ceritaceritaku

my stories... my dreams... my imaginations....

Daisypath Ticker

Friday, February 10, 2006

[CeritaJalan-Jalan] Welcome to Singapore....

Akhirnya.... akhirnya... cerita jalan-jalan ini selesai juga... telat banget gak sih... tapi.. lumayan lah... buat my 'trip report'.
---
Akhirnya… setelah ‘rapat’ selama berminggu-minggu, menghitung budget dengan berbagai versi, hampir batal gara-gara kurs us dollar yang tiba-tiba melonjak… kita – mama, papa, maya dan aku - berangkat juga menuju Singapore, untuk memulai ‘tour’ kita selama seminggu. Kata mama, “Kalau belum duduk di atas pesawat, rasanya blom pasti.”

Jam 4 kita udah berangkat dari rumah menuju bandara Soekarno-Hatta. Hmmm… sebersit mulai timbul rasa kangen sama Fayyaz, keponakanku semata wayang yang masih tertidur nyenyak. Untuk semalem masih sempat nyium pipinya yang semakin gembil itu. Waks… koq jadi melankolis begini???

Ok… lanjut lagi cerita perjalananku…

Subuh-subuh di airport ternyata udah rame. Cepet-cepet antri untuk check in. Kita naik pesawat Philippines Airlines. Ternyata, banyak TKW yang juga naik pesawat yang sama mau berangkat ke Manila, China dan Kolombo.

Ternyata pesawat berangkat tepat waktu jam 6.20, gak delayed seperti yang pernah dibilangin salah satu travel agent.

Begitu sampai Changi Airport, dengan noraknya, aku sama maya bilang, “Wahh… akhirnya sampe juga di Singapore, May…!!” Bahkan kita sempet photo-photo dulu di airport sebelum berangkat menuju hotel.

Kita ke hotel naik taksi. Supir taksinya lumayan ramah, ngajak papa ngobrol terus. Rasanya seger banget, liat pemandangan yang lain dari Jakarta. Pemandangan yang bersih, banyak pohon dan bunga-bunga. Kota yang rapi… dan yang penting… gak ada macet!

Sampailah kita di Supreme Hotel. Ternyata… hotelnya kecil… hmmm ya, sorry deh… bukan hotel berbintang. Emang sih, dari Jakarta, rada kurang informasi. Ngeliat kamarnya… hmmm… biasa banget…Mama udah sempet sebel aja. Tadinya mau beres-beres dan istirahat dulu, jadi males. Akhirnya, tanpa buka sepatu, cuci muka dan lain-lainnya, kita langsung aja pergi menuju orchard. Jalan kaki.. dan ternyata, hotel ini gak terletak di ‘main’ Orchard Road. Hotel kita letaknya di Kramat Road (atau Kramat Lane, ya?). Melewati Le Meridien Hotel dulu, barulah kita sampai di pertokoan Orchard Road. Cuaca agak panas, dan karena masih lumayan pagi, sekitar jam 10an, banyak pertokoan yang belom buka.

Kebetulan lewat Singapore Visitors Centre, mampirlah kita ke sana. Tempat ini enak banget, kebetulan di luar lagi panas banget, begitu masuk… wahh.. sejuknya… Di tempat ini, ada berbagai macam brosur tentang Singapore, mau tentang Orchard, China Town, Little India. Sentosa Island, pokoknya berbagai tempat yang menarik di Singapore, sampai soal kesehatan dan pendidikan, di sini ada. Lengkap banget, bahkan disediain gak hanya dalam bahasa Inggris, ada juga bahasa Jepang, China, kalo gak salah, bahasa Arab juga ada, deh.. Di sini juga ada info tentang hotelnya. Kaya’nya Singapore sadar banget, kalo ‘hidup’ mereka sebagian tergantung dari pariwisata, makanya mereka prepare banget yang seperti ini, bener-bener informative. Gak hanya brosur yang menarik, petugas di sana pun bener-bener helpful. Dengan ramah dan jelas, mereka kasih tau info apa yang kita butuhin. Di sini, papa tanya di mana bisa pesen tiket bis untuk berangkat ke Malaysia. Untung aja kita mampir ke sini, kalo gak kita bingung di mana mau pesen tiket. Dan… rasanya pengen semua brosur diambilin… abis bagus-bagus, colorful dan eye-catching.

Akhirnya papa pergi sendiri ke tempat pemesanan tiket bisa. Kita nunggu di Centrepoint. Seingetku, dulu pertokoan ini lumayan bagus. Tapi, koq sekarang rada sepi dan gak ok. Bingung mau liat-liat apa di sini, karena gak ada yang menarik, sementara, rasa cape’ dan laper udah mulai muncul. Kita bertiga duduk-duduk sebentar. Mampir ke Times Book Store. Tempatnya kecil dan lagi berantakan, sepertinya mereka lagi menata ulang tokonya. Jadi kaya’ Times di Jakarta yang udah pada tutup. Mungkin karena tempatnya kecil, jadi gak terlalu semangat milih bukunya. Tapi, sempet bingung, milih antara beberapa buku, bingung milih Yann Martel yang baru, Alexander McCall Smith yang baru, atau ‘plesetan’-nya Da Vinci Code, The Va Dinci Cod. Kaya’nya sih buku terakhir ini lucu, bukunya kecil, covernya mirip sama Da Vinci Cod. Aku lupa nyari parody-nya Harry Potter. Akhirnya, aku milih buku Alexander McCall Smith – 44 Scotland Street. Pengen nyoba baca bukunya, belom pernah soalnya.

Abis ‘ubek-ubek’ di Times, kita duduk aja sambil nunggu papa. Untungnya, sekitar jam 1an, gak terlalu lama nunggu, papa dateng. Udah bawa tiket bus untuk ke Malaysia. Kita makan dulu di foodcourt-nya. Sempet bingung mau makan apa, abis takut ada yang gak halal. Untung di foodcourt itu ada satu tempat yang jual masakan melayu. Jadilah kita pesen makan di situ semua. Mama & maya pesen paket nasi lemak, aku pesen kwetiaw, papa pesen mee rebus (katanya sih, mee rebus ini termasuk makanan khas Singapore). Ngeliat paket nasi lemak-nya mama & maya, kaya’nya seru juga tuh. Isinya lengkap, mulai ayam goreng, telor dadar (di sana ditulis ‘telor dada’), ada ikan bilis, ada teri kacangnya. Sementara kwetiaw-ku, juga lumayan enak, isinya ayam plus seafood. Harga makanannya, rata-rata S$ 3,5 – 4. Lumayan murah.

Setelah makan dan cukup istirahat, kita jalan lagi. Tujuan kita mau ke Suntec City Mall. Naik MRT dari Somerset ke City Hall. Ada sedikit cerita norak bin malu-maluin di sini. Seingetku, dulu waktu beli tiket MRT di mesin tiketnya, belum pake touch screen (atau aku aja yang lupa, ya??), sempet kebingungan gimana cara milih tujuan kita. Dan yang lebih norak lagi, waktu mau lewat pintu palang menuju kereta, harus masukin tiket seperti kaya’ mau naik busway. Aku bingung, dong, nyari lobang untuk masukin tiketnya, tapi ternyata, tiketnya gak dimasukin, tapi di-scan di mesinnya, baru palangnya kebuka. Waks, untung lagi gak banyak orang. Maya udah ngomel-ngomel, “Malu-maluin banget sih!”

Turun di City Hall. Untuk menuju ke Suntec, melewati pertokoan, City Link. Kalo dipikir-pikir, rasanya semua pertokoan di Singapore, bisa nyambung satu sama lain, tanpa kita sadari, tau-tau kita udah ada di tempat lain. City Link, tempatnya bagus. Sempet mampir ke Charles & Keith. Wah, kalo diitung-itung, harga sepatu dan sendal Charles & Keith jadi murah banget. Tapi, tahan diri dulu… karena blom mau belanja, daripada kopernya berat pas berangkat ke Malaysia. Ngeliat MPH Book Store yang gede… sempet tergiur pengen masuk, tapi, pastinya kalo udah masuk, ada aja yang pengen dibeli. Tahan diri lagi…

Untuk sampai di Suntec, kita melewati tangga penyebrangan dulu. Cuaca masih panas. Suntec ini besar banget. Lagi menyusuri Suntec, liat counter Singapore Duck Tours, tour keliling Singapore (kalo promo-nya bilang: Singapore Heritage Tour). Bisa pilih, yang pake bis yang namanya Hippo Tour, atau pake kapal amphibi, namanya Duck Tour. Akhirnya, aku sama maya ikut Ducky Tour, bayar tiket sebesar S$ 33. Lumayan mahal juga, sih… tapi rasanya seru aja, liat Singapore pake kapal. Mama & papa gak ikut, lebih milih istirahat dan keliling suntec.

Jadi kendaraan yang kita pakai ini berbentuk kapal bermotor, tapi juga bisa jalan di darat, makanya dia disebut kendaraan amphibi. Tour guide-nya sempet cerita ‘sejarah’ si kapal bebek ini. Katanya, dulu kapal ini pernah dipakai sebagai tentara Amerika waktu Perang Vietnam. Ada dua kapal yang disediakan untuk Duck Tour. Kapal yang kita pakai namanya, ‘Darcy’, sedangkan kapal satunya yang lagi ‘istirahat’, adalah ‘pacar’-nya si Darcy ini, namanya ‘Darla’. Entah kenapa yang kebayang adalah pasangan Donald dan Daisy Duck. Kesannya genit sih, namanya.

Sewaktu kita jalan keluar dari Suntec menuju Marina Bay, tour guidenya cerita tentang ‘filosofi’ Suntec. Jadi, Suntec ini terdiri dari 5 tower yang kalau diliat dari atas berbentuk telapak tangan kanan. Kalo gak salah, tower 1 itu si jari ‘kelilingking’.

Terus, kita juga melewati ‘Fountain of Wealth’ yang juga terletak di lingkungan Suntec, yang airnya bukan ‘mancur’ ke luar, tapi ke dalam. Katanya,ini melambangkan rejeki yang terus mengalir. Dan katanya ini adalah air mancur terbesar di dunia, soalnya masuk Guinness Book of Records.

Menurut Feng Shui-nya, Fountain of Wealth ini melambangkan lingkaran kesempurnaan dan kesatuan. Fountain of Wealth merupakan pusat dari 5 Tower dan Suntec City Mall. 5 Tower itu sendiri melambangkan 5 elemen dasar, Besi (Metal). Kayu (Wood), Air (Water), Api (Fire) dan Bumi/Tanah (Earth). Kalau semua elemen itu digabungkan akan menimbulkan energi yang positif. Kata Feng Shui lagi, posisi Suntec City itu pas banget untuk keberuntungan dan kesukesan. (sumber dari brosur Foutain of Wealty – Suntec City –
www.sunteccity.com.sg)

Kalo malem, ada pertunjukkan ‘Aqua Cinema’, ada pertunjukkan lasernya. Kaya’nya sih bagus banget (kalo liat di gambar).

Lanjut perjalanan, DUCK Tour kita.

Sampai di Marina Promenade, kita melewati sedikit pohon-pohon sebelum nyebur ke air. Waktu mau nyebur, tour guidenya bilang, “Our captain will make a little splash.” Ternyata little splash-nya itu lumayan bikin yang duduk di pinggir jadi basah. Lalu, kita mulai menyusuri Singapore melalui Marina Bay.

Dalam perjalanan, kita lewat di bawah jembatan terpanjang di Singapore, yang namanya diambil dari nama Presiden ke dua Singapore, Benjamin Sheares. Katanya untuk melintas dari bagian barat ke bagian timur singapore kalau melalui jembatan itu hanya butuh waktu 30 menit. Wow…

Terus, kita juga melewati si ‘Durian’ – Esplanade – theaters on bay. Gedung theater yang terkenal, salah satunya karena bentuknya atapnya yang runcing-runcing mirip kulit duren. Katanya kalo diliat dari atas, bentuk dua buah durian ini, sebenarnya adalah giant microphones.

Lalu, kita melewati patung Merlion, yang jadi simbol Singapore. Ternyata, Merlion itu ada 3 buah, yang kita liat namanya Mama Merlion, sementara yang letaknya membelakangi Mama Merlion, bentuknya lebih kecil, namanya Baby Merlion. So, where is Papa Merlion? Ternyata, Papa Merlion ada di Pulau Sentosa. Salah satu turis bule iseng nanya, “Are they divorce?” Di deket patung Merlion, ada hotel Fullerton, yang kalo aku pernah baca di koran, termasuk heritage hotel, yang didalamnya bagus… dan mahal, tentunya.

Sampai di depan Merlion, menjelang jembatan Anderson Bridge, nama salah satu gubernur Singapura, kapal berbalik arah, menuju jalan pulang. Kembali kita ngelewatin jembatan Benjamin Shears. Dikasih liat 3 gedung tertinggi di Singapore. Ternyata, Westin Stamford Hotel (apa Westin Plaza, ya?) yang sekarang namanya jadi The Swissotel The Stamford, bukan lagi gedung tertinggi. Hotel itu sekarang jadi gedung nomer empat tertinggi. Satu lagi filosofi Cina yang dipake di Singapore, kaca di The Ritz Carlton bentuknya segi delapan atau oktagon (dikasih tau, sih istilah cina-nya, tapi lupa). Katanya, menurut kepercayaan Cina, ada cermin berbentuk segi delapan yang dipercaya bisa menolak bala.


Pic: St. Andrew's Cathedral


Keluar dari air, kita diajak melewati gedung-gedung tuanya Singapore, seperti Raffles Hotel, Supreme Court, daerah The Padang, St. Andrew’s Cathedral, gereja Anglican tertua, dan Civilian War Memorial Monument. Monumen ini dibangun untuk mengenang korban perang dunia ke II, di mana di monumen itu juga dikubur para korban. Monumen terdiri dari 4 pilar, yang melambangkan 4 etnis yang ada di Singapore – Cina, Melayu, India dan etnis minoritas lainnya.

Lalu lewat Singapore Cricket Club. Aku jadi inget cerita lucu di sini. Duluuuuu… mungkin 10 tahun yang lalu kali, waktu jalan-jalan ke Singapura bareng mama, papa, ayuk, mira and maya, kita diajak makan malem sama istri temen Papa ke sini. Kita semua pake baju santai, alias Cuma nge-jeans and pake t-shirt. Sampai di sana, kita gak boleh masuk, karena ternyata kalo mau makan di sini harus rapi. No jeans, no t-shirt. Istri temen Papa lupa kasih tau kita, sementara dia sendiri udah pake baju rapi. Jadi kita harus balik lagi ke hotel and ganti baju. Baru kita balik ke sana lagi, and makan malem.

Iseng-iseng, tour guide-nya kasih tau bentuk Marina Mandarin Hotel yang kaya’ gajah. Kalo diperhatiin, iya juga, sih…

Di Duck Tour ini , ada games buat ngedapetin pluit berbentuk mulut bebek. Aku dapet satu, setelah berhasil jawab pertanyaan nama gedung theater di Singapore. Lumayan, oleh-oleh buat Fayyaz.

Tour ini lumayan seru… lumayan nambah pengetahuan tentang Singapore.

Setelah tour selesai,kita sempet nyari letak Fountain of Wealth di dalem Suntec City. Pas ketemu, kita liat air mancur yang dikelilingin pagar besi. Di situ ada tulisan, kalo kita keliling air mancur ini tiga kali, sambil tangan kanan kita menyentuh air mancurnya dan wishper our wish, katanya sih bakal terkabul. Jadilah, kita ngelilingin air mancur ini. Heheh.. kali aja, our wishes come true..

tujuan selanjutnya ke Esplanade. Gak tau pasti letak Esplanade ini di mana. Dari Suntec, udah keliatan atap durennya itu. Kita baca aja petunjuk di setiap underpass yang kita lewatin. Tapi, koq ya gak nyampe-nyampe… jauh banget ternyata.

Begitu nemuin underpass yang banyak poster-poster pertunjukan, jadi semangat lagi, karena mikir, ini pasti udah deket sama Esplanade. Tiba-tiba kita udah ada di dalam ruangan yang dingin, ada piano, dan kaya’ tangga yang di atasnya ada kreasi anak-anak kecil yang lucu. Jadi ada kupu-kupu yang dibikin dari botol-botol plastik dan dicat warna-warni. Maya bilang, “Ini udah sampe Espalanade?” Terus dia keluar, dan pas masuk, maya bilang, “ Ya ini… we’re under the durian.”

‘Perjuangan’ selanjutnya, nyari jalan menuju atap, biar bisa foto dengan latar ‘duren’. Naik tangga lagi… waduh… berat bener perjalanan ini. Sempet nemuin jalan buntu, akhirnya coba belok ke arah lain, dan sampailah kita di atap, dengan pemandangan duren yang begitu deket karena ada di samping kita.

Atapnya ini ada tempat duduk-duduk dan taman, dengan pemandangan ke arah Marina Bay. Kita bisa liat Merlion dan gedung-gedung di Singapore.


Kita istirahat di sini, sambil puas-puasin foto-foto dengan latar ‘durian’. Sayang banget, udaranya panas padahal udah sore, sama sekali gak ada angin.

Males banget ngebayangin harus balik lagi menuju City Hall. Jauhnya itu… di tengah perjalanan, gue beberapa kali duduk di kursi istirahat yang ada di Suntec, di City Link. Rasanya, kaki udah susah banget diajak kompromi.

Di stasiun City Hall lumayan rame, karena pas jam orang pulang kantor. Sampai di Somerset, mampir lagi ke Centerpoint, makan di tempat yang sama dengan menu yang beda, abis udah ‘mati’ ide mau makan di mana. Malem ini aku pesen, hainam chicken rice with black pepper sauce. Waduh.. nasinya banyak bener….

Waktu jalan kaki mau balik ke hotel, bunyi ‘gluduk-gluduk’ keras, dan anginnya kenceng. Kaya’nya mau hujan lebat. Semakin deket hotel, semakin cepet jalannya, biar cepet sampai. Rasanya udah pengen berbaring aja di tempat tidur dan meluruskan kaki…
Photo source:
http://www.scholars.nus.edu.sg/ (St. Andrew's Cathedral)


05.09.20

3 Comments:

Post a Comment

<< Home