya teman-teman yang baik banget… Ron dan Hermione bilang mereka mau nemenin Harry ‘membasmi’ Voldemort. Ron bilang, ‘We’re with you whatever happens.’ (page. 651)

Harry Potter and The Half-Blood Prince menyisakan satu teka-teki lagi, siapakah seseorang berinisial R.A.B, yang mengaku sudah menemukan Horcrux?

Hmmm… Hogwarts gak akan sama tanpa Dumbledore…

05.08.06

0 Comments:

Post a Comment

<< Home